Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Kepemimpinan dan Optimisme Organisasi

Kamis, 05 Juli 2018 - 16:38 | 71.06k
Hayat, Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Hayat, Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Allah memperlihatkan kepadamu halilintar untuk menimbulkan ketakutan dan harapan. Dia pula yang membentuk awan mendung itu (al-Ra'd:12).

Organisasi dibangun berdasarkan siapa, untuk apa, mengapa, dan bagaimana? Pertanyaan tersebut sebagai dasar efektifitas dan efisiensi organisasi secara ideal. Tanpa itu, organisasi hanya larut dalam konflik. Tantangan dan harapan di dalam organisasi bagaikan halilintar, menakutkan jika diikuti oleh angin yang kencang dan menjadi harapan ketika mendung yang disertai hujan.

Siapa, menunjukkan personal di dalam oragnisasi. Siapa mengerjakan apa. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Fungsional itu bekerja sesuai denga tugas pokok dan kewajibannya.

Oleh karena itu, untuk memaksimalkan potensi siapa dalam organisasi, maka kerjasama wajib dilakukan semua stakeholder. Kerjasama harus dibangun sedemikian kuat berdasarkan keberadaan, kompetensi, kapasitas dan kapabilitasnya.

Untuk membangun kerjasama yang baik harus dibangun kesadaran memiliki yang kuat, dimulai dari diri sendiri berdasarkan sistem yang ada dalam organisasi. 

Kesadaran diri membentuk dari karakter yang mempunyai loyalitas dan komitmen terhadap organisasi, sementara sistem membentuk kinerja organisasi yang sistematik, terstruktur dan terukur.

Sementara untuk pertanyaan untuk apa adalah menunjukkan tujuan organisasi. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang jelas. Hal ini biasanya akan berbenturan dengan tujuan individu atau kelompok, sehingga organisasinya berjalan secara timpang dan tidak sesuai dengan harapan.

Tujuan organisasi harus berdasarkan keputusan bersama. Melalui tujuan itu, maka organisasi harus membentuk aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tanpa itu semua atau hanya sebagian yang digunakan, maka akan mengalami banyak kendala dan tantangan. Utu semua tergantung dari bagaimana kepemimpinan diterapkan.

Menurut Rauch dan Behling (1984,46), 
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. Tugasnya pemimpin itu mempengarhui bawahannya untuk bekerjasama sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing agar tujuan organisasi tercapai dengan baik. 

Setiap individu mempunyai karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, keterampilan dalam pola kepemimpinan mutlak harus dimiliki oleh pemimpin. 

Pemimpin tidak hanya bertugas dalam kerangka formal, tetapi informal menjadi penting. Pola kerja, perilaku dan sikap menjadi bagian dari sebuah pola kepemimpinan. Jangan sampai memelihara konflik tumbuh subur, tidak baik.

Pemimpin mempunyai kendali utama dalam organisasi. Jika ada bawahan yang tidak patuh terhadap pimpinan, maka dipastikan ada yang salah dalam manajemen kepemimpinannya. Jika ada bawahan yang tidak bisa diajak kerjasama, maka ada persoalan di dalam pola koordinasi. Jika ada bawahan yang buruk komunikasinya, maka pasti ada yang kurang tepa pola komunikasi yang diterapkan oleh pemimpinnya. 

Oleh karena itu, pemimpin itu menjadi sentral dalam kinerja organisasi. Pemimpin itu menjadi agent of change dalam organisasi. Pemimpin itu menjadi tumpuan di dalam organisasi. Apapun persoalan yang ada dalam organisasi, tergantung dari bagaimana pola kepemimpinan diberlakukan.

Pemimpin yang hebat akan melahirkan bawahan dan  organisasi yang hebat. Pemimpin yang adil akan melahirkan bawahan dan organisasi yang adil dan sejahtera. Pemimpin yang baik akan melahirkan bawahan dan organisasi yang baik pula. 

Pemimpin itu bisa menjadi kepala untuk mengarahkan semua bawahanya, bisa pula menjadi penengah untuk menyeimbangkan keadaan, bisa jadi jembatan untuk mengarungi segala bentuk kebutuhan bawahan, bisa menjadi pengendali untuk mengontrol dan lain sebagainya. Tugas pemimpin itu memang berat, disitulah dibutuhkan komitmen, kompetensi, kapasitas, kapabilitas, soft skill, hard skill, intelektuaitas, spritualitas dan kemampu-kemampuan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan organisasi.

Pemimpin yang baik adalah yang bermanfaat bagi seluruh kehidupannya. (*) 

Oleh: Hayat, Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik FIA Universitas Islam Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES