Pendidikan

Toleransi mampu Terjalin Lewat Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa 2018

Minggu, 19 Agustus 2018 - 22:04 | 44.87k
Peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa (FOTO: Alfi Dimyati/TIMES Indonesia)
Peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa (FOTO: Alfi Dimyati/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PURWAKARTA – Salah satu peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa 2018 dari Jakarta, Sandra mengaku sangat berterima kasih lantaran dipersatukan dengan anggota kelompoknya dari berbagai latar belakang berbeda, seperti suku, agama dan daerah serta kondisi fisik.

Menurutnya, lantaran hal itu, dia bisa mengetahui dan menghormati perbedaan keberagamaan, khususnya perbedaan agama.

"Saat mendaiki gunung, Ketika teman-teman muslim melakukan sholat, temen-temen yang non muslim berhenti untuk menunggu teman-teman muslim selesai sholat," katanya di Outward Bound Indonesia (OBI) Eco Campus, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (19/8/2018).

Selain itu, kata dia, melalui Ekspedisi Bhinneka bagi Bangsa ini dia juga belajar bagaimana menerima pendapat orang lain ketika bersatu dalam tim.

"Ketika kita mau memutuskan sesuatu, kita juga harus mendengarkan semua opini dari temen-temen yang didikan keluarga-keluarganya yang berbeda-beda," ujar dia.

Sementara itu, peserta, asal Provinsi Aceh, Ahmad Aldi mengaku bahwa dari jalinan pertemanan singkat itu, dia mengaku telah banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman seperti kedisiplinan, tanggung jawab, persatuan tim dan menerima perbedaan latar belakang dan pendapat.

Menurut dia, adanya perbedaan ras, suku, agama dan kondisi fisik bukanlah suatu penghalang yang menjadi jurang pemisah antar anak bangsa dan negara.

"Perbedaan itu bukan satu hal untuk memisahkan kita, perbedaan itu untuk menyatukan, perbedaan bukan lah untuk diperdebatkan tapi untuk memecahkan suatu persoalan," katanya.

"Mereka menghargai saat kami sholat. Inilah toleransi di tim kami. Tim kami punya satu persatuan," imbuh dia.

Senada dengan dua temannya, peserta asal Nusa Tenggara Barat (NTB), Wira Rizki juga mengaku sangat bangga lantaran bisa belajar banyak hal khususnya menerima pendapat meskipun latar belakang satu sama lainnya berbeda - beda.

"Saya bangga dari kegiatan ini kita ditempa dan dididik untuk saling bekerja sama dengan latar belakang berbeda, seperti suku agama dan kondisi (normal dan difabel)," ujarnya.

Sementara itu, peserta difabel tuna netra, Ryan Winardi mengaku sangat senang lantaran bisa mengikuti program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa dan dipertemukan dengan teman-teman baru dari berbagai macam latar belakang.

Menurutnya, sebelum mengikuti Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa seperti melakukan pendakian dan pelaksanaan upacara kemerdekaan dan penghormatan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung Parang, berkemah, dan ekspedisi air dia mengaku tak kuat membayangkan bagaimana susahnya menggapai puncak Gunung Parang.

Namun usai melakukan serangkaian tersebut, kekhawatiran itu terkikis dengan sendirinya.

"Kalo dibayangin sebelum dilakukan, kelihatannya sangat susah buat kita - kita, Tapi dalam hidup itu mau atau gak sebenarnya, bukan susah atau tidak susah, saat clambing infrastruktur mengatakan tinggal 20 meter lagi (sampai atas). Saya hanya membayangkan 20 meter, oh begitu ?," katanya.

Dia pun mengaku tak merasa takut lantaran Instruktur dan penyelenggara tentu telah menyiapkan keamanan secara maksimal. "Kenapa mesti takut. safety kan pasti diutamakan sama penyelenggara. 
puji Tuhan saya bisa naik tebing," katanya.

Senada dengan Ryan, penyandang difabel lainnya dari Medan, Ridwan Purba mengaku sangat kesulitan ketika menempuh ekspedisi air, namun lantaran keyakinannya yang tak pernah putus asa dia pun akhirnya bisa mendayung. 

"Paling sulit itu mendayung. Tapi Jangan pernah menyerah. Soal mendaki enggak ada kesulitan kan tangan saya kuat (panjat tebing bukan menggunakan kaki), badan saya juga ringan," ujar dia.

Sekedar informasi, Program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa ini diselenggarakan oleh Outward Bound Indonesia (OBI), pelopor pendidikan luar ruang (Outdoor Education) di Indonesia.

Program ini di digelar di kawasan Jatiluhur Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 15 - 19 Agustus 2018 dengan tajuk 'Merenda Mutiara Nusantara'.

Tujuan program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa 2018sebuah pendidikan karakter berbasis alam bebas pertama di Indonesia ini yakni untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian dan kerjasama tim dalam keberagaman dan berkontribusi positif terhadap pembangunan karakter Indonesia diikuti para peserta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES