Kopi TIMES

Bilik Peradaban Pesantren

Selasa, 14 Agustus 2018 - 14:14 | 24.62k
(Grafis: TIMES Indonesia)
(Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGBUKU kitab santri ini menjadi buku yang sangat lengkap. Di dalamnya menceritakan tentang pesan, kesan, pengalaman, pembelajaran, ilmu, sikap, sifat dan banyak hal yang disampaikan oleh para penulisnya yang rata-rata pernah mengenyam pendidikan dari berbagai pondok pesantren di nusantara maupun para penulis yang pernah mengetahui, melihat, ataupun pernah merasakan kehidupan di pondok pesantren.

Berbicara pesantren tidak lepas dari keberhasilan dan keunikan di dalamnya. Pesantren secara kultural dan filosofis menjadi magnet perubahan dan peradaban dunia. Diakui atau tidak, pesantren menjadi kawah candradimuka bangsa indonesia.

Dari sanalah para aktor bangsa dan negara ini lahir dan dilahirkan. Dari bilik pesantren itulah para kader-kader terbaik bangsa tumbuh membumi menjadi kekuatan ekstra untuk membangun bangsa dan negera ini. Dari pintu pesantren itulah lahir para pejuang-pejuang bangsa yang menumpas para penjajah hingga kemerdekaan diraihnya.

Dari ajaran para kiai-kiai pesantren lorong-lorong pendidikan terbentuk secara tekstual dan kontekstual yang mengakar hingga menjadi budaya bangsa.

Dunia pesantren tidak bisa dilepaskan dari ajaran di dalamnya. Tentang ilmul hal, intelektualitas, psikologi, sosial, budaya, keagamaan apalagi, dan banyak ilmu yang dipelajari dan melekat di dalam dunia pesantren. Pesantren bukan seperti sekolah pada umumnya.

Pesantren bukan hanya mengajarkan bagaimana menjadi pintar dan menghilangkan kebodohan. Pesantren juga bukan hanya tempat istirahatnya para pencari ilmu dan pengembara. Tetapi pesantren adalah tempatnya mencari jati diri, mengeksplorasi hati, mengimplementasi aksi untuk perubahan yang lebih baik, bermanfaat dan barakah dalam hidup dan kehidupan. Mencipta peradaban masyarakat, bangsa dan dunia.

Di pesantren juga diajarkan bagaimana menghargai dan menghormati kiai dan keluarganya serta guru-gurunya sebagai bentuk ke-takdiman santri kepada kiainya yang berdampak kepada keberkahan dan kemanfaatan ilmunya.

Kiai juga tidak hanya mentransfer ilmu belaka dalam pembelajarannya, tetapi mengajarkan tentang bagaimana memanfaatkan ilmu itu dengan cara sorogan, bandongan, musyawarah, rihlah ilmiah dan lain sebagainya.

Di samping itu, doa kiai tidak pernah lepas untuk para santrinya, sehingga sinergi antara kiai, sistem di pesantren dan takdimnya santri menjadi pintu-pintu kebaikan itu terbuka lebar untuk kebaikan dan penguatan kapasitas sumber daya santri (hal. 62).

Itulah agungnya dunia pesantren dalam kaidah hidup dan kehidupan menjadi model yang representatif untuk penguatan moral dan etika, sosial, budaya dan keagamaan masyarakat. Bahkan boleh jadi, pesantren adalah tempat terapi batin bagi siapa saja yang sedang mengalami kekosongan bathinnya. Menjadi rumah sakit bagi siapa saja yang ingin sembuh dari penyakit-penyakit rohaniah.

Sebagai institusi tertua di Indonesia dengan keunikan-keunikan dan kemenarikannya jika dibandingkan dengan institusi pendidikan yang lainnya, terutama yang muncul pada era pascakolonial, maka pesantren sejatinya mempunyai 3 (tiga) aspek yang dapat diintegrasikan, yaitu intelektualitas, moralitas dan spritualitas.

Ketiga hal tersebut diperoleh melalui berbagai sistem pengkajian dan pengejewantahan dalam kehidupan sehari-harinya (hal. 145-146).

Pendidikan di pesantren terbukti sangat baik kualitasnya, terutama dalam pendidikan karakter. Polanya adalah 24 non stop santri belajar tentang banyak hal di lingkungan pesantren. Serta pembelajaran yang mengedepankan prinsip-prinsip moralitas dari pada intelektualitas, karena dari moralitas itulah aspek intelektualitasnya mengikuti (187).

Bahkan saat ini, pesantren menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Pesantren menjadi rujukan utama dalam penguatan moral dan etika. Pesantren menjadi rujukan utama dalam penyelesaian konflik dan persoalan kebangsaan.

Pesantren menjadi rumah bagi seluruh lapisan masyarakat indonesia. Gempuran globalisasi dan arus modernisasi tidak menyurutkan dinamika kehidupan di pesantren. Penyesuaian dalam tradisi kepesantrenan sangat melekat dalam kehidupan santri.

Oleh karena itu, kehidupan di pesantren tentu harus berdiri secara kokoh dengan memegang teguh pondasi peradaban melalui panca kesadaran, yaitu kesadaran beragama, kesadaran berilmu, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara dan kesadaran berorganisasi.

Disamping itu, seorang santri harus mampu memegang teguh trilogi santri, yaitu memperhatikan kewajiban-kewajiban fardhu ‘ain, mawas diri dengan meninggalkan dosa-dosa besar, dan berbudi luhur kepada Allah swt dan mahluk-mahluknya (hal. 93).

Buku ini sangat layak untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mengetahui dinamika kehidupan di pesantren. Cerita-cerita tentang pengalaman para santri di pesantrennya masing-mesing menggugah para pembaca untuk mendalami dan menyelami kehidupan pesantren yang sungguh sangat menarik.

Sajian dalam buku ini sungguh eksotik sesuai dengan karakteristik dan pola penulisan yang ditulis oleh penulisnya. Menarik dan unik, itulah yang melekat di dalam buku kitab santri ini. Gerakan literasi di pesantren menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari terbitnya karya buku yang disunting oleh Kiai Ahmad Tohe ini. Gairah pesantren sangat terasa kental di dalam penyajian buku ini.

Judul               : Kitab Santri
Penyunting      : Ahmad Tohe
Penerbit          : Dialektika dan Halaqah Literasi
Cetakan           : Pertama, Mei 2018
Tebal               : xviii + 328 Halaman
ISBN               : 978-602-5841-00-2

Peresensi Hayat. Dosen Program Studi Ilmu Adminsitrasi Publik Fakultas Ilmu Adminsitrasi Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES