Peristiwa Nasional

Gelar Acara Budaya Dompu- Bima di Monas, Rimpu Menyapa Dunia

Minggu, 15 Juli 2018 - 13:23 | 95.28k
Festival Budaya Rimpu Dompu - Bima di Monas (FOTO: Alfi Dimyati/TIMES Indonesia)
Festival Budaya Rimpu Dompu - Bima di Monas (FOTO: Alfi Dimyati/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Paguyuban masyarakat Perantau Dompu - Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) se Jabodetabek menggelar acara Festival Rimpu Bima Dompu di Monas untuk mengenalkan budaya leluhur ke masyarakat luas.

"(Acara ini dimaksudkan untuk) menunjukkan eksistensi budaya leluhurnya (Rimpu) di jantung Ibukota Negara (Monas), Jakarta," kata Abunawar Bima, perwakilan Paguyuban Masyarakat Perantau Dompu - Bima Nusa Tenggara Barat (NTBdi Jakarta, Minggu (15/7/2018).

Selain untuk menunjukan eskistensi pada dunia, perhelatan akbar yang pertama kali di gelar ini juga untuk menyambung tali silaturahmi dan mengobati rasa kangen perantau Dompu, Bima di Jabodetabek.

Pada kesempatan itu, Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Rosyadi H. Sayuti juga berpesan kepada perantau Dompu, Bima di Jabodetabek untuk terus menjaga nama baik daerah asal dan selalu mengingat budaya Rimpu.

"Dimanapun kita berada kita harus tetap ingat asal kita," kata Sekda NTB, Rosyadi Sayuti.

Tak lupa dia berharap, agar masyarakat Perantau Dompu, Bima di Jabodetabek tetap mendapatkan kenyamanan dan kesejahteraan.

"Mudah-mudahan dimanapun kita berada, kita tetap mendapatkan perlindungan dan anugerahnya," harapnya.

Sabagai informasi, Rimpu merupakan bagian dari budaya unik dengan menggunakan sarung tenun khas (tembe nggoli) yang terdiri dari 2 (dua) lembar sarung, satu digunakan untuk bagian atas (kepala) dan satunya lagi untuk menutup bagian bawah (badan hingga ujung kaki), biasanya para lelaki menggunakannya untuk katente tembe. 

Cara memakai rimpu cukup sederhana, kain bagian atas dilingkarkan pada kepala hingga yang terlihat hanya wajah (Rimpu Colo) atau terlihat matanya saja (Rimpu Mpida) 

Seiring kemajuan menenun, Rimpu tidak hanya menggunakan tembe nggoli, kini tersedia beragam songket dengan motif-motif yang indah, namun motif yang banyak digunakan adalah motif dari filosofi Nggusu Waru seperti; bunga bersudut delapan, weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai). 

Budaya rimpu mulai dikenal sejak masuknya agama Islam di Bima Dompu yang dibawa oleh tokoh-tokoh agama Islam dari tanah Gowa Makassar. Meskipun di masyarakat Gowa sendiri tidak mengenal budaya rimpu. 

Jadi rimpu, merupakan kearifan lokal budaya perempuan Bima Dompu yang menjunjung tinggi ajaran Islam bahwa setiap perempuan yang sudah aqil balik diharuskan menggunakan busana hijab islam. 

Ada dua jenis Rimpu yang biasa dikenakan: Pertama 'Rimpu Mpida', yang dikenakan oleh perempuan yang belum menikah, maka rimpu mpida menutup semua bagian wajah terkecuali mata.

Kedua 'Rimpu Colo' rimpu yang dikenakan oleh perempuan yang sudah menikah (berkeluarga) yang semua wajahnya terbuka. 

Festival Rimpu,tidak hanya mengadakan pawai rimpu, juga menampilkan beberapa atraksi seni budaya seperti tarian, pencak silat, hadra, ntumbu tuta, biola, bazar kuliner dan pameran wisata daerah Bima-Dompu. 

Perhelatan yang menyedot perhatian banyak kalangan, baik mayarakat Bima - Dompu di Jabodetabek maupun dari daerah lain bahkan perwakilan dari luar negeri seperti; Yaman, Palestina, Maroko, Irak, Bahrain, Mesir, Iran, Qatar, Surian, Brunai dan Thailand. 

Turut hadir dalam acara Festival Rimpu Bima Dompu ,yakni, Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat periode 1998-2003, Harun Al Rasyid, Anak Mantan Presiden RI, Guruh Soekarnoputra, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2013-2015, Hamdan Zoelva, Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Mohhamad Faozal, dan tokoh - tokoh lainnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES