Peristiwa Daerah

Masjid Tiban Babussalam, Peninggalan Syekh Maulana Ishaq di Probolinggo

Jumat, 08 Juni 2018 - 12:22 | 332.48k
Bangunan awal masjid Tiban Babussalam, di Kelurahan Ketapang, Kademangan, Kota Probolinggo. (FOTO: Gusmo for TIMES Indonesia)
Bangunan awal masjid Tiban Babussalam, di Kelurahan Ketapang, Kademangan, Kota Probolinggo. (FOTO: Gusmo for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Sebuah masjid berarsitektur kuno di Kota Probolinggo, Jawa Timur, menyimpan sejarah napak tilas dakwah Islam Syekh Maulana Ishaq. Masjid yang pernah menjadi tempat persinggahan Syekh Maulana Ishaq ini, konon muncul secara tiba-tiba tanpa diketahui siapa pembuatnya.

Perpaduan arsitektur islam, Jawa dan cina, menguatkan akulturasi budaya penyebar islam di pulau jawa. Masjid itupun, hingga kini masih menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Terletak di jalan raya sukarno-hatta Kota Probolinggo, membuat masjid megah ini mudah ditemukan. Karena memang berada di jalur utara nasional.

Namun demikian, masjid tiban Babussalam terlihat lebih rendah dibanding daerah lain di sekitarnya. Hal ini terjadi karena konon disebabkan tanah yang menopang masjid tiban, awalnya merupakan pantai dan hutan bakau. Masjid tiban yang berada di tepi bawah, akhirnya tertutup rerimbunan hutan bakau. Warga yang membuka hutan bakau kemudian menemukan masjid ini, dan memberi nama masjid tiban.

Ada versi lain yang menyebutkan, bahwa arti kata tiban berarti titipan. Yakni sebuah masjid yang dititipkan oleh Syekh Maulana Ishaq, salah seorang wali pendahulu dari masa awal sembilan wali penyebar agama islam di tanah jawa yang dikenal sebagai walisongo. Masjid itu dititipkan Syekh Maulana Ishaq kepada santri dan warga setempat, untuk dirawat dan dijadikan tempat beribadah.

“Sebenarnya, masjid tiban adalah sebuah masjid yang ukurannya tidak terlalu besar. Atap masjid berbentuk prisma dengan ketinggian sekitar delapan meter diatas permukaan tanah. Sedangkan luasnya hanya sekitar sembilan meter persegi. Bentuk dan arsitektur atap masjid mirip dengan ornamen jawa-cina, yang disanggah dengan empat kayu jati yang usianya sudah mencapai ratusan tahun,” terang salah satu Takmir Masjid, Ilyas, Jumat (8/6/2018).

Berdasarkan keterangan sejumlah warga, masjid itu kemudian mulai dibangung dan dirawat oleh santri Syekh Maulana Ishaq, antara abad ke 14 dan 16 masehi. Untuk mengenang perjalanan ulama kondang seantero nusantara itu, khususnya di sekitar wilayah Probolinggo.

Memang tidak ada prasasti tulis, di areal masjid Tiban ini. Namun, ada sejumlah barang yang ditengarai sebagai peninggalan Syekh Maulana Ishak. Di belakang masjid terdapat petilasan Syehk Maulana Ishaq, yang hingga kini sering menjadi tempat orang memanjatkan doa. Di halaman belakang ini pula, terdapat batu yang menjadi altar bagi Syekh Maulana Ishaq, saat memberi khotbah kepada jama’ah pengikutnya di jaman dahulu.

Tidak jauh dari batu besar, juga terdapat sebuah sumur yang airnya dipercaya bisa menyembuhkan beragam penyakit. “Tidak sedikit warga setempat maupun dari luar kota, yang datang untuk mendapatkan khasiat air ini,” ujar Ilyas.

Waktu pun berlalu, masjid tiban kemudian mengalami perkembangan. Tidak hanya memiliki luas seperti awal mulanya, bagian masjid tiban kini diperluas hingga sekitar 900 meter persegi. Perluasan dan perbaikan masjid tiban ini dilakukan pada tahun 1993 silam.

Masjid tiban kini tampak lebih megah. sejak itulah masjid tiban diberi nama masjid jami’ tiban babussalam. Babussalam memiliki arti pintu menuju keselamatan dan keridhoan allah.

Tak hanya sebagai tempat ibadah umat muslim. Masjid ini juga sering dijadikan warga yang sedang dalam perjalanan atau musyafir, sebagai salah satu tempat bernaung sekaligus beribadah kepada allah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES