Ekonomi

Pengepul Ubi Jalar Keluhkan Menurunnya Harga Ubi

Minggu, 15 Juli 2018 - 17:26 | 598.12k
Mandra (42), pengepul ubi jalar warga Desa Sumbang Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Minggu (15/7/2018) (FOTO: Ali/TIMES Indonesia)
Mandra (42), pengepul ubi jalar warga Desa Sumbang Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Minggu (15/7/2018) (FOTO: Ali/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BOJONEGORO – Salah satu pengepul ubi jalar asal Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, tak bisa mengambil banyak keuntungan musim panen ini. Pasalnya, ubi jalar yang dijual ke salah satu perusahaan di Jawa Tengah harganya kian merosot, Minggu (15/7/2018).

Seperti yang dikatakan pengepul setempat, Mandra (42), warga Desa Sumbang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Ia menyebut musim panen ubi jalar bulan ini harganya semakin menurun.

Menurutnya, satu bulan lalu harganya masih di atas Rp 1.600 sampai Rp 2.000 per kilogram (Kg). Sementara saat ini, ubi jalar yang ia jual, laku di perusahaan tinggal Rp 1.300 per kg.

Mandra menjelaskan, biaya operasional transportasi dari lahan sampai tiba di lokasi perusahaan, baginya keuntunganya terpotong biaya itu, Dari petani Ia membeli dengan harga Rp 1.000.

"Saat kirim satu truk dengan muatan 10 ton, waktu harga masih Rp 1.600 per kg hingga harga di atasnya, saya bisa mengambil keuntungan Rp 500 per kg sampai Rp 800 per kg. Tapi untuk saat ini, hanya mampu meraup untung Rp 300 per kg," terang Mandra, saat ditemui di pangkalanya desa setempat.

Dari keuntungan Rp 300 per kg, Mandra mengaku hanya cukup untuk biaya tranportasi menuju pabrik tempat pengolahan saus. Apalagi, kualitas ubi jalar dari petani tidak semuanya dalam kondisi bagus, sehingga sampai perusahaan pun masih dilakukan penyortiran yang mulus dengan yang boleng (cacat).

"Pihak pabrik tidak mau menerima ubi jalar dalam kondisi cacat. Itu yang terkadang lepas kalkulasi, sehingga berdampak kerugian. Bisa dikatakan kalau harga turun, pengepul sulit dapat untung," ujar pria tiga anak itu.

Merosotnya harga ubi jalar di pasaran, kemungkinan besar dikarenakan di daerah lain sedang dalam panen raya, Mandra menilai jika stok barang di pabrik sedang menumpuk, sebab, perusahaan bayak melakukan penerimaaan barang dari daerah terdekat.

"Untuk pengiriman pun sekarang dibatasi. Sebelum panen raya di wilayah lain, per hari dijatah pengiriman empat truk dengan muatan tiap truknya sepuluh ton. Sedangkan saat ini, satu bulan hanya bisa kirim enam sampai sepuluh kali saja," tuturnya.

Kendati begitu, jual beli ubi jalar akan tetap ditekuni. Sebab, selama belasan tahun, Mandra, pengepul ubi jalar asal Bojonegoro ini terbiasa menjadi pengepul. Ia pun sadar, jika dalam dunia usah pasti ada yang namanya pasang surut. "Namanya juga perdagangan mas, pasti ada pasang surutnya," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES