Pendidikan

Sehari Siswa dan Guru SDN Punten 1 Berbahasa Jawa di Sekolah

Kamis, 09 Agustus 2018 - 14:00 | 487.57k
Tidak hanya berbahasa Jawa selama sehari, guru dan siswa SDN Punten 1 juga berbusana khas Jawa. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Tidak hanya berbahasa Jawa selama sehari, guru dan siswa SDN Punten 1 juga berbusana khas Jawa. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Suasana sekolah Jawa tempo doeloe benar-benar diusung oleh SDN 1 Punten, Kota Batu ke jaman modern saat ini.

Seperti Kamis (9/8/2018) seluruh guru dan siswa menggunakan baju khas Jawa. Yang laki-laki menggunakan baju lurik dan blangkon, sementara yang wanita menggunakan kebaya.

Bahkan selama sehari, seluruh guru dan siswa harus menggunakan bahasa Jawa. Iya, di sekolah ini setiap hari Kamis minggu kedua dan keempat harus menggunakan bahasa Jawa.

“Selama sehari para guru dan siswa harus menggunakan bahasa Jawa, karena itu kita namakan program ini Sedinten Boso Jawi (sehari berbahasa Jawa),“ kata Kepala Sekolah SDN 1 Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu,Dra Prihastutik MPd.

Program yang dilaksanakan sejak tahun 2016 ini dilaksanakan SDN rujukan di Kota Batu ini berawal dari keprihatinan guru terhadap jebloknya nilai mata pelajaran bahasa Jawa.

Sementara nilai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris malah lebih baik. “Kita kumpulkan data, ternyata kebanyakan para siswa, kalau di rumah berbicara dengan orang tuanya menggunakan bahasa Indonesia,“ ujar Prihastutik.

Berangkat dari kenyataan ini, para guru melakukan evaluasi dan akhirnya membuat program Sedinten Boso Jawi. Program yang dilaksanakan sejak tahun 2016 ini mengajarkan para guru dan anak-anak belajar bahasa Jawa Ngoko, Kromo Madyo dan Kromo Inggil.

Awalnya tidak hanya para siswa yang kesulitan bahasa Kromo Madyo dan Kromo Inggil, Prihastutik pun mengakui para guru juga masih kesulitan.

Terkadang mereka saling bertanya kata-kata dalam bahasa Kromo Inggil yang mereka lupa. Kalau tidak menggunakan bahasa Jawa pun ada sanksinya, yakni diberi sanksi harus membaca buku.

Selama sehari, kegiatan sekolah pun disesuaikan dengan Sedinten Boso Jowo. Contohnya seperti senam diganti dengan musik dolanan.

Peralatan dolanan tradisional pun selama sehari dikeluarkan, sehingga ketika waktu istirahat mereka bisa menggunakan alat untuk dolanan.

Para guru pun memadukan program ini dengan program Dinas Perpustakaan Jok Cengeng (Pojok Cerita dan Dongeng) dengan memberikan kegiatan khusus untuk siswa mendongeng.

Tidak hanya itu, sekolah juga memadukan dengan program literasi yakni tuku bulan dimana siswa kelas 1,2, dan 3 harus sebulan membacakan satu buku dan tuku bumi dimana siswa kelas 4,5 dan 6 harus menyelesaikan literasi Jawa.

“Sekarang masih 80 persen guru dan siswa yang bisa menggunakan bahasa Jawa Kromo Madyo maupun Kromo Inggil, kita optimis beberapa tahun lagi bisa 100 persen,“ kata Prihastutik.

Perubahan tidak hanya terlihat dari kemampuan berbahasa Jawa. Sejak program ini dilakukan, ada perubahan perilaku para siswa.

“Perubahan perilaku sangat terlihat, 490 siswa menjadi sopan, sekarang lebih unggah ungguh (sopan santun), punya toto kromo (tata krama),” ujar Prihastutik.

Tujuan dari kegiatan ini menurut Prihastutik adalah melestarikan, mengenal  bahasa Jawa dan budayanya.

Sementara itu para siswa mengatakan bisa memanfaatkan program ini untuk belajar bahasa Jawa. “Belajar bahasa Kromo Inggil lumayan sulit, “ ujar Chintaque Caluella Tanaya Roy kelas 6 SDN Punten 1. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Batu

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES