Peristiwa Nasional Pemuda Membangun Bangsa

Air Mata Peserta KPN 2018 Berlinang di Rumah Singgah Presiden

Rabu, 15 Agustus 2018 - 19:03 | 107.27k
Rumah yang menjadi homestay presiden RI ke 2 , Soeharto saat menghadiri COMDEKA tahun 1993. (FOTO: Tria Adha/TIMES Indonesia)
Rumah yang menjadi homestay presiden RI ke 2 , Soeharto saat menghadiri COMDEKA tahun 1993. (FOTO: Tria Adha/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Sejumlah pasang peserta KPN 2018 mata berkaca-kaca dan sesaat kemudian air mata itu berlinang tatkala melihat Rumah Singgah Presiden di dusun Sukomaju, desa Lebakhardjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang tak terurus dan rusak di sana sini.

Sebenarnya ini sebuah "monumen" bersejarah, satu-satunya rumah gedek (anyaman bambu) yang disinggahi Presiden RI kedua, Soeharto. Namun sayang, rumah itu kini seperti onggokan bangunan rapuh yang tak terurus dan atapnya jebol di sana-sini.

Rumah-Singgah-Presiden-Soeharto-a.jpg

Bagi para pembina Pramuka yang mengikuti Karang Pamitran Nasional (13-19 Agustus) 2018, rumah gedek itu  adalah salah satu simbol kebesaran Pramuka Indonesia karena jaman itulah untuk kali pertama Indonesia berhasil mengumpulkan ribuan pramuka se dunia di Lebakhardjo untuk melakukan bakti fisik dan bakti sosial yakni PW ASPAC dan COMDECA.

Ya, Lebakhardjo, pada 18 Juni sampai 29 Juli 1978, menjadi lokasi Perkemahan Wirakarya Nasional dan Perkemahan Wirakarya Asia yang pertama (1st Asia Pasific Community Service Camp) atau PW ASPAC.

PW ASPAC adalah perkemahan Wira Karya Asia yang pertama yang ditandai dengan sebuah prasasti yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto waktu itu. Prasasti yang sampai sekarang tertempel pada sebuah dinding kecil dan sederhana di depan gedung yang menjadi pelengkap di lapangan utama desa Lebakhardjo.

Prasasti itu bertuliskan "di sini kau berbakti, di sini kau mengabdi, di sini kau bina perdamaian dunia". 

Sementara itu agak jaih dari lapangan itu, tepatnya terletak di dusun Sukamaju, ada sebuah monumen patung empat pramuka penegak dan pandega memegang tiang bendera dan di bagian bawahnya juga terdapat prasasti yang ditandatangani Wakil Presiden, Try Sutrisno.

Rumah-Singgah-Presiden-Soeharto-b.jpg

Sekitar 50 meter dari monumen patung ini ada rumah singgah Presiden yang warga setempat menyebut Pos-RI-1. Rumah yang seluruh dindingnya terbuat dari bahan anyaman bambu alias gedek inilah yang pada waktu itu penuh wibawa. 

Peserta PW ASPAC maupun COMDECA tahunya itu adalah rumah Presiden. Karena itu mereka mengaguminya. Selain dinding-dindingnya dari gedek, rangkanya mulai tiang-tiang penyangga blandar, usuk dan reng serba kayu.

Lantainya hanyalah plesteran biasa yang dilapisi vinil warna putih ke abu-abuan. Rumah yang cukup besar itu juga dilengkapi rumah pendamping untuk pos penjagaan kepresidenan dan bahannya sama serba bambu. 

Rumah inilah yang menjadi kenangan bagi peserta KPN 2018 karena di rumah itulah mereka tahu sebagai rumah singgah Presiden Soeharto saat ribuan pramuka se dunia berkumpul di desa Lebakhardjo. 

Karena itu tatkala peserta KPN 2018 yang notabene sebagian besar peserta PW ASPAC dan COMDECA hadir di lagi di Lebakharsjo, rumah ini jadi jujugan kenangan.

Rumah-Singgah-Presiden-Soeharto-c.jpg

Sayangnya saat ini rumah tersebut tak terurus. Dinding, atap, genteng, pagar teras dan sebagainya sudah jebol di sana sini. Usut punya usut ternyata rumah tersebut kini memang dikuasai perseorangan.

"Sebenarnya warga menginginkan rumah itu bisa dimiliki pemerintah. Sebab itu mengandung sejarah. Di rumah inilah segala keputusan tentang bagaimana pramuka se dunia harus bertindak dan bersikap untuk kepentingan masyarakat juga diputuskan," kata Wahyudi (43), salah seorang warga desa Lebakhardjo.

Sebab, lanjut Wahyudi, bila pemerintah bisa menguasai bangunan itu setidaknya akan terawat dan menjadi destinasi bagi pengunjung desa Lebakhardjo yang oleh dunia telah ditetapkan sebagai Desa Pramuka itu. 

Sejak hari Minggu, sehari sebelum KPN 2018 itu dimulai, POS-RI-1 ini oleh panitia "diselimuti" backdrop agar tidak terlihat kerusakan dan kondisinya itu. Namun peserta KPN 2018 tampaknya tidak peduli, dipotongnya tali backdrop itu dan mereka memasukinya hanya untuk bernostalgia dan berfoto. 

Peserta KPN 2018 itu datang silih berganti mengunjungi Rumah Singgah Presiden itu. Tidak jarang sambil bercerita, matanya berkaca-kaca dan bahkan sampai air matanya akhirnya jatuh. "Bangunan ini kenangan luar biasa. Kenangan dunia walau hanya bambu," kata Kak Welas, salah seorang pembina dari Madiun, di lokasi KPN 2018.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES