Kopi TIMES

Cinta Indonesia Merdeka di Dompet Kita...

Kamis, 16 Agustus 2018 - 07:10 | 65.61k
Akhmad Bayhaqi Kadmi
Akhmad Bayhaqi Kadmi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tiba-tiba saja di awal bulan Agustus saya mendapat wawasan kebangsaan. Hal baru tentang uang. Saya diajak menemani anggota DPR RI di komisi sebelas. Pekerjaannya berurusan dengan keuangan, ekonomi dan  perbankan.

Sebut saja Pak Misbakhun, nama lengkapnya Muhammad Misbakhun. Asli Pasuruan. Usianya tak beda dengan saya. Anak desa. Tapi kini sudah sangat Ibukota. Lama jadi akuntan kini mengurusi aturan main tentang uang di gedung senayan.

Kehadirannya di desa di pojok kota itu saya temani. Terciptalah ngobrol santai dengan masyarakat. Sejawatnya dari pimpinan Bank Indonesia juga datang. Tak biasanya bos BI begitu bank Indonesia disebut, mau datang sendiri ke pelosok kampung jika tak diajak kawan saya ini.

Nah, inilah yang menarik. Saat dijelaskan, oleh bos BI tentang Uang Rupiah Sebagai Lambang Kedaulatan Negara Indonesia.

Saya tak menduga, lepasnya Pulau Sipadan dan Ligatan ke negeri tetangga, salah satu sebabnya karena mata uang.

Mahkamah Internasional menegaskan dua pulau itu lepas, karena penduduk yang bermukim di sana tak lagi menggunakan Rupiah sebagai alat tukar. Namun sebagian besar dan hampir seluruh, melakukan transaksi dengan ringgit Malaysia. Maka secara de jure, lepaslah dua pulau warisan Nusantara itu ke negeri adik kita yang nakal bernama Malaysia itu.

Uang ternyata lambang kedaulatan. Uang bukan saja jadi benda penting didompet kita. Terus kita ingat hanya saat kita butuh menariknya untuk pembayaran urusan kita sehari-hari.

Sekilas, Pak Bakhun, kawan saya itu juga bercerita, mengajak ingat gambar yang terpampang di uang kita.

Uang kita bergambar foto pahlawan nasional. Maksudnya adalah, biar kita tidak cuma cinta niainya. Cinta uang karena dapat digunakan beli bakso. Cinta duit karena bisa digunakan untuk mahar kawin. Cinta Rupiah, kalau banyak bisa beli mobil dan naik haji. Tetapi lebih dari itu, kita hormat pada para pahlawan yang telah berjuang membuat negeri kita merdeka. Berdaya dan punya harga diri.

Hormat kita pada uang. Seolah tak peduli ada gambar pahlawan. Kita sering lupa nama-namanya. Bahkan tak jarang memperolok tokoh pahlawan di uang kita.

Sering anak remaja iseng melukis kumis pada tokoh pahlawan. Padahal itu uang 10 ribuan bergambar Ibu Kartini. Masak ibu kartini berkumis ?

Tak jarang pesan singkat di tulis di kertas uang. Bahasanya aneh-aneh. Uang jadi kartupos yang bisa dicoret tidak karuan. Waduuh, foto pahlawan, terutama Pattimura dan Pangeran Antasari di mata uang seribu dan dua ribuan, sering jadi obyek aksi gemar melukis tapi nakal ini.

Senyatanya, hanya uang dengan nilai tertinggi seratus ribu. Jarang dicoret tangan usil. Mungkin karena nilainya cukup besar. Sehingga lebih sering sembunyi di dompet. Atau segera masuk kotak kasir ketika dibayarkan. Uang seratus ribu sangat legendaris. Bergambar dua orang proklamator Kemerdekaan berdampingan. Elegan. Gagah dan berwibawa. Tanda tangan mereka menuliskan teks Proklamasi tanda Indonesia Merdeka. 17 Agustus 1945.

Uangnya berwarna merah. Ada sapuan warna putih. Seolah bendera dwi warna yang terus kita kibarkan saat-saat Kita menghayati makna kemerdekaan.

Kini sebaiknya saat memandang uang hayati perjuangan para  pahlawan. Saat menata uang di dompet. Berdoalah agar arwah pahlawan jadi kusuma bangsa.

Sedikit pun jangan hina para pahlawan yang ada di gambar uang rupiah kita.

Seperti pertanyaan di obrolan dengan Pak Bakhun, kemaren itu. " Pak kenapa uang sepuluh ribuan yang baru pahlawannya kok tidak ganteng ? "

Maka dijawab dengan enteng " Bu, pahlawan itu tidak perlu ganteng. Tetapi jasa-jasanya yang luhur itu layak dikenang untuk dipasang di mata uang rupiah. Ini pahlawan terpuji yang membebaskan papua dari cengkeraman Belanda".

Kemudian, ditambahkan penjelasan. " Tukul Arawana lebih ganteng dari pahlawan ini. Tetapi belum layak fotonya dipasang di uang kita. Karena Tukul belum pahlawan"...ujar Misbakhun kemudian.

Oleh: Akhmad Bayhaqi Kadmi

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bayhaqi Kadmi
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES