Peristiwa Daerah

Pemda Lombok Utara Resmi Buka Festival Sangkep Beleq

Rabu, 18 Juli 2018 - 10:42 | 40.05k
Lima pemuda sedang melakukan prosesi adat Minangin, yakni proses memisahkan padi dari tangkainya didalam Rantok (lesung perahu). (FOTO: Humas KLU for TIMES Indonesia)
Lima pemuda sedang melakukan prosesi adat Minangin, yakni proses memisahkan padi dari tangkainya didalam Rantok (lesung perahu). (FOTO: Humas KLU for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARAPemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat menggelar Festival Sangkep Beleq, selama dua hari, 17-18 Juli 2018.

Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan, memperkenalkan serta mempertahankan keasrian alam dan kebudayaan masyarakat hukum adat Bayan, KLU.

Pembukaan Festival Sangkep Beleq ini, dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  H Muhammad SPd, Perwakilan OPD KLU, unsur Somasi NTB dan KLU, Tokoh Adat, Tokoh Agama dan tamu undangan lainnya.

Ketua Pelaksana Festival Sangkep Beleq, Raden Sawinggih menyatakan bangga karena hadir tiga unsur mulai dari Pemekel, Kiai Adat Bayan, Tuaq Lokaq. Tiga unsur yang mewakili masyarakat adat, sebagai penyokong dan pelestari adat Bayan. 

"Festival ini sudah dilakukan dua kali, festival pertama mengangkat tema tentang pentingnya tanaman bambu. Sedangkan festival kali ini, sebagai tindak lanjut dari isu kompleks tentang adat, tantangan global hak adanya geopark rinjani yang didalamnya terdapat situs-situs sejarah," katanya, di Lombok Utara, Selasa (17/7/2018)

Raden Sawinggih menuturkan, festival ini  dapat menakar pengaruh global hak agar alam dan budaya tetap lestari.

"Ini sebagai bentuk promosi kebudayaan, pada malam hari dilakukan pertunjukan budaya, adat dan tradisi yang ada di wilayah Bayan, KLU," tuturnya.

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) KLU, H Muhammad SPd dalam sambutannya menyampaikan, Pemda KLU mendorong disegerakannya Perda Pengakuan Masyarakat Adat, tinggal menunggu laju persetujuan dari DPRD untuk mematangkan draf raperda menjadi perda. 

"Dinas Pariwisata berencana menempatkan kegiatan Pekan Kebudayaan di Kecamatan Bayan sebagai agenda tahunan. Pembacaan tembang pengiling-iling sarat makna tentang tasawuf. Nilai yang terkandung tersebut, jika benar-benar dilakukan maka memunculkan keseimbangan antara masyarakat adat, budaya dan alam," paparnya.

Ia mengatakan, Disbudpar KLU mendukung upaya dan kegiatan penguatan dan pelestarian budaya dan masyasrakat adat, sehingga kedepan terbuka jalinan kerjasama dengan masyarakat adat dalam penyelenggaraan festival pada tahun-tahun mendatang.

"Saya mengapresiasi kegiatan ini. Dengan terselenggaranya festival ini dapat dimanfaatkan sebagai pekestarian budaya dan adat khususnya untuk generasi muda", ucapnya.  

Selanjutnya, Kadis Budpar KLU secara resmi membuka Festival Sangkep Beleq,  yang ditandai dengan dilakukannya proses adat Minangin. Proses memisahkan padi dari tangkainya yang menimbulkan irama. 

Irama yang keluar dari menaik turunkan potongan bambu ke dalam Rantok (lesung perahu) yang sudah diisi hasil pertanian berupa tangkai padi yang berbuah. Secara filosofis, dapat dimaknai sebagai penyemangat dalam bekerja. Minangin ini dilakukan oleh 3 hingga 5 orang disesuaikan dengan besar atau kecilnya ukuran Rantok.

Festival Sangkep Beleq yang digelar Pemerintah Kabupaten Lombok Utara ini akan berlangsung selama dua hari17-18 Juli 2018. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES