Kopi TIMES

Belajar Menjadi Bayi

Rabu, 17 Oktober 2018 - 05:42 | 36.99k
Ach Dhofir Zuhry (Grafis: TIMES Indonesia)
Ach Dhofir Zuhry (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh lapisan-lapisan (kosa): (1) lapisan fisik yang melahirkan pengetahuan empiris; (2) lapiran rasio yang melahirkan pengetahuan intelektual; (3) lapisan spiritual yang melahirkan pengetahuan agama dan (4) lapisan mistik yang melahirkan pengetahuan tentang metafisika. 

Demikian diktum filsafat Bharata. Nah, jika salah satu dari empat lapisan itu kurang atau bahkan sama sekali tidak berfungsi, manusia akan mengalami keterasingan, terjerembab dalam impersonalisme dan meringkuk terkungkung oleh split personality.

Pengetahuan empiris dan intelektual takkan mampu memberi ekplanasi terhadap hal-hal yang berada di luar cakupannya. Oleh karenanya, filsafat Timur (China, India, Persia, Islam), selain empiris dan intelektual, juga bersifat spiritual dan mistik. Kebutuhan-kebutuhan hidup (purusa artha) dicapai berdasarkan dharma. Dharma bertindak sebagai prinsip yang mengarahkan (guiding principles) kehidupan manusia, mengantarkan pada pencapaian kebahagiaan (punya). Sebab, sumber segala derita (duhkha) adalah ketidaktahuan (avidya)dalam segala bentuknya. Lebih-lebih, tak tahu bagaimana cara berpikir yang baik dan benar.

Pendek kata, hubungan paling penting dalam hidup ini adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan pikiran Anda sendiri. Anda boleh saja berhubungan sedemikian erat dengan manusia, flora dan fauna, satwa dan tetumbuhan, bahkan sedemikian intim dengan Tuhan. Akan tetapi, hubungan itu takkan erat berjalin-jemalin sebelum Anda memperbaiki hubungan dengan diri Anda sendiri.

Jika demikian, bukan tugas orang lain untuk menyinta dan menghormati Anda, tapi tugas Anda sendiri. Pun demikan kepada pikiran Anda. Sehingga, yang mula-mula harus digagas adalah bagaimana membangun tradisi berpikir bebas dan bebas berpikir dalam segala bidang, tanpa terkecuali dalam agama. Apa sebab? Yang tidak menggunakan akal budinya, tidak akan pernah sampai pada ilmu, pada kebenaran, dan bahkan pada Tuhan. Nah, percaya pada pikiran adalah pijakan bagi segala pencapaian.

Kalau mau lebih pragmatis, Anda boleh bertanya: apakah “kepercayaan” kepada sesuatu akan membantu seseorang untuk cepat maju dan sukses? Jawabannya: ya! Dalam segala hal? Jawabannya: ya! Lantas, orang seperti apakah yang paling maju dan berkembang dalam waktu yang paling singkat?

Pertama, orang yang tahu terhadap apa yang ia inginkan dan ia pikirkan. Penting bagi setiap orang untuk tahu apa pikiran dan keinginannya, untuk kemudian ada usaha meraihnya. Seorang bayi tahu persis apa yang menjadi keinginannya dan yakin betul akan hal itu. Terbukti, ia dengan cepat mendapatkannya, tak lama setelah hal itu terlintas dalam pikirannya.

Kedua, orang yang percaya bahwa ia layak mendapatkan kemajuan. Sekali lagi, bayi paling bisa menerapkan konsep ini, bahkan hanya dengan bermodal tangisan. Bayi sangat yakin bahwa ia layak mendapatkan semua keinginan dan kemajuan. Tidak ada yang mengalahkan balita dalam konsep percaya diri. Perhatikan balita-balita, meraka sangat percaya bahwa mereka cantik, meskipun masih polos dan belum kenal uang. Faktanya, meraka bahagia dan riang gembira. Itu yang dipikirkan para bayi, bukan gelimang materi, reputasi, popularitas, jabatan dan tipu daya lainnya.

Ketiga, orang yang selalu bergairah dan bergembira. Yang ketiga ini, lagi-lagi bayi dan anak-anak bau kencur telah menerapkan dengan sempurna. Lantas, apakah kita harus menjadi bayi untuk meraih kemajuan? Tepat sekali! Persoalan-persoalan hidup, kepribadian, keteguhan prinsip, etos kerja dan semangat hidup ibarat bayi. Semua itu akan tumbuh hanya dengan merawatnya dengan sabar dan telaten. Oleh kerana itu, lebih pedulilah pada karakter dari pada reputasi Anda. Karakter Anda adalah siapa Anda sebenarnya, sementara reputasi hanyalah apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Dan, itu bukan Anda, sama sekali bukan! Pikirkan, pikirkan sekali lagi, lalu tertawakan!

Jika demikian, tidak perlu ragu dan takut mengambil langkah-langkah besar dalam hidup, sebab, jurang yang dalam dan lebar tidak bisa Anda loncati hanya dengan langkah-langkah kecil. Anda tidak dapat melarikan diri dari tanggung jawab hari esok dengan menghindari segala persoalan hari ini. Di sinilah seni menertawakan diri sendiri, yakni kebanyakan orang dewasa kalah oleh bayi: satu fase yang dulu kita lewati tanpa pernah kita sadari, ah ah ah.

Salam dan doa untuk Anda

*Penulis Ach Dhofir Zuhry adalah ketua STF AL-FARABI dan pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES