Kopi TIMES

Bagaimana Memaksimalkan Masa Muda?

Minggu, 22 Juli 2018 - 05:19 | 73.61k
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault (FOTO: ajp.TIMES Indonesia)
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault (FOTO: ajp.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA"Sang juara tidak muncul tiba-tiba. Sang juara pasti melalui pembinaan sejak belia"

***

ADA kisah menarik. Suatu ketika, seorang ayah memerintahkan dua orang anak laki-lakinya yang masih berusia muda pergi ke hutan. Dia meminta mereka mengambil ranting terbaik. Saat menemukan ranting itu, mereka tidak boleh menggantinya dengan ranting yang lain. Mereka juga tidak boleh kembali ke tempat yang pernah dilaluinya itu. 

Anak laki-laki pertama masuk hutan. Dia menemukan sebuah ranting tapi tidak diambil karena dia berpikir di depan sana pasti masih banyak ranting yang lebih baik. Dia terus berjalan menelusuri hutan tersebut hingga tanpa sadar telah keluar dari hutan tanpa membawa satu ranting pun. 

Sang ayah kemudian meminta mereka berkumpul. Anak laki-laki kedua membawa dan menunjukkan rantingnya ke ayahnya. “Harusnya ada ranting yang saya bawa, tapi saya tidak sadar kalau saya sudah keluar dari hutan,” seloroh anak laki-laki pertama itu. Ayahnya tersenyum. “Tentu nak, andai kita tahu kapan hutan itu akan berakhir,” kata sang ayah. 

Benar kata sang ayah itu. Andai juga kita tahu kapan ajal ini menjemput, tentu selama 24 jam aktifitas sehari-hari akan kita isi dengan ibadah. Andai juga kita tahu kapan lima perkara ini datang sebelum lima perkara yang lain. Apa saja? sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, muda sebelum tua, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum mati. 

Kaum muda identik dengan tubuh yang energik dan jiwa yang bersemangat. Maksimalkan masa mudamu sebelum datangnya masa tuamu. Sayang sekali jika waktu muda berakhir sia-sia. Sangat sayang juga jika waktu tidurmu lebih lama dari waktu untuk melakukan hal-hal positif dan ibadah.

Kualitas seseorang, termasuk generasi mudanya, dilihat dari bagaimana pemanfaatan waktunya. Ada banyak kisah orang sukses karena berhasil memanfaatkan waktunya dengan baik. Masa mudanya digunakan untuk berbuat hal positif dan produktif. Nabi Muhammad SAW misalnya. Saat masih muda, ada dua pekerjaan yang dijalani Nabi, yaitu menggembala kambing dan berdagang. 

Sebagai seorang pedagang, Nabi dikenal ulet. Dia berdagang sejak berusia 12 tahun. Dia pernah diajak pamannya berdagang hingga ke negeri Syam. Pengalaman ini tidak hanya menghasilkan materi, tapi juga pengalaman lain yang sangat berarti, seperti pengalaman geografis, mengetahui karakter, adat istiadat masyarakat. Ketika menjadi Nabi, pengalaman ini bermanfaat untuk mensyiarkan agama Islam.

Kaum muda sebaiknya banyak membaca buku. Pemilik perusahaan Microsoft Corporation, Bill Gates, misalnya, banyak mengisi masa mudanya dengan membaca buku. Bahkan, ayahnya pernah membuat aturan di dalam rumahnya yang berbunyi “Dilarang membawa buku saat makan malam”. Aturan itu karena begitu gemarnya dia membaca. Walau hanya satu jam, pasti dia meluangkan waktunya untuk membaca. "Itu saya lakukan hingga jatuh tertidur," kata orang terkaya di dunia ini kepada The Seattle Times.  

Buku apa yang harus dibaca? Perbanyak membaca kitab suci. Upayakan setiap hari membacanya. Kitab suci adalah pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, yang akan menuntun kita ke arah yang lebih baik, mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Tuhan YME.  “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf" (HR. Tirmidzi).

Perbanyak juga membaca buku-buku biografi tokoh. Belajarlah kepada mereka. Dengan membaca biografi, maka kita ikut melihat kilas balik kisah hidupnya. Perjalanan hidup seorang tokoh tentu sangat menarik. Tidak hanya kesenangan saja yang dialaminya, tapi banyak di antaranya pengalaman pahit yang bisa membuat tokoh tersebut menjadi sukses. Ada hal-hal yang dalam hidup tidak kita peroleh dari bangku sekolah dan kampus. Dengan membaca pengalaman hidup seseorang, kita bisa belajar bagaimana makna hidup sebenarnya. 

Kaum muda juga sebaiknya aktif berorganisasi. Tokoh-tokoh hebat di Indonesia masa mudanya juga aktif berorganisasi. Presiden RI ke-3 B. J. Habibie misalnya. Bahkan, dia pernah menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Aachen. 

Berorganisasi sangat penting. Tidak sekadar mendaftarkan nama, tapi juga ikut berkontribusi dalam kegiatan organisasi. Kita akan dapat berbagai macam ilmu yang belum tentu bisa kita peroleh dalam pelajaran sekolah atau kampus. Di antaranya, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, leadership, membangun jaringan, dan berbagai pengalaman menarik lainnya. 

Waktu muda saya juga suka berorganisasi. Menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti (1987-1988), anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (1999-2002), Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Garda Muda Merah Putih (2001-2006), Ketua Umum Majelis Pemuda Indonesia (2003-2006), Ketua Umum Vanaprastha (2010-2013), hingga sekarang Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka (2013-2018). 

Sang juara tidak muncul tiba-tiba. Sang juara pasti melalui pembinaan sejak belia. Hal itu bisa melalui Gerakan Pramuka. Kegiatan Pramuka banyak dilaksanakan di luar ruangan. Kekuatan dan kelebihan dari kegiatan luar ruangan adalah apa yang mereka lihat, dan rasakan, lakukan selama di alam bebas menjadi ilmu bagi mereka. Interaksi dan partisipasi mereka juga meningkat. 

Mereka punya solidaritas dan kepekaan sosial. Bagaimana tidak, dalam perkemahan, apalagi tingkat nasional, semua peserta bertemu dengan semua agama, budaya, suku, bahasa di Indonesia. Kemanusiaan, persatuan, bhinneka tunggal ika, nilai-nilai keadilan langsung ditemukan sendiri oleh mereka di lapangan. Alumnus-alumnus dari perkemahan inilah salah satu elemen perekat NKRI.

Generasi muda akan menggantikan generasi tua. Bagi kaum muda, siapkan sejak sekarang untuk menjadi pemimpin. Ketika sudah menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang melayani, yang rendah hati. Ojo dumeh, ojo nyleneh, ojo ngresulo, ojo suloyo (jangan sombong, jangan aneh-aneh, jangan mengeluh, dan jangan loyo). Jadilah orang besar pada hakikat, bukan orang besar pada jabatan yang ketika jabatannya hilang, maka hilang pula rasa sayang dan hormat orang lain kepadanya. (*)

* PenulisAdhyaksa Dault Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES