Pendidikan

Agustina Dewi Susanti, Guru Honorer Penulis Novel

Jumat, 20 Juli 2018 - 06:25 | 158.01k
Agustina Dewi Susanti, guru honorer membawa novel karyanya, Repihan Terakhir. (FOTO: Ferry/TIMES Indonesia)
Agustina Dewi Susanti, guru honorer membawa novel karyanya, Repihan Terakhir. (FOTO: Ferry/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Perempuan itu bernama Agustina Dewi Susanti. Dia menjadi guru honorer di tiga sekolah, SMK Negeri 2, SMK Negeri 3, dan SMP Taman Siswa. Semuanya berada di Kota Batu, Jawa Timur.

Di dua SMK itu, Agustin, sapaannya, mengajar kimia. Sedangkan di SMP, dia mengajar literasi.

Aktivitas mengajarnya, tak menyurutkan gairah perempuan kelahiran 19 Agustus 1978 ini untuk menghasilkan karya tulisan.

Sejak menjadi guru pada 2009 lalu, lulusan ITS Surabaya ini telah menghasilkan dua novel dan tiga buku pelajaran.

Dari Diary hingga Karya Sastra
Kesukaannya menulis dipupuk sedari kecil. Berawal dari kegemaran membaca. Agustin menyukai novel dan ensiklopedi sejarah.

Perpustakaan sekolah, dengan keterbatasan ragam bacaan menjadi tempatnya berburu buku yang digemari.

Dari kegemarannya membaca, dia menuangkan imajinasi melalui diary (buku yang biasanya berisi catatan kejadian yang dialami, dirasakan setiap hari oleh penulisnya).

"Waktu kecil suka nulis diary, menuangkan isi hati, lama kelamaan suka nulis cerita pendek," tuturnya kepada TIMES Indonesia.

Dari cerita-cerita pendek itu, Agustin memulai menulis kisah panjang, berlembar-lembar, jadilah novel.

Novel Based on True Story
Galang The Scout adalah novel perdananya. Diterbitkan tahun 2012, novel ini mengisahkan kehidupan murid SMP yang aktif di kegiatan kepanduan.

Dia menuturkan, cerita dalam novel Galang The Scout terinspirasi dari masa kecilnya sebagai anak pramuka.

Novel keduanya berjudul Repihan Terakhir. Terbit setahun lalu, novel ini mengisahkan kehidupan cinta seorang guru tidak tetap dan pegawai kantoran.

Raka dan Alfi, dua sosok di novel itu, sebagian diilhami dari kisah kehidupan penulis itu sendiri.

"Sebagian based on true story dicampur fiksi," ucap istri dari Rahmat Kustarianto ini.

Berkarya Tak Menganggu Kerja
Untuk menyelesaikan sebuah karya Repihan Terakhir, Agustin membutuhkan waktu satu tahun.

Mengutip kalimat dalam novel "Karena cinta tak bisa hanya menunggu" terasa pas menggambarkan semangat Agustin menyusun kata demi kata hingga berbuah karya sastra.

"Saya menyisihkan waktu di malam hari untuk menulis novel ini," ucap ibu dua anak ini.

Dijual Indie, Relakan 6 Bulan Gaji
Agustin menjual Repihan Terakhir secara indie. Untuk memproduksi novel, dia menghabiskan honor setengah tahun mengajar sebagai guru tidak tetap.

Novel karya keduanya dijual melalui online. Baginya, cara ini adalah hal baru baginya. "Saya banyak belajar bagaimana menjual online, ini tantangan buat saya," ucapnya.

Mengasah lewat Medsos
Agustin tak berhenti belajar agar karyanya bisa diterima. Dia bergabung dengan kelompok menulis di dunia maya.

Ada banyak grup di di media sosial, seperti facebook yang berisi kumpulan penulis dan peminat literasi. Dia menyebut dua grup FB, Malang Menulis dan Ibu Ibu Doyan Nulis, di mana dia bergabung di dalamnya.

Dia memanfaatkan dunia maya untuk mengasah kemampuan menulisnya. "Learning by doing," ucapnya.

Tak hanya aktif belajar di dunia maya, dia bergabung dalam MediaGuru. Di kelompok ini, Agustin termotivasi menerbitkan karyanya.

Tak Hanya Piawai Menulis Karya Sastra
Agustin tak hanya piawai menulis novel. Sebagai guru, dia pernah menyusun buku pelajaran dan sudah diterbitkan. Buku Matematika untuk SMP dan SMA, serta Kimia untuk SMA pernah dibuatnya.

"Saya masih punya pekerjaan rumah membuat buku pelajaran kimia untuk SMK," kata dia.

Untuk urusan mengajar, lulusan SMAN 1 Batu ini pernah mendapat apresiasi dari Kementerian Pendidikan atas pemgembangan metode pembelajaran  Mukidi.

Tak Ingin Berhenti Berbagi dan Berkarya
Kemampuan menulis karya sastra tidak dibiarkan mengendap pada dirinya. Agustin rindu berbagi. Siswanya pun tak luput dari perhatian untuk membagi ketrampilan yang dimiliki.

Di SMP Taman Siswa, dia menebar virus melek literasi melalui majalah dinding sekolah. Di SMK, Agustin punya 'kader' menulis.

Kini dia sedang menyiapkan novel ketiganya. Berbeda dari dua karya sebelumnya, novel yang masih dirahasiakannya ini menyasar pembaca dewasa. 

"Kalau novel pertama untuk anak-anak, yang kedua untuk remaja, tahun depan untuk dewasa," ungkapnya.

Agustin tak ingin berhenti berkarya. Karya untuk siswa, juga untuk penikmat sastra.

"Jangan takut menulis. Berani menulis, buat sejarah sendiri," pesan sang guru untuk sesama guru. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES