Wisata

Menengok Kampung Naga, Wisata Budaya di Tasikmalaya

Kamis, 21 Juni 2018 - 00:13 | 575.71k
Salah seorang pengunjung Kampung Naga sedang menikmati keasrian alam di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya (FOTO: Akmal/TIMES Indonesia)
Salah seorang pengunjung Kampung Naga sedang menikmati keasrian alam di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya (FOTO: Akmal/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Jika Anda tengah berkunjung di Jawa Barat, tak ada salahnya mampir ke Kampung Naga yang merupakan salah satu desa yang menawarkan wisata budaya di Kabupaten Tasikmalaya

Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasinya berjarak sekitar 30 Km dari pusat kota Tasikmalaya, sedangkan dari pusat Kota Garut sekitar 36 Km. 

Untuk menuju ke Kampung Naga, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda 2 maupun 4 dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam.

Kampung-Naga-2.jpgSalah seorang pengunjung menikmati wisata budaya di Kampung Naga

Usai tiba di Desa Neglasari, pengunjung masih harus berjalan menuruni sekitar 439 anak tangga karena lokasinya yang berada jauh dibawah tebing.

Cukup menguras tenaga untuk bisa sampai ke Kampung naga. Namun, pengunjung tak perlu khawatir. 

Rasa lelah pun terbayar lunas oleh keindahan hutan asri, hamparan sawah terasering dan gemericik air sungai ciwulan yang mengalir jernih di sisi jalan setapak menuju kampung naga.

Ditengah hiruk pikuk kehidupan modern masyarakat Tasikmalaya, ternyata penduduk di kampung naga yang berjumlah 313 orang ini masih memegang teguh adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

Bagaimana tidak, puluhan tahun mereka hidup tanpa adanya aliran listrik yang masuk ke kampung. Hal demikian dengan gas elpiji untuk memasak, warga tetap bertahan dengan menggunakan tungku. 

Namun uniknya, tak ada aturan dalam berbusana, larangan pendidikan maupun penggunaan elektronik dalam kehidupan masyarakat di kampung ini. 

"Anak-anak disini tetap sekolah seperti anak-anak lain pada umumnya. Beberapa rumah juga ada televisi tapi menggunakan Aki," ujar Sahyan, Salah seorang sesepuh di Kampung Naga, Rabu (20/8/2018).

Sehari-hari, lanjut Sahyan, masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani ini senantiasa hidup rukun berdampingan. Bahkan, untuk hasil tani saja jika ada sisa, mereka silih berganti memberi ke tetangga. 

"Saat panen padi, buah-buahan sama ketela itu harus dikonsumsi 1 keluarga dulu. Kalau ada sisa mah baru dibagi ke tetangga, kalau masih ada sisa lagi baru boleh dijual ke pasar," tambah sahyan.

Rumah penduduk di Kampung Naga yang berjumlah 112 bangunan ini, semuanya terbuat dari kayu atau bambu. Sedangkan atapnya terbuat dari daun nipah atau ijuk. 

Selain itu, di dalam rumah juga tak boleh ada perabotan seperti kursi. Sementara untuk kamar mandi dan kandang ternak, warga disana, diberi aturan khusus, harus berada di luar area perumahan.

Selain bisa berswafoto dengan latar belakang rumah-rumah warga, pengunjung juga bisa berburu produk unggulan kerajinan tangan khas masyarakat setempat sebagai oleh-oleh khas Kampung Naga.

Kampung-Naga-3.jpg

Menurut salah seorang pengunjung, Tofan Rudiyanto, Ia rela datang jauh-jauh dari Kota Surabaya bersama keluarganya, hanya untuk melihat budaya kehidupan masyarakat keturunan sunda wiwitan ini.

"Kampung Naga ini memang menarik untuk dikunjungi. Setidaknya pengunjung bisa belajar budaya setempat, karena kearifan lokalnya yang masih terjaga dengan baik," ujar Tofan.

Senada dengan Tofan, Srijono seorang warga Desa Mangkubumi, Tasikmalaya, yang kebetulan juga berkunjung ke kampung tersebut mengaku, ia tak pernah bosan untuk bolak-balik berkunjung ke Kampung Naga. 

Menurutnya, tempat ini bisa menjadi wisata budaya dan edukasi untuk semua umur. Oleh karena itu, setiap keluarganya dari berbagai daerah yang berlibur ke rumahnya kerap diajak untuk singgah ke Kampung Naga.

"Tidak pernah bosan untuk berkunjung ke tempat ini. Ya selain bisa foto bareng sama keluarga, berburu oleh-oleh produk unggulan kerajinan tangan khas masyarakat setempat, kami juga bisa belajar tentang sejarah kampung ini," ungkap Srijono, sembari mengenakan Iket Sunda di kepala.

Nah, bagi anda yang penasaran, segera persiapkan waktu liburanmu ke Kampung Naga. Namun bagi pengunjung, terdapat peraturan setempat yang harus di taati pengunjung. 

Peraturan tersebut antara lain, larangan adanya musik dari luar dan tempat keramat yang tak boleh dimasuki atau dipotret. Seperti rumah adat yang hanya boleh dimasuki oleh tetua, atau hutan keramat yang dipercaya sebagai makam leluhur dari Kampung Naga. Sangat merugi rasanya jika ke Kabupaten Tasikmalaya, tak mampir ke Wisata Budaya tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES