Indonesia Positif Ketahanan Informasi Nasional

Ini Tips Dirut Bank BPRS SPM Pamekasan Atasi Pembiayaan Bermasalah

Kamis, 16 Agustus 2018 - 08:43 | 283.73k
Direktur Utama Slamet Riyanto (tengah) (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)
Direktur Utama Slamet Riyanto (tengah) (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)
FOKUS

Ketahanan Informasi Nasional

TIMESINDONESIA, PAMEKASAN – Kompartemen BPRS DPW JATIM Wilayah Kerja Kediri menggelar pelatihan soal 'Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BPRS', Sabtu (11/8/2018) di Hotel Aston Madiun. Riyanto, Direktur Utama Bank BPRS Sarana Prima Mandiri (SPM) Pamekasan menjadi narasumber pada acara yang digelar di Hotel Aston Madiun itu.

Sedikinya ada 100 orang dari 29 BPRS yang ada di Jawa Timur mengikuti pelatihan. Dalam paparannya Riyanto membahas tuntas seputar Penanganan dan Penyelesaian Pembiayaan  Bermasalah melalui jalur Ligitasi dan Non Ligitasi.

BPRS-2.jpg

Namun tidak saja dari sudut teori hukum tapi juga pelaksanaan dan eksekusinya disertai studi kasus.

Ditanya tentang appresiasi BPRS lainnya terhadap kinerja SPM, dengan gayanya yang low profile, ia menjawab bahwa semua itu adalah hasil capaian seluruh karyawan yang bersatu padu dalam semangat kebersamaan untuk berubah menjadi lebih baik. "Selaku direksi saya hanya tut wuri handayani  atau memberikan dorongan dan arahan," ucapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan lerbankan utamanya adalah memberikan kredit atau penyaluran dana kepada nasabah di berbagai sektor ekonomi.

"Pemberian kredit yang dilakukan lembaga keuangan baik bank umum, bank syari’ah, bank perkreditan rakyat, maupun lembaga keuangan non bank dan koperasi, meskipun dilakukan secara hati-hati dan teliti adakalanya masih saja ditemukan hambatan dalam penyelesaian kreditnya atau dengan kata lain terjadi kredit macet," jelasnya.

Masih dalam uraiannya, Ratio Net Performance Loan (NPF) menjadi salah satu indikator baik atau tidaknya performance keuangan dan menjadi alat ukur untuk menilai kinerja sebuah Bank.

"Laporan OJK menyebutkan bahwa rata2 ratio NPF di perbankan syariah relatif lebih besar yaitu 8% dibandingkan Bank Konvesional yang hanya 5%," papar Riyanto.

BPRS-3.jpg

Demikian juga halnya untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, soal penanganan pembiayaan bermasalah ini juga sangat menyita waktu, tenaga dan perhatian para direksi.

"Karena itu BPRS Sarana Prima Mandiri sepertinya menjadi rujukan BPRS yang lain karena dari kinerja selama 1 tahun terakhir menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat signifikan dilihat dari berbagai aspek," sebutnya bangga.

Ia menjelaskan penyelesaian pembiayaan bermasalah di BPRS Sarana Prima Mandiri  di beberapa tahun ini penanganannya mengalami stagnasi. Namun pada posisi Juli 2018 ini NPF nya hanya 2,4% pada tahun sebelumnya sempat menembus angka 20%.

Salah satu tips yang Riyanto berikan kepada para peserta pelatihan tersebut dalam penyelesaian bermasalah adalah bahwa pada dasarnya tidak ada nasabah yang sedari awal berniat untuk melakukan wanprestasi atas kewajibannya.

Ia menekankan pada seluruh peserta pelatihan untuk selalu positive thinking terhadap nasabah yang bermasalah.   Memposisikan diri sendiri sebagai solving maker atas permasalahan yang dihadapi nasabah dengan menggunakan pendekatan "rasa" (human approach).

"Sebaiknya hindari cara-cara penyelesaian dengan pola "debt collector" yang cenderung kurang manusiawi dalam menyelesaikan masalahnya dengan nasabah," pesan Riyanto, Direktur Utama Bank BPRS SPM Pamekasan(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES