Peristiwa Internasional

10 Negara Bahas Potensi Konflik Laut China Selatan di Manado

Selasa, 11 September 2018 - 13:07 | 52.23k
Para peserta Lokakarya Penanganan Potensi Konflik di Laut Cina Selatan berpose di depan Gedung Bundar CTI-CFF Manado. (FOTO: Kemenlu RI forr TIMES Indonesia)
Para peserta Lokakarya Penanganan Potensi Konflik di Laut Cina Selatan berpose di depan Gedung Bundar CTI-CFF Manado. (FOTO: Kemenlu RI forr TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MANADO – Potensi konflik di Laut China Selatan (LCS) dibahas serius di Gedung Bundar CTI-CFF Manado, Sulawesi Utara, 9-11 September 2018. Pembahasan ini dilakukan Kemlu RI dan Pusat Studi Asia Tenggara (Center for South East Asian Studies) lewat Lokakarya Penanganan Potensi Konflik di Laut Cina Selatan (LCS) ke-28.

Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr AM Fachir menyampaikan bahwa kawasan Laut Cina Selatan harus dikelola melalui kerjasama di antara seluruh pihak yang berkepentingan. Pengelolaan hanya bisa dilakukan melalui kolaborasi dan dialog.

“Dengan dua cara ini, stabilitas dan kemakmuran di seluruh kawasan dapat tercapai,’’ ucap Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr AM Fachir.

Fachir juga menyampaikan bahwa kehadiran para peserta pada lokakarya ini mencerminkan konvergensi dari kepentingan bersama untuk mengelola dinamika di Laut Cina Selatan melalui proyek-proyek konkret.

Lokakarya diikuti oleh 64 peserta dari Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Republik Rakyat Tiongkok, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Vietnam, dan Chinese Taipei. Lokakarya ini merupakan upaya diplomasi one and a half track untuk mendukung upaya perundingan di first track (antar Pemerintah). Khususnya untuk membangun rasa saling percaya (confidence building measures).

Berbagai negara telah mengakui inisiatif ini sebagai sebuah success story dalam pengelolaan potensi konflik di kawasan dan menjadi inspirasi bagi pengelolaan dinamika kawasan di belahan dunia lainnya.

​Beberapa kerja sama yang diusulkan di dalam Lokakarya antara lain proyek pelatihan di bidang tata kelola laut (ocean governance) dan teknologi informasi di bidang  kelautan, dan proyek penelitian, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) melalui  proyek Geo-Park di Kepulauan Natuna.

Salah satu isu yang mengemuka pada lokakarya tahun ini adalah pembahasan mengenai penanganan polusi sampah laut (marine debris), dan  lokakarya telah mengusulkan proyek kerja sama penelitian mengenai hal ini, antara lain terkait dampak microplasticterhadap ekosistem dan biota kelautan dan penyelidikan mengenai distribusi dan sumber dari micropastic. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : Kemenlu RI

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES