Peristiwa Daerah

Sertu Suwito, Babinsa Desa Gumelar yang Layani Ratusan Pasien Katarak Hingga Pulih

Kamis, 20 September 2018 - 20:16 | 104.03k
Sertu Suwito tengah memeriksa kondisi Amiyah, warga Desa Gumelar yang menderita katarak di rumahnya, Kamis (13/9/2018). (FOTO: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)
Sertu Suwito tengah memeriksa kondisi Amiyah, warga Desa Gumelar yang menderita katarak di rumahnya, Kamis (13/9/2018). (FOTO: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Raut wajah Saenah tampak tegang. Karena di hadapannya ada tentara berbadan tegap yang punya potongan rambut cepak. Juga mengenakan seragam loreng dan sepatu laras hitam mengkilap.

Jarang sekali rumahnya kedatangan seorang tentara. Perempuan 65 tahun warga Dusun Krajan Kidul, Desa Gumelar, Kecamatan Balung, Jember, Jawa Timur, itu mulai bertanya-tanya. Masalah apa kiranya yang membawa tentara ini datang di siang bolong, dan menemuinya langsung di rumahnya yang sederhana.

Saenah mengamati dengan jeli wajah tentara yang datang ke rumahnya yang agak remang-remang itu. Kedua bola matanya yang tampak sedikit merah seakan menyembunyikan rasa takut. Warna merah di matanya itu didapatnya usai menjalani operasi katarak di Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS), Jember beberapa waktu lalu melalui program operasi katarak gratis. Program tersebut diinisiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember dengan menggandeng Kodim 0824 Jember dan sudah berjalan empat atau lima tahun terakhir.

Sertu-Suwito-3.jpgWawancara Times Indonesia dengan Sertu Suwito (seragam loreng) dan Danamil 0824/22 Balung di Markoamil Balung. (FOTO: Koramil Balung for TIMES Indonesia)

Sedetik kemudian wajah tegangnya berubah ceria. Senyum di wajahnya yang keriput mulai menyungging. Saenah yang ditemani anak keduanya, Mohammad Hasan, tampak sangat mengenal seorang tentara yang ada di hadapannya itu.

“Oh, monggo pinarak (silahkan masuk) Pak Gito,” kata Saenah kepada Sertu Suwito, anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil 0824/22 Balung dan TIMES Indonesia yang mendatangi rumahnya pada Kamis pekan lalu (13/9/2018).

Di Desa Gumelar ini, hampir semua warga menyebut nama Sertu Suwito dengan Gito. Alasannya diduga karena pembawaan pelafalan warga Desa Gumelar yang sebagian besar adalah suku Madura.

Setelah dipersilakan duduk oleh tuan rumah, Sertu Suwito mulai membuka pembicaraan. Dia mengatakan bahwa kedatangannya ke rumah Saenah untuk menjenguk sekaligus mengecek kondisi kedua mata Saenah yang kini kembali normal.

“Sebelumnya Ibu Saenah ini nggak bisa lihat apa-apa Mas. Kalau jalan harus dituntun karena katarak,” kata Sertu Suwito kepada TIMES Indonesia.

Sertu-Suwito-2.jpgSertu Suwito duduk bersama Saenah dan anaknya, Mohammad Hasan saat mengunjungi rumah Saenah di Desa Gumelar, Balung, Kamis (13/9/2018). (FOTO: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)

Sertu Suwito melanjutkan, bahwa melakukan pemeriksaan katarak cukup mudah. Yakni dengan mengetes kemampuan pasien dalam melihat objek. “Cukup disuruh lihat jari telunjuk kita saja. Kalau sampai 5 meter tidak kelihatan harus dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi,” terang Sertu Suwito.

Saenah menyimak penjelasan mengenai kondisi matanya dari Sertu Suwito yang duduk persis di sebelahnya, sambil sesekali tersenyum dan mengangguk.

“Saya hanya bisa bilang terima kasih karena sudah bisa melihat lagi. Saya senang. Sebelum dioperasi tidak bisa keluar rumah. Dulu sholat sering salah kiblat, sekarang sholat jadi nggenah (benar),” kata Saenah yang sempat menderita katarak selama 6 bulan tersebut. Mendengar penututuran Saenah, Sertu Suwito ikut tersenyum. Wajahnya yang tegas khas seorang prajurit kini tampak lebih ceria.

Warga lainnya yang jadi pasien katarak, Amiyah juga mengaku senang ada bantuan dari Sertu Suwito. Bedanya dengan Saenah, Amiyah belum menjalani operasi katarak. “Nanti insyaallah tanggal 5 Oktober mendatang ibu Amiyah saya ajak ikut operasi. Ibu ini masih takut-takut karena dipikir nanti matanya dicongkel, padahal tidak,” ucap Sertu Suwito sambil tertawa.

Bagi warga di Desa Gumelar, Sertu Suwito dikenal sebagai anggota TNI yang aktif menggalang warga yang menderita katarak agar mau dioperasi. Kegiatan tersebut sudah dilakoninya selama bertahun-tahun.

Warga desa, khususnya yang menderita katarak dan keluarganya sudah mengganggap Sertu Suwito seperti pahlawan karena kepeduliannya kepada mereka. Sebab, selama ini warga penderita katarak di sana nyaris abai terhadap penyakit penglihatan yang dialaminya. Banyak di antaranya yang masih enggan memeriksakan kondisinya ke rumah sakit. Lantaran kurangnya pengetahuan dan infomasi mengenai katarak, juga karena tidak punya biaya.

Hingga kini, tak terhitung jumlah pasien katarak di Desa Gumelar yang berhasil diajak Sertu Suwito untuk diperiksakan di rumah sakit hingga menjalani operasi katarak gratis. Tidak hanya berasal dari Desa Gumelar, pasien katarak yang didampinginya juga ada yang berasal dari daerah lain.

“Alhamdulillah semuanya sembuh,” tutur bapak tiga orang anak tersebut.

Sertu Suwito yang telah menjadi Babinsa selama 13 tahun tersebut bercerita, aktifitas mulianya itu mulai rutin dia jalani pada tahun 2014 silam. Pria kelahiran Pasuruan, 30 Januari 1967 silam tersebut mengatakan bahwa saat itu Kodim 0824 Jember yang menjalin kerja sama dengan Pemkab Jember memerintahkan seluruh anggota Babinsa di seluruh wilayah untuk mendata dan mengumpulkan pasien penderita katarak. Tujuannya untuk diikutkan dalam bakti sosial operasi katarak gratis untuk mengentaskan Kabupaten Jember dari katarak.

“Waktu pertama itu ada panggilan tugas. Saya langsung turun ke masyarakat di Desa Gumelar ini. Pertama kali saya bawa 10 pasien katarak untuk dioperasi. Kemudian terus meningkat hingga 40 orang,” tuturnya dengan antusias.

Sertu Suwito mengaku bahwa dari waktu ke waktu perintah komandannya yang dia kerjakan berubah menjadi sebuah kebiasaan atau rutinitas. Apalagi, dengan melihat langsung ke masyarakat, suami dari seorang guru SD tersebut mengaku prihatin dan terenyuh. Bahwa ternyata masyarakat Desa Gumelar di bawah binaannya banyak di antaranya yang menderita katarak. Parahnya lagi, sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan.

“Niat saya ingin membantu dan menolong. Saya ihklas menjalaninya. Awalnya memang panggilan tugas tapi lama kelamaan jadi bentuk pengabdian saya kepada masyarakat di desa ini,” ujar pria yang mulai menjadi anggota TNI pada 1 Maret 1988 tersebut.

Selama menjalani rutinitasnya tersebut, Sertu Suwito tidak menarik imbalan berupa apapun dari warga atau pasien katarak yang didampinginya hingga ke meja operasi. Bahkan, mobil Panther Hi Sporty miliknya sudah mirip menjadi mobil ambulans yang mengantar pasien katarak dari rumahnya ke rumah sakit.

“Kalau siang ngantar warga ke rumah sakit. Kalau malam ngantar orang ke tempat pengajian. Alhamdulillah mobil saya itu walau sudah antik banyak amalnya, hehe…,” ujarnya.

Tidak hanya itu, sudah dianggap tokoh masyarakat di Desa Gumelar, anggota TNI yang berkumis ini sampai diusung warga untuk menjadi kepala desa.

“Tapi saya menolak. Saya ingin fokus saja membantu warga di sini yang menderita katarak agar mereka dapat melihat lagi,” tegas Sertu Suwito yang segera memasuki masa pensiun pada tahun depan.

Sertu Suwito menyatakan siap untuk terus menjalankan pengabdiannya kepada masyarakat di desanya tersebut. “Walau nanti sudah pensiun jadi anggota TNI saya siap bantu masyarakat. Kalau masih dibutuhkan komandan saya saya siap mengabdi,” tegasnya tanpa ragu.

Pengabdian Sertu Suwito beberapa kali mendapatkan apresiasi dari para komandannya. Salah satunya Danrami 0824/22 Balung Kapten Inf Rochmanu. Dia mengatakan bahwa Sertu Suwito jadi perpanjangan tangannya untuk mendekatkan TNI kepada masyarakat.

“Saya kenal lama dengan pak Suwito dan sudah dengar sepak terjangnya. Sebagai komandannya saya doakan agar beliau sehat agar dapat terus mengabdi kepada masyarakat,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Jember

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES