Peristiwa Daerah

Penyebab Kebakaran Pasar Benculuk Masih Jadi Tanda Tanya Warga

Selasa, 12 Juni 2018 - 00:20 | 21.70k
Bangunan baru Pasar Benculuk. (FOTO: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)
Bangunan baru Pasar Benculuk. (FOTO: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Meski banyak keterangan yang menyebutkan bahwa penyebab kebakaran yang melanda pasar Benculuk, Cluring, Banyuwangi, akibat konsleting Listrik. Tetapi tidak bagi beberapa pedagang dan warga yang ikut membantu memadampakan api tersebut. 

Kebakaran tersebut masih menyisakan misteri bagi mereka. Sebab saat kebakaran berlangsung, tidak banyak orang dan saksi mata yang berada di lokasi kejadian.

Terlebih, sebelum terjadi kebakaran pedagang di pasar tersebut sempat akan direlokasi ke bangunan pasar yang baru dan lebih layak yang berada di sisi timur pasar, tetapi para pedagang menolak karena dinilai sempit dan agak jauh dari jalan raya. 

Misrat (50) salah satu pedagang mengamini jika ia bersama pedagang lain waktu itu menolak untuk direlokasi karena lokasinya sempit dan terlalu ke dalam, sehingga susah dijangkau warga. 

"Para pedagang menolak pindah ke tempat baru, karena sempit. Tapi setelah terbakar ini gak tau lagi nanti gimana. Katanya setelah lebaran mau pindah," akunya. 

Sementara itu, anggota Pemuda Purwosari Bersatu (Benculuk), Bhogi Bhayu, yang juga pedagang pasar, mengaku sesaat setelah api membakar lapak, dirinya dan warga lain langsung bergegas untuk memadamkan api.

Namun karena banyak lapak yang terbuat dari kayu yang berisi sembako dan snack (sebelumnya pakaian) sehingga kebakaran dengan cepat melahap hampir seluruh material yang berada di blok tengah pasar Benculuk itu. "Saya kurang begitu tau penyebabnya. Entah itu karena konsleting listrik atau bukan. Yang pasti masih menunggu pihak berwajib menelusuri penyebabnya," ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES