Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Merawat Warisan Ramadhan

Kamis, 14 Juni 2018 - 11:38 | 63.86k
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang (Unisma) (FOTO: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang (Unisma) (FOTO: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGBULAN penuh berkah, Ramadhan 1439 H, akan segera berakhir. Banyak kenangan indah dan damai dirasakan oleh umat Islam yang menjalankan berbagai amalan utama ramadhan. Mulai dari berpuasa, qiyamul lail, shadaqah, tadarus al quran, sampai pada kegiatan social. Semuanya dilakukan semata-mata mengejar keridhaan Allah Swt.

Kegiatan spiritualitas meningkat signifikan. Indikasi ini terlihat dari ramainya kegiatan keagaamaan. Mulai dari shalat berjemaah di masjid. Kajian keagamaan baik di masyarakat maupun dimedia televise ataupun radio. Mall penuh dengan hiasan bernuasa ramadhan. Kegiatan sosial keagaamaan juga meningkat. Bahkan sinetron-sinetron di televise mendadak begitu islami meskipun tidak sungguh-sungguh mengvisualisikan orang beriman. Namun demikian, itu semua hadir karena hadirnya ramadhan.

Ramadhan yang didalamnya diwajibkan orang yang beriman untuk berpuasa diharapkan mampu mengantarkan derajad orang beriman naik tangga yang lebih tinggi, yaitu muttaqin. Secara sederhana taqwa berarti menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi seluruh larangan-Nya baik yang sifatnya batiniah maupun lahiriah.

Dengan demikian orang yang bertaqwa adalah hamba yang akan mampu menjalankan tugas kehambaannya maupun tugas sebagai seorang khalifah fil ardh. Sebagai seorang hamba maka kualitas kehambaan akan senantiasa mengalami peningkatan, sementara sebagai seorang khalifah mampu menyebarkan rahmat-rahmat Allah dimuka bumi ini.

Lantas apakah semua aktifitas selama ramadhan itu hanya selesai dibulan ramadhan? Tentunya jawabanya adalah tidak. Tugas sebagai seorang hamba dan khalifah melekat pada diri manusia selama manusia tersebut masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menghirup udara dunia. Artinya adalah pada bulan-bulan diluar ramadhan sudah sewajarnya apa yang menjadi kebiasaan selama bulan ramadhan mampu diteruskan dan selanjutnya menjadi kebiasaan diluar ramadhan. Inilah yang kemudian diperlukan merawat apa yang sudah menjadi kebiasaan selama ramadhan diteruskan pada bulan-bulan diluar ramadhan dalam dimensi kehambaan dan dimensi kekhalifaan.

Dimensi Kehambaan
Menghamba atau beribadah secara totalitas kepada Allah Swt adalah tujuan diciptakannya manusia dimuka bumi “Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56).

Secara syariat kehambaan manusia ditunjukkan dengan menjalankan rukun islam dengan sungguh-sungguh yang didasari atas rukun iman yang ada yang kemudian harus diimbangi dengan ketulusan dan keikhalasan. Artinya adalah apa yang dilakukan harus disandarkan semata-mata karena Allah Swt, bukan karena yang lain, bukan karena makhluk Allah. 

Sebagai seorang hamba, maka apapun yang dilakukan didunia ini harus selalu diniatkan semata-mata  beribadah kepada Allah Swt. Baik itu yang sifatnya transenden (Ketuhanan), mampun yang sifatnya sosial kemasyarakatan.

Selama ramadhan ini, dimensi ini sangat terasa siknifikan meningkatnya. Indikator paling mudah untuk dilihat adalah seperti gambaran penulis diawal tulisan ini. Oleh karenanya ramadahan sebagai sahrul tarbiyah ini, kita sebagai seorang hamba semoga diberi kekuatan oleh Allah Swt untuk terus istiqamah menjalankan apa yang sudah dilatih selama ramadhan.

Dimensi Kekhalifaan
Tugas utama seorang khalifah adalah turut menyebarkan rahmat Allah dimuka bumi ini. Hamba dan khalifah adalah entitas yang melekat pada manusia yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. manusia yang terbaik bukanlah mereka yang senantiasa beribadah namun lupa sama orang lain, melainkan mereka yang selalu memberi manfaat kepada sesama, khoirunnas anfa'uhum linnas.

Oleh karenanya membantu sesama, memberikan rasa aman, turut memakmurkan lingkungan sekitar, peduli, cinta kasih, adalah wujud dari tugas seorang khalifah.  

Selama ramadhan, dimensi ini banyak sekali kita temukan. Gerakan shadaqah oleh PBNU lewat Kirab Koin misalnya adalah wujud dari meningkatnya kepedulian antar sesama, santunan anak yatim dan kaum dhuafa’, pembagian takjil untuk orang berpuasa senantiasa menjadi pemandangan selama bulan ramadhan. 

Akhirnya, ramadhan 1439 H akan segera pergi, sungguh nikmat yang luar biasa yang Allah berikan untuk kita semua. Sekarang sebagai seorang yang beriman mempunyai tugas untuk terus istiqamah, merawat terus apa yang sudah kita lakukan selama ramadhan. Bukan semata kenangan makan bersama, bukan lantas mengingat-ngingat ibadah yang sudah dilakukan, akan tetapi istiqomah untuk terus menyandarkan diri ini baik jasmani maupun rohani terus bersandar kepada Allah Swt dengan mengingat tugas sebagai seorag hamba dan tugas turut menyebarkan kasih sayang dimuka bumi ini. Wallahuaklam bis showab. (*)

* Penulis adalah Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang (Unisma).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES