Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Literasi Digital Dalam Pembelajaran

Minggu, 03 Juni 2018 - 14:30 | 388.35k
(Grafis: TIMES Indonesia)
(Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – SAAT ini, sangat sulit untuk menemukan siswa (atau siapapun) yang tidak memiliki HP android. HP Android memiliki fungsi yang menyerupai komputer mini, namun manusia sebagai pengguna tidak lagi direpotkan membawa mouse ataupun keyboard. Kita semua tahu bahwa, HP Android bentuknya sangatlah sederhana namun memiliki kemampuan yang sangat banyak. Di antaranya: telepon, sms, video call, browsing, email, chatting (instant messaging: ym, facebook, twitter, dll), bermain game, mengambil gambar image ataupun video, mendengarkan musik, menonton video clip, membuka aplikasi lainnya.

Seolah-olah memiliki HP android memiliki ‘hukum wajib ain’ bagi setiap orang. Seperti halnya Televisi. Saya masih ingat, sekitar tahun 1993-an, di kampung saya, orang yang memiliki televisi (baca: TV hitam putih) masih sangat sedikit. Ada kebiasaan, ketika ada film (acara) yang digemari banyak orang, lalu tetangga rumah berduyun-duyun datang ke rumah pemiliki televisi, dengan satu tujuan untuk melihat televisi bersama-sama. Syukur saja, televisi itu dilihat satu orang, dua orang, atau ribuan orang, biayanya sama saja, hehe.. Itulah kebiasaan dulu, sekitar tahun 1993-an, yang saat ini sudah sulit untuk dijumpai.

Saat ini, setiap rumah, sudah memiliki televisi. Bahkan, ada juga yang lebih dari satu. Setiap kamar yang berpenghuni, tersedia televisi. Bukan hanya itu. Hari ini kita saksikan, setiap orang dapat memiliki televisi masing-masing, melalui “HP Android”. Kalau sudah demikian, tugas kita, ya harus terus bersyukur. Mensyukuri perkembangan dan kecanggihan teknologi. Kita harus membuka hati, bahwa kecanggihan teknologi yang kita rasakan ini merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan yang kita pelajari selama sekolah atau kuliah. Dengan kata lain, hadirnya alat-alat teknologi canggih tersebut merupakan salah satu tanda bahwa ilmu kita termasuk ilmu yang bermanfaat. Alhamdulillah.

Karena demikian, maka, jangan sampai kecanggihan teknologi yang merupakan konsekuensi dari ilmu yang bermanfaat, justru tidak kita manfaatkan secara optimal. Sebaliknya, tentu kita harus bisa “mengambil manfaaat” dalam kegiatan pencarian ilmu (baca: pembelajaran). Dulu, pembelajaran, mutlak hanya bisa diselenggarakan di dalam ruang kelas, namun sekarang –era teknologi– praktik pembelajaran dapat diselenggarakan dengan ruang yang lebih “luas”. Bisa di dalam kelas maupun di luar kelas. Dan, Bisa kapan saja. Dulu, satu orang guru hanya bisa berdiri di dalam satu ruang kelas saja, tetapi sekarang, satu orang guru bisa melaksanakan proses pembelajaran dengan banyak orang, banyak kelas, di mana saja, dalam waktu yang sama. Ini berkat kecanggihan teknologi.

Perkembangan dan pertumbuhan teknologi tentu akan memicu perkembangan di pelbagai sektor dalam kehidupan. Pertumbuhan teknologi internet, akan memicu perubahan perilaku manusia dalam bidang komunikasi, bisnis, dan termasuk bidang pendidikan.  Era digital, merupakan tantangan tersendiri bagi seorang pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

Sudah seharusnya sebagai seorang pendidik, harus bisa mengarahkan kepada peserta didik bahwa kehadiran alat-alat teknologi yang canggih –sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini- harus bisa membawa energi positif dalam proses pembelajaran. Konkretnya, beberapa aplikasi teknologi, seperti facebook, whatsApp, youtube, instagram, twitter, website/blog, dan sejenisnya harus bisa dihadirkan untuk dimanfaatkan secara positif dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Bukan malah dihindari. Karena hadirnya aplikasi tersebut, jelas merupakan buah (produk) dari dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekali lagi marilah kita mensyukuri dengan memanfaatkannya untuk hal-hal positif.

Sebagai contoh, dalam facebook. Di beranda, ada menu untuk menulis “status”, yang termaktub pertanyaan “Apa yang anda pikirkan”? Kalau hal ini dimanfaatkan dalam pembelajaran, maka seorang pendidikan bisa menginstruksikan kepada peserta didik, di akhir pertemuan, agar mereka membuat simpulan atau semaca resume materi hasil perkuliahan. Dengan membuat catatan singkat dalam “status” tersebut, yang kemudian dibagikan kepada semua pengguna facebook, tentu hal ini akan dapat membiasakan peserta didik agar dapat membuat catatan-catatan positif, yang sekaligus dapat disebarluaskan kepada khalayak umum. Apa yang terjadi? Pembaca yang berasal dari masyarakat atau khalayak umum sangat mungkin untuk merespon “status” tersebut. Dan, terjadilah diskusi secara berkelanjutan. Diskusi dalam rangka penguatan dan pengembangan keilmuan.

Contoh lagi, whatsApp misalnya. Dalam whatsApp, kita seorang guru dapat membuat grup komunitas setiap kelas. Anggota grup tersebut adalah seorang pendidin dan semua peserta didik dalam kelas tersebut. Apa keuntungannya? Dengan memanfaatkan grup WhatsApp tersebut, dalam menjadi sarana diskusi terkait materi pelajaran yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Sepanjang hari, kapan pun dan di mana pun, guru dan siswa dapat melakukan diskusi, untuk memperkuat pemahamannya akan materi pelajaran. Akan menjadi menarik lagi, jika pada saat-saat tertentu, ditambahkan anggota grup yang berasal dari seorang ahli atau pakar untuk diskusi dengan tema tertentu. Jika sudah dianggap cukup, bisa diganti dengan seorang ahli atau pakar yang lain. Demikian juga aplikasi-aplikasi lainnya. Kesemuanya itu penulis yakin akan bisa dijadikan sebagai energi positif dalam pembelajaran.

Dari contoh ilustrasi di atas, maka akan kita saksikan, suasana di kelas, para peserta didik akan ramai-ramai buka HP Andoridnya, mereka sibuk diskusi via grup WhatsApp, sibuk menulis status di beranda facebook, dan sibuk pula merespon dari pembaca. Bisa juga disibukkan dengan browsong materi hasil penelitian melalui situs google.schoolar.co.id, misalnya. Dan, masih banyak contoh-contoh penerapan aplikasi teknologi dalam pembelajaran. Luar biasa. Dengan demikian, maka kita akan merasakan hadirnya kecanggihan teknologi justru dapat menjadi virus positif dalam kehidupan kita, dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Fenomena di atas mendukung pernyataan yang disampaikan Direktur Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) di Indonesia – Jakarta, Shahbaz Khan. Khan berpendapat bahwa era digital sudah seharusnya memberikan banyak manfaat bagi banyak orang. Secara khusus adalah bagaimana mendapatkan edukasi dari perangkat teknologi yang saat ini cenderung sangat digunakan oleh masyarakat umum. Lebih lanjut, ia menuturkan pendidikan yang saat ini bisa diakses dan diberikan melalui perangkat teknologi sesuai dengan perkembangan zaman tetap membutuhkan pengawasan serta para akademisi yang menunjang. Dari sana, mereka dapat memberikan pengetahuan lebih luas, termasuk kepada anak-anak sebagai bekal edukasi yang penting. (Republika, 20 September 2017).

Di akhir tulisan ini, penulis perlu juga menyampaikan bahwa hadirnya alat teknologi tersebut tentu, di samping membawa energi positif, juga bisa memiliki dampak negatif. Memang benar, tidak sedikit kita saksikan, efek-efek negatif dari aplikasi teknologi tersebut. Tetapi, penulis mengajak kepada diri saya sendiri dan pembaca pada umumnya.

Dengan hadirnya kecanggihan teknologi, mari kita terus bersyukur, ayo kita gunakan untuk mendukung amal kebaikan, untuk melahirkan energi positif. Sebaliknya, kita kubur hal-hal yang bersifat negatif. Literasi digital menjadi strategi penting untuk berteknologi secara sehat yang positif dan semakin mendorong tumbuhnya inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran. Literasi digital akan menginspirasi kita semua, bahwa pemaanfaatan secara optimal teknologi informasi dapat menjadi sarana efektif untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berorientasi masa depan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES