Peristiwa Daerah

Gede Oka Astawa, Seniman Jogja Sajikan Pesan Problema Industrialisasi di Bali

Jumat, 12 Oktober 2018 - 00:16 | 65.12k
Gede Oka Astawa saat menunjukan pameran karya seni ekologinya. Kamis (11/10). (FOTO IST/TIMES Indonesia)
Gede Oka Astawa saat menunjukan pameran karya seni ekologinya. Kamis (11/10). (FOTO IST/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BALIGede Oka Astawa, seniman lulusan Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2014 ini, menunjukkan hasil karya seni ekologinya.

Sudah 2,5 tahun ini ia menggarap project-project agriculture-nya dan kemudian ia panjang di Ecoko Art Showroom and Studio dan membuka pameran yang ia mulai sejak tanggal 10 Oktober dan berakhir 10 November 2018, di Jalan Segara, Desa Pakung Tibah, Kediri, Tabanan, Bali.

Aneka seni yang ia tampilkan adalah pada suara-suara sosok petani melalui karung-karung beras yang bergambar petani. Selain itu, ada pula instalasi dari bambu yang dirangkai menjadi kalimat ,"Petani Local Hero" dan "Save Petani".

Selain, karya instalasi karung dan bambu, juga ada lukisan dan foto- foto dokumentasi serta terlihat pula obat-obatan pertanian dan beras lokal hasil dari sawah miliknya.

Oka menjelaskan, program pameran Instalasi dan open studio tersebut, ia tampilkan untuk menanggapi problematika lingkungan, khususnya di Bali.

"Proyek seni ini merupakan sebuah overview mengenai perubahan sosial yang terjadi sebagai konsekuensi dari proses industrialisasi dalam kehidupan masyarakat di negara yang sedang berkembang," ucapnya, Kamis (11/10/2018) sore.

Oka juga memaparkan, yang hendak disajikan bukan hanya deskripsi tentang manfaat industrialisasi dalam memacu pertumbuhan ekonomi, dan juga bukan sekedar proyek seni teoritis tentang kaitan antara investasi, perkembangan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia dalam proses industrialisasi itu sendiri.

"Lebih dari itu, proyek seni ini merupakan sebuah telaah kritis tentang masalah-masalah krusial yang berkembang dalam masyarakat sebagai konsekuensi dari proses industrialisasi, terutama yang secara riil dihadapi oleh para pengambil keputusan dan para praktisi dengan focus tema agriculture," ungkapnya.

Melalui pameran instalasi dan open studio. Menurut Oka, bisa dijadikan sebagai sharing publik dan melihat lebih dekat lagi fungsi studio. Mulai dari karya yang belum jadi dan tempatnya bekerja.

Selain itu, Oka juga menjelaskan bahwa studio bukan hanya sebagai tempat kerja, tetapi juga sebagai tempat untuk negosiasi budaya, tempat untuk bergabung dengan teman untuk mengatur kegiatan seni. 

"Di sini publik akan menemukan akar komunitas seni dan mampu melihat praktik kreatif saya secara keseluruhan untuk membangun keterbukaan komunikasi saya dengan penikmat seni atau publik luas," ujarnya.

Open studio adalah satu gagasan yang menarik ketika proses dialog antara Oka Astawa dan masyarakat disekitar studio dikomunikasikan secara langsung kepada publik. Bagaimana antusiasme dialog yang terjadi, interaksi ide antara keduanya, dan interaksi praksis antara seniman dengan publiknya berlangsung. 

"Saya kira ini adalah tawaran yang menarik untuk mendokumentasikan proses kreatif ini secara live dan performatif. Pertemuan antara "yang individual" dan "yang komunal". Saya kira menjadi celah yang menarik untuk dibicarakan lebih mendalam," jelasnya.

"Dialektika berfikir seperti apakah yang kemudian mampu dijalani dan dipresentasikan kepada publik. Sejauh apa tawaran yang diberikannya dalam projek ini, sebagai audiens kita belajar memahami bahwa begitu beragam praktek kesenian yang kita lakukan, dan mustahil untuk merangkumnya menjadi satu," tambah Gede Oka Astawa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Bali

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES