Peristiwa Internasional

Serba-Serbi JCH Indonesia di Madinah, dari Taman Penantian hingga Koper Hamil

Sabtu, 04 Agustus 2018 - 08:02 | 59.13k
Taman Ghamamah, yang oleh JCH Indonesia asal Probolinggo, disebut dengan Taman Penantian (FOTO: KH. Tauhidullah Badri for TIMES Indonesia)
Taman Ghamamah, yang oleh JCH Indonesia asal Probolinggo, disebut dengan Taman Penantian (FOTO: KH. Tauhidullah Badri for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Setelah sembilan hari berada di Madinah, JCH Indonesia asal Probolinggo, akan bergeser menuju Mekkah, Sabtu (4/8/2018) pagi waktu setempat.

Selama sembilan hari tinggal di kota nabi dengan jarak kurang lebih 8.000 kilometer dari tanah air ini, banyak cerita dan kesan terlahir. Yang akan menjadi kenangan tak kan terlupakan, dan semoga berbuah pahala yang akan dipanen hasilnya nanti di akhirat. 

Cerita dan kenangan itu, mulai dari cerita Taman Ghomamah yang dijuluki sebagai Taman Penantian oleh jamaah, cerita ahli hisap alias perokok berat, hingga koper JCH Indonesia yang mulai terlihat hamil.

Kita mulai dari cerita Taman Penantian. Sebagian jamaah yang berhaji bersama suami/istri, biasanya berangkat ke Masjid Nabawi bersama-sama untuk shalat. Begitu pula saat pulang kembali ke hotel.

Karena dalam pelaksanaannya antara jamaah laki-laki dan perempuan tempatnya terpisah cukup jauh di Masjid Nabawi, maka ketika keluar dari masjid mereka saling berjanji untuk bertemu di suatu tempat.

Di luar pintu pagar masjid nomor 6 (dekat Masjid Ghomamah), terdapat taman yang cukup luas, indah dan bersih. Kursi yang tersedia di sana nyaman diduduki.

Jamaah Kabupaten Probolinggo kloter 27, biasanya menjadikan taman tersebut sebagai tempat bertemu dan tempat menanti pasangannya. Ia pun menjadi taman penantian.

"Ini namanya taman penantian, Kiai," kata salah seorang jamaah kepada saya. Padahal, pajak nama sebenarnya adalah "Taman Ghomamah". Itulah orang Indonesia, pintar buat nama. 

Konon, Pasar Seng di dekat Masjidil Haram yang dulu cukup terkenal di Mekkah, yang buat nama orang Indonesia. Pasar tersebut, sudah tak ada lagi sejak 2008, karena digusur untuk perluasan Masjidil Haram.

Selain cerita Taman Penantian, ada juga cerita jamaah yang ahli hisap atau perokok, ketika tinggal di hotel bebas rokok. Di dalam hotel, praktis tak ada tempat merokok bagi mereka karena memang terlarang.

Tapi, bukan ahli hisap namanya jika kehabisan akal. Agar tetap bisa merokok, halaman depan Hotel Elaf Bustan, tempat jamaah Probolinggo menginap, dijadikan tempat majlasnya para ahli hisap atau perokok. 

Tidak perlu nunggu di Makkah, selama di Madinah, jamaah sudah banyak yang berbelanja buah tangan untuk sanak famili di tanah air. 

Koper yang awalnya ringan, sekarang bertambah bobotnya. Bahkan sebagian tampak membelendhung, gemuk tampak seperti orang hamil.  

Hhhh... Semoga bukan hanya kopernya yang bertambah bobotnya, tapi juga pahalanya berbobot dan berlimpah. Aamiin. 

Madinah, oh Madinah. Kita akan berpisah,  semoga kita bisa berjumpa lagi.

Jum'at (3/8/2018) sekitar pukul 07.00 waktu Arab Saudi, mayoritas jamaah haji Probolinggo kloter 27 berkumpul di salah satu ruangan hotel, membaca sholawat Nabi dengan antusias dan penuh semangat. 

Sesusai Shalat Jum'at, beberapa jamaah yang berziarah ke Rasulullah, tidak henti-hentinya bershalawat.  Bahkan jamaah dari India bersholawat sambil berdiri di dekat pintu keluar makam Nabi, sambil diiringi isak tangis penuh haru. 

Di rungan dalam masjid, dijumpai juga jamaah dari Nigeria membaca kitab "Dalaailul Khoirot," kumpulan shalawat yang dihimpun oleh Sayyid Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli. 

Hari jum'at memang sangat dianjurkan membaca sholawat, karena memiliki banyak keutamaan. 

Madinah, oh Madinah. Kita akan berpisah. JCH Indonesia asal Probolinggo, akan ke Mekkah. Semoga kita bisa berjumpa lagi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES