Kopi TIMES

Nasibmu Sepakbolaku, Antara Wasit dan Penalti

Sabtu, 25 Agustus 2018 - 11:04 | 71.14k
Penjaga gawang Indonesia Andritany Ardhiyasa (kiri) gagal menghalau tendangan pesepak bola Uni Emirat Arab Husain Abdulla saat adu penalti babak 16 besar Asian Games ke-18 di Stadion Wibawa Mukti, Jumat (24/8). ANTARA FOTO/INASGOC/Dhemas Reviyanto/Sup/18
Penjaga gawang Indonesia Andritany Ardhiyasa (kiri) gagal menghalau tendangan pesepak bola Uni Emirat Arab Husain Abdulla saat adu penalti babak 16 besar Asian Games ke-18 di Stadion Wibawa Mukti, Jumat (24/8). ANTARA FOTO/INASGOC/Dhemas Reviyanto/Sup/18

TIMESINDONESIA, BATU – Babak 16 sepak bola adalah babak hidup mati sebuah tim, dimana hari itu harus terpilih satu sebagai pemenang. Tidak seperti di group penyisihan dimana kalah, seri, menang  masih dipergunakan sebagai indikator untuk menentukan sebuah tim dalam sebuah peringkat.

Babak menang kalah ini sering membuat tim melakukan apa saja yang penting menang. Sehingga tak jarang babak menang kalah sering ada drama yang mengemaskan, memilukan dan membencikan, tergantung pada titik mana kita berada.

Seperti kemarin (24/8/2018) babak kalah menang di 16 besar sepak bola Asian Games 2018 antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab (UEA). Permainan syarat dengan trick dan intrik dari UEA. Dimana pertandingan ini adalah pertandingan bergengsi dimana dalam data UEA adalah peringkat 48 sedangkan Indonesia pada peringkat 165.

Jika yang memnag UEA maka biasa, jika yang menang Indonesia akan menjadi luar biasa, dan ini tidak mungkin dimaui oleh UEA. Meski pertandingan ini bukan pertandingan resmi yang dibuat FIFA atau AFC. Namun akan ada catatan sejarah bahwa Indonesia pernah mengalahkan UEA.

Secara permainan kedua tim berimbang dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing tim. Jika melihat hasil maka dalam pertandingan tersebut yang berkualitas adalah permainan Indonesia karena kedua gol dari proses bermain bola yang indah. Sedangkan UEA dari proses pinalti yang bisa dikatakan fifty-fifty antara bisa benar pelanggaran atau bukan pelanggaran. Terutama pinalti kedua, aroma kontroversinya sangat layaknuntuk didiskusikan. Dimana hanya ada kaki saling menempel lalu dimanfaatkan jatuh. Ingat... tempelan bukan ganjalan.

Namun mental Timnas Indonesia tetap bagus dan tetap bermain bola bukan beladiri. Dengan sabar dan tekun mereka masih bermain dengan baik untuk membongkar pertahanan UEA. Bahkan permainan Indonesia semakin menunjukan kelasnya.

Trick dan intrick pemain yang dimainkan UEA dengan tiba-tiba jatuh, kejang, sulit berdiri untuk mendelay waktu adalah hal yang biasa namun bisa membuat mental pemain lawan cukup dwon apalagi ketika dalam posisi kalah.  Dimana sedetik waktu yang hilang sangat berarti untuk mendapatkan gol.

Yang membuat pemain Indonesia lebih tertekanan adalah ketidakadilan yang diperoleh dari keputusan wasit.

Dalam pertandingan ini memang seperti ada pemain ketigabelas yaitu wasit pada tim UEA. Dimana wasit memberikan tekanan pada tim Indonesia hingga 3 kartu kuning pada pemain dan  dengan memberikan 1 kartu merah pada Asisten pelatih, Bima Sakti yang mengingatkan waktu injuritime sdh lebih sehingga terkena kartu merah.

Ini adalah tekanan gaya lama saat wasit membantu salah satu tim. Gimana sebuah tim yang bagus sekalipun kalau mendapat ketidakadilan akan bermain baik? Ini adalah psikologis yang dasar. Sehingga meski tim bertabur bintangpun akan sulit untuk memenangkan pertandingan semacam ini. Sebagai perimbangan agar seolah-olah fair maka wasit juga akan memberi kartu pada tim yang dibelanya tapi yang tidak berdampak pada gol. Ini terjadi dengan diberinya kartu kuning pada penjaga gawang UEA. 
Kartu itu adalah untuk keseimbangan seolah olah wasit fair dalam menjalankan tugasnya dan terlihat fair play.

Jika masih ada yang mengatakan faktor mental pemain Indonesia masih menjadi masalah, sepertinya tidak. Karena pemain bermain sangat baik, bahkan lebih gila. Seolah tekanan yang diterima justru menjadi motivasi untuk menjadikan yang terbaik. Terbukti gol yang dihasilkan dari proses bermain bola bukan dari hadiah pinalti. Bravo Indonesia, terima kasih Luis Milla Aspa, kamu selalu di hati kami.

 

Panca Rakhmad Pamungkas, Pengamat Bola. Mantan Pengurus Persema
Batu, 25 Agustus 2018

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES