Ekonomi

Rizal Ramli Prihatin dengan Nasib Garuda Indonesia yang Terus Merugi

Selasa, 26 Juni 2018 - 02:35 | 42.20k
Rizal Ramli (FOTO : Sahabat Rizal Ramli for TIMES Indonesia)
Rizal Ramli (FOTO : Sahabat Rizal Ramli for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ekonomi Indonesia, Rizal Ramli mengaku prihatin dengan krisis yang dialami PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., yang terus mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut.

Dari perkiraan hitungannya, pada tahun 2014 mengalami kerugian sebesar USD 399,3 juta, 2017: USD 213,4 juta USD , 2018,USD 256 juta.

Kerugian tersebut, kata dia disebabkan karena adanya missmanajemen dan ketidakmampuan serta ketidakprofesionalan yang dilakukan Menteri BUMN, Rini Soemarno.

Sebab, ketika BUMN dikelola Rini Soemarno, BUMN digunakan sebagai alat mobilisasi dana, politik, dan bancakan proyek.

"Presiden Jokowi dengan tetap mempertahankan Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN, dengan kinerjanya yang jeblok merupakan bagian dari masalah, bukan solusi BUMN," katanya di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (25/6/2018).

Tak kuat melihat perusahaan Maskapai pelat merah itu terus mengalami keterpurukan, Mantan Menko Kemaritiman ini pun mengaku siap membantu Presiden Joko Widodo untuk menyelamatkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Dia menjamin akan mengembalikan reputasi Garuda Indonesia dengab meraup keuntungan kembali dalam kurun waktu dua tahun.

Hal tersebut juga berimplikasi menyelamatkan reputasi Presiden Jokowi.

“Kami ingin membantu pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi untuk memberi solusi, kami cuma tak ingin reputasi Presiden Jokowi merosot kalau Garuda terpaksa dijual,” katanya.

Mantan anak buah Gusdur itu menceritakan bahwa dirinya sempat memberi masukan 'peringatan' kepada Presiden Jokowi ihwal potensi kerugian Garuda Indonesia sebelum dilantik Jokowi sebagai Menko Kemaritiman.

"Garuda sudah merugi, sebesar USD 399,3 juta (2014), dan akan terus merugi kalau tidak diambil langkah-langkah perombakan dan perbaikan," katanya.

"Dalam pidato pelantikan sebagai Menko Kemaritiman pada 12 Agustus 2015 saya menjelaskan, agar pemerintah melakukan evaluasi pada pembelian pesawat jarak jauh Garuda Indonesia karena pasti merugi, karena pada Juli 2015 Garuda punya masalah besar, karena pembelian pesawat dilakukan dengan cara yang ugal-ugalan dan mark up yang terbukti oleh KPK yaitu pembelian pesawat jenis bombardir serta Airbus A380,” tambah dia.

Tokoh yang digadang-gadang bakal maju sebagai Capres ini mengklaim dirinya pernah sukses melakukan penyelamatan kepada Garuda Indonesia di era pemerintahannya Gusdur.

Pada waktu itu, kata dia, Garuda tidak mampu membayar kredit sebesar USD 1,8 miliar yang digunakan untuk pembelian pesawat yang di-“mark up” dan “leasing” yang di-“mark up” lebih dari 50 persen pada saat rezim Orde Baru.

“Saat itu konsorsium utang yang dipimpin bankir dari Jerman mengancam akan menyita semua pesawat Garuda Indonesia yang terbang ke Eropa, namun saya membalikkan itu mengancam balik akan mengadukan konsorsium utang itu ke pengadilan di Frankfurt Jerman karena menerima bunga odious dari pembiayaan “mark up” tersebut dan kalau terbukti saham mereka bisa turun, harus membayar denda, serta eksekutifnya bisa kena pidana,” katanya.

Atas ancaman itu, kata dia konsorsium itu kemudian mendatanginya agar dia tuntutannya tak dilanjutkan.

Rizal Ramli mengatakan hanya bisa damai jika dilakukan restrukturisasi kredit USD 1,8 miliar tersebut dengan “token guarantee” (garansi ecek-ecek), yaitu USD 100 juta (5,5 persen  dari total loan), dan indirect melalui bank komersial, bukan dari Kementerian Keuangan supaya negara terhindar dari risiko default. 

“Konsorsium bank tersebut mula-mula ngotot minta full guarantee (USD 1,8 miliar), tapi akhirnya menyerah terhadap tuntutan dari Rizal Ramli,” terangnya

Selain karena Miskomunikasi dan miss managemen, Menurut dia, penyebab utama meruginya Garuda yakni karena adanya pengangkatan direksi Garuda tidak berlandaskan kompetensi, jumlah direksi terlalu banyak (8 orang direksi hanya akomodasi politik).

Kemudian, karena Manajemen tidak berani mengambil keputusan untuk pembatalan dan rescheduling pembelian pesawat-pesawat yang tidak diperlukan.

"Flight & rute manajemen payah, karena yang dilakukan manajemen hanya pemotongan biaya via cross cutting, cross the board. Sangat berbahaya jika yang dipotong anggaran di sektor training. Padahal bisnis penerbangan intinya adalah safety-nya Juga seharusnya direktur operasi tidak dilebur menjadi jadi direktur produksi," terangnya.

Kemudian, kata dia, penyebab lainnya yakni karena adanya Permainan atau patgulipat di Garuda dalam hal pembelian logisitik dimana Sistem pengadaan tidak kompetitif, sehingga harga yang dibeli konsumen kemahalan.

"Rute manajamennya payah. Seharusnya direktur operasi harus dipilih lebih canggih," katanya.

Selanjutnya, dari sisi Strategi marketing Garuda juga amburadul. Dimana seharusnya premium airline malah “dicampur” dengan strategi low cost carrier, seperti Citylink. 

"Padahal Garuda disegani karena reputasi, safety yang tinggi, dan memiliki kualitas pelayanan terbaik di dunia, dengan cara memberikan terlalu banyakdiscount, bazar discount dan promo tiket, sehingga brand premium Garuda Indonesia luntur," kata Rizal Ramli(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES