Pendidikan

Ini Lima Siswa Kota Batu Penemu Daun Kelor Pencegah Stunting

Kamis, 11 Oktober 2018 - 12:18 | 197.98k
Empat dari lima siswa MTsN Kota Batu yang mendapatkan penghargaan Internasional karena menemukan Daun Kelor pencegah stunting. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Empat dari lima siswa MTsN Kota Batu yang mendapatkan penghargaan Internasional karena menemukan Daun Kelor pencegah stunting. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Siapa sangka Lima siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Batu ini bisa menawarkan solusi pencegahan stunting dari Daun Kelor di sebuah forum berskala international.

Lebih unik lagi, solusi yang ditawarkan kelima bocah dalam International Young Inventors Award (IYIA) yang diselenggarakan di Kuta Bali, September tahun 2018 lalu adalah Daun Kelor.

Ya, kelima siswa ini memaparkan kalau Daun Kelor bisa menjadi solusi dari masalah stunting yang terjadi di Indonesia, termasuk di Kota Batu.

Padahal di Kota Batu sendiri, Daun Kelor ini banyak terbuang percuma. Paling-paling digunakan sebagai bahan campuran sayur asam atau campuran lalapan sayur.

MTsN-Kota-Batu-a.jpg

Lewat tangan para bocah ini, Daun Kelor yang terbuang ini dijadikan makanan pencegah stunting. Sejak bulan Juli tahun 2018 mereka melakukan riset hingga akhirnya menemukan makanan yang bisa mencegah stunting.

“Sebenarnya kita riset ini untuk membuat makanan yang bisa digunakan untuk diit. Kita memilih Buah Tin untuk penelitian kita. Riset ini kita siapkan sebenarnya untuk lomba lain, bukan lomba yang di Bali,” kata Selvin Ceria Mita Ramadhan, salah satu siswa.

Hingga akhirnya mereka diarahkan pembina Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) MtsN, Slamet Budi Cahyono untuk membuat riset Daun Kelor untuk Mencegah Stunting.

Mulailah kelima siswa yakni Selvin Ceria Mita Ramadhan, Azizah Alif Habibillah, Rosiana Fitri Fadilah, Aprilia Nanda Indri Rosita dan Nova Arifianti Putri  melakuka riset, hingga terciptalah produk Daun Kelor pencegah Stunting yang mereka sebut Granyola-Bar.

Hasil riset ini mengantarkan kelima bocah dalam International Young Inventors Award yang dilaksanakan 19-22 September 2018 yang diikuti 15 negara dengan 1200 peserta.

IYIA ini merupakan ajang riset pelajar skala internasional yang diselenggarakan kerjasama berbagai organisasi inovator seperti Indonesian Invention Innovation Promotion Association (INNOPA), The International Federation of Inspection Agencies (IFIA), hingga World Invention Intellectual Property Associations (WIIPA).

“Tidak menyangka bisa bertemu teman-teman dari Hongkong, Filipina, Jepang, Rusia, India, Polandia serta banyak negara lain. Senang sekali tapi gak percaya, sempat minder juga soalnya bahasa Inggris kita kurang fasih,” ujar Selvin yang memaparkan bersama Azizah.

Mengumpulkan sedikit demi sedikit keberanian, mereka pun akhirnya memaparkan hasil riset mereka mulai dari mencari daun kelor dengan meminta ke tetangga yang menanam Daun Kelor.

Daun kelor ini kemudian diolah, dihaluskan kemudian dicampur dengan bahan pendukung seperti tepung gambyong, gula, soda kue dan telur.

Riset yang mereka lakukan sempat gagal, karena berbagai hal mulai dari bentuk tekstur makanan yang kurang mewah hingga rasa yang harus disesuaikan dengan lidah bukan hanya lidah orang Indonesia namun juga orang luar negeri.

“Waktu lomba kita juga sempat deg-degan, saat peserta dari Vietnam mau mencoba, mereka tidak langsung memakannya, tapi dibaui dulu, baru dimakan, selesai makan, mereka bilang enak, rasanya lega sekali,” kata Azizah.

Ada 4 varian rasa Granyola-Bar yang mereka buat yakni strawberry, macha, coklat dan mix fruit.

Produk ini mengantarkan kelima siswa ini mendapatkan medali emas dalam ketegori pendatang baru terbaik dalam event ini. Mereka mendapatkan peringkat ke 21 dari 204 riset yang diikut sertakan dalam event ini.

“Ndak nyangka kalau dapat penghargaan, pas diumumkan kita semua langsung menangis, terharu,” ujar Selvin.

Penghargaan ini membuat mereka makin semangat, tidak hanya membuat inovasi baru namun juga memproduksi massal Granyola-Bar anti stunting ini.

“Dana operasional yang dibutuhkan Rp 200 ribu, bisa kita produksi 80 pak Granyola-Bar,” ujar kelima siswa penemu formula pencegahan stunting dari daun Kelor itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Batu

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES