Kopi TIMES

Kiai Ma'ruf, Ulama Plat Nomor Kendaraan

Rabu, 19 September 2018 - 12:30 | 116.11k
Zulham A Mubarrok, Pengurus DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Zulham A Mubarrok, Pengurus DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGKH Ma’ruf Amin tersenyum. Dua tangannya bersedekap santun di perut. Jas abu-abu dan sorban putih berkombinasi dengan sarung yang dilipat tinggi. Empat perempuan paruh baya bergaya ala sosialita dan dua pria berjajar mengapitnya.

Tiga perempuan memakai rok pendek dengan atasan tanpa lengan. Pria tua disamping Kiai Ma’ruf juga tampak bercelana pendek. Mereka berpose untuk sebuah foto.

Akun Facebook dengan nama Elang Sakti membagikan foto itu di grup Islam Nusantara Anti Radikal 17 September 2018 kemarin. Elang menuliskan kata berhuruf kapital sebagai keterangan: HEBAT NIH ULAMA SETLAH DKT SAMA ISLAM NUSANTARA JADI MODEREN. Sebuah pemantik debat. Ujaran kebencian dan perundungan siber bertumpuk di kolom komentar beradu dengan argumen pembelaan dari warganet lain. 

Elang memasang logo Muslim Cyber Army (MCA) pada profilnya. Kaligrafi kalimat tauhid, asma Allah dan Muhammad bertengger di bando laman facebooknya. Sore itu Elang sedang berjihad. Melawan entah siapa dan entah apa. Atas nama kebenaran ala komplotannya. 

Bisa jadi pelaku perundungan siber dan ujaran kebencian seperti Elang tak mengenal sosok dan kiprah Kiai Ma’ruf Amin. Karena tak kenal, mereka pun gagal sayang. Maka ijinkan saya memperkenalkan sosok Kiai Ma’ruf kepada Elang dan jamaah perundung sibernya.

Kiai Ma’ruf saya jumpai di Menteng, Jakarta, suatu hari di musim penghujan sekitar 9 tahunan lalu. Beliau sedang berbincang dengan seseorang. Saya memotong diantara pembicaraan, menyebutkan nama, dan mencium tangannya. ’’Wartawan Jawa Pos ya? Anak buahnya Pak Dahlan Iskan,” kata Kiai Ma’ruf. ’’Nggih Yai, betul,’’ ujarku polos.

Setelah itu, dalam pelbagai kesempatan kami rutin bertemu. Baik untuk wawancara maupun dalam acara kenegaraan yang melibatkan Presiden SBY dan menteri-menterinya. Waktu pun berlalu. 

Ada kalanya saya menilai sosok Kiai Ma’ruf sebagai pribadi yang sangat berhati-hati dalam berkata dan bertindak. Walau begitu beliau cukup ramah dan murah senyum. Usia tak mampu meredam semangatnya untuk beraktifitas dalam frekuensi yang tinggi.

Belakangan, dua kali sudah saya bertemu dengan Kiai Ma’ruf. Yaitu, ketika beliau hadir di sebuah acara sebagai Rais Aam PBNU di Pesantren Al Rifaie, Malang. 

Lalu, yang kedua pada acara pengukuhan Kiai Ma’ruf sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Muamalat di Kampus UIN Malang. Presiden Jokowi hadir dalam acara di pertengahan 2017 silam itu. 

Setelah sekian tahun, tak banyak yang berubah pada diri Kiai Ma’ruf. Masih sederhana dengan sarung yang disetel tinggi. Kacamata yang kadang suka agak melorot kebawah. Dan rambut putih yang terselip disela-sela songkok hitam yang kadang tampak pudar karena sering terpapar air.

Siapa sangka jika Kiai Ma’ruf adalah wakil rakyat termuda di masa Jakarta dipimpin Gubernur Ali Sadikin. Ma’ruf muda hadir dengan banyak gagasan. Diantaranya, usulan yang berbuah kebijakan Inpres Pasar oleh Presiden Soeharto, konsep rayonisasi sekolah, dan yang paling menarik adalah soal pencantuman tanggal berlaku STNK pada plat nomor polisi kendaraan bermotor. Coba cek plat nomor kendaraanmu. Voila, itu adalah salah satu gagasan otentik sang kiai bersarung tinggi itu.

Dulu, plat nomor kendaraan tidak mencantumkan masa berlaku STNK. Kiai Ma’ruf mengusulkan pencantuman masa berlaku STNK pada plat nomor agar pemilik kendaraan tak sampai telat bayar pajak. Pemeriksaan kendaraan oleh polisi juga lebih mudah dan efisien. Usulan itu awalnya ditujukan hanya untuk wilayah DKI Jakarta saja. Tapi usul Kiai Ma’ruf yang memicu pro kontra itu pada akhirnya diterima secara luas lalu diberlakukan secara nasional di Indonesia. Hingga saat ini.

Soal keilmuan, Kiai Ma’ruf ibarat perpustakaan berjalan. Sejak 18 tahun silam, hasil pemikiran Kiai Ma’ruf dalam bentuk fatwa dan puluhan ribu sertifikasi halal telah banyak membantu umat Islam di Indonesia. Konsep perbankan Syariah yang kini diterapkan di sebagian besar bank di Indonesia juga lahir dari buah pemikiran dan kerja kerasnya. 

Dibalik kesederhanaannya, Kiai Ma’ruf telah mengabdi kepada umat dalam senyap tanpa ingar bingar publikasi. Dia telah bekerja keras demi tegaknya syariat Islam di Indonesia. Memberi manfaat pada umat tanpa perlu mengusung teori khilafah dan demo berjilid-jilid.

Sebuah video berdurasi sekitar 3 menit beredar di Youtube dan Whatsapp group. Ratusan pria berada dalam sebuah pengajian di ruangan terbuka. Terhalang punggung beberapa orang, di atas panggung terdengar suara parau berorasi. Suara itu menghentak tanpa kompromi. 

’’…nanya sama ulama, ustadz, habib, kiai, besok 2019 mau pilih Jokowi apa tidak?’’ tanya suara parau itu dari atas pangung
‘’Tidaak,’’ jawab sebagian dari hadirin.
’’Mau pilih Jokowi apa tidak?”
“Tidaaaak,”
“Mau pilih Jokowi apa tidak?”
“Tidaaaak,”
“Mau pilih Jokowi apa tidak,’’tiga kali diulang ulang kalimat penegasan itu dan semuanya dijawab oleh beberapa hadirin dengan satu kata. ‘’Tidaaaaak!” beberapa orang juga mengucap takbir.
“Kenapa tidak? wakilnya kiai! wakilnya habib! wakilnya wali! wakilnya Jokowi malaikat! Loh kok nggak mau kamu?”
“Tidaaaaaaak” timpal sebagian hadirin.
“Karena mereka diusung oleh partai penista agama….kami umat Islam akan menenggelamkan partai penista agama,’’ teriaknya lantang.

Lelaki dalam video itu adalah da’i gondrong, muda nan ganteng, Habib Bahar bin Smith. Pada malam yang ajaib itu dia menyulut ribuan sumbu dengan api kesumat yang entah demi apa dan atas dasar apa. 

Narasi yang paling update: Jangan pilih capres dari partai penista agama! 2019 ganti presiden! hancurkan reputasi Kiai Ma’ruf cawapres penista agama! Ah sungguh teramat berisik dan ceriwis.

Saat Islam menjadi tren positif budaya post-millenial, generasi yang gagap agama sering tersesat di belantara informasi daring. Virus Islam kagetan menyebar layaknya influenza di musim penghujan. Semua serba latah. Auto Islami. Auto jihad siber. Auto paling bener.

Dan kemudian…..The ting goes skrrrahh, pap, pap, ka-ka-ka. Skidiki-pap-pap, and a pu-pu-pudrrrr-boom. Skya, du-du-ku-ku-dun-dun Poom, poom, you dun know (teks lagu Biq Shaq berjudul Mans Not Hot) … Yes, you don’t know. You really, really don’t know. (*)

*) Zulham A Mubarrok, Pengurus DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES