Ekonomi

Produktivitas Jagung Pamekasan Masih Rendah

Rabu, 26 September 2018 - 11:05 | 36.34k
Petani jagung di Pamekasan sudah mulai ada yang beralih ke bibit jagung hibrida karena produksinya meningkat. (FOTO: Putera Khafi/TIMES Indonesia)
Petani jagung di Pamekasan sudah mulai ada yang beralih ke bibit jagung hibrida karena produksinya meningkat. (FOTO: Putera Khafi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PAMEKASAN – Sebagian petani di Kabupaten Pamekasan masih fanatik menanam jagung jenis lokal, meskipun produktivitasnya rendah. Rata-rata produktivitas jagung lokal, per hektar hanya 2 sampai 3 ton. Rendahnya produktivitas ini, salah satu penyebabnya karena wawasan petani untuk menanam jagung hibrida masih belum merata. 

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Tanaman Holtikultura Pamekasan, Isye Windarti mengatakan, produksi jagung di Pamekasan belum setara produktivitas di tingkat nasional dan Jawa Timur. Tingkat nasional sudah mencapai 6 ton per hektar dan Jawa Timur sudah di atas 4 sampai 5,5 ton. Rendaknya produksi jagung di Pamekasan, karena petani masih sedikit yang beralih ke jenis jagung hibrida.

Dijelaskan Isye, petani di Pamekasan dan rata-rata di Madura, menanam jagung hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama satu musim. Lebih dari kebutuhan pribadi, langsung dijual. Petani belum sepenuhnya melihat jagung sebagai komoditas industri yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani. 

"Petani masih tradisional dan belum melihat potensi pasar," ujar Isye, Rabu (26/9/2018).

Namun, Isye menambahkan, sebagian petani di wilayah selatan Pamekasan, sudah mulai beralih kepada jenis jagung hibrida. Sementara di wilayah lainnya, masih bertahan dengan jagung lokal. Ada beberapa faktor mengapa petani tetap bertahan dengan jagung lokal.

Salah satunya karena kondisi tanah dan kondisi air di salah satu daerah. Bagi daerah yang irigasinya bagus, petani bisa mudah menanam jagung hibrida. Namun bagi tanah yang mengandalkan air hujan, cukup sekali setahun dengan jenis jagung lokal. 

Faktor lainnya, asumsi petani bahwa jagung lokal lebih awet disimpan dalam waktu panjang dan rasa nasi jagung lokal lebih nikmat dari jagung hibrida. 

"Petugas di lapangan sudah terus menerus melakukan sosialisasi agar petani jangan hanya tanam jagung lokal, tapi juga bisa tanam yang hibrida sehingg pendapatan petani meningkat. Namun butuh waktu untuk menyadarkan masyarakat," ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Madura

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES