Ekonomi

Mukhamad Misbakhun: Ekonomi 2018 Jauh Lebih Kuat Dibanding 1998

Minggu, 16 September 2018 - 14:16 | 47.50k
Mukhamad Misbakhun, saat berada di pesantren Zainul Hasan Gemggong, Kabupaten Poroblinggo, Jawa Timur.(FOTO: Dicko W/TIMES Indonesia)
Mukhamad Misbakhun, saat berada di pesantren Zainul Hasan Gemggong, Kabupaten Poroblinggo, Jawa Timur.(FOTO: Dicko W/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Anggota Komis XI DPR-RI Mukhamad Misbakhun mengungkapkan, bahwa perekonomian di Indonesia saat ini jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan perekonomian pada 1998 silam. Meski saat ini terpengaruh dollar terhadap nilai tukar rupiah, tapi secara umum tidak ada masalah.

Politisi Partai Golkar yang membidangi Keuangan, Perencanaan Pembangunan, dan Perbankan, ini juga menuturkan bahwa kondisi melemahnya nilai tukar rupiah saat ini, belum mempengaruhi daya beli masyarakat secara signifikan. Inflasi di daerah masih bisa terjaga termasuk ketersediaan bahan pokok di sejumlah daerah.

“Situasi 1998 dengan 2018 ini jauh berbeda. Ekonomi kita jauh lebih kuat, karena sistem saat ini dikelola dengan sehat dan kuat. Kemudian yang utama, politik kita lebih demokratis. Rupiah terpengaruh naik turun, kalau zaman dulu rupiah ditetapkan dengan angka tertentu. Jadi jangan membandingkan situasi kenaikan rupiah sekarang dengan tahun 1998,” katanya.

“Harga bahan pokok dan bahan bakar minyak masih stabil ditengah tekanan US dollar. Sekali lagi, pemerintah sudah mengantisipasi tekanan dolar amerika terhadap rupiah,” ungkap pria asal Pasuruan ini, saat menghadiri haul KH Sholeh Nahrawi, salah satu pengasuh pesatren Zainul Hasan Genggong, Sabtu (15/9/2018).

Misbakhun juga mejelaskan, naiknya nilai tukar rupiah terhadap US dollar sempat tembus Rp 15.000 kondisi terbaru Rp 14.788.

“Melalui Menteri Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan terus konsisten dengan kebijakannya untuk mendorong perbaikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD),“ beber Misbakhun.

Pemerintah sambung dia, saat ini telah mengeluarkan sejumlah kebijakan, seperti menerapkan pembatasan impor terhadap 900 komoditas dan penerapan mandatori biodiesel 20 persen untuk mengurangi ketergantungan impor solar. “Jadi sekali lagi, perekonomian 2018 ini jauh lebih kuat dibanding tahun 1998 silam,” ujar Mukhamad Misbakhun.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES