Peristiwa Internasional

Berpuasa di Negeri Orang, ini Kisah Mahasiswa UMM

Minggu, 03 Juni 2018 - 14:46 | 50.71k
Memeriahkan Ramadhan di Poznan, Tata bersama teman-teman PPI Poznan gelar bazar makanan khas Indonesia saat jelang waktu berbuka, Minggu (3/6/2018). (FOTO: UMM For TIMES Indonesia)
Memeriahkan Ramadhan di Poznan, Tata bersama teman-teman PPI Poznan gelar bazar makanan khas Indonesia saat jelang waktu berbuka, Minggu (3/6/2018). (FOTO: UMM For TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, POLANDIA – Tiga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merasakan nikmatnya berpuasa di negeri orang. Mereka hatus menjalani puasa di luar negeri sebab mereka sendang mengikuti program Eramus+ (European Region Action Scheme for the Mobility of University Students) atau merupakan program pertukaran mahasiswa di Uni Eropa. 

Tata Budhi Prasetyo mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berbagi kisahnya menjalani puasa di di Poznan Polandia. 

umm-for-ti-2.jpg

Naiknya suhu udara di Poznan menandakan bahwa musim panas akan segera tiba. Semakin mendekatnya musim panas menjadikan waktu siang di negara tersebut semakin lama, yakni sekitar 19 jam. 

Tata mengakui bahwa di awal puasa ia lebih sering menghabiskan waktu siangnya di area perpustakaan kampus untuk mencari udara dingin.

“Paling gak produktif itu awal-awal tiga empat hari puasa, kerjaanku cuma diam di perpustakaan cari angin dingin dari AC,” ceritanya semnari tertawa. 

umm-for-ti-3.jpg

Dalam suasana perbedaan waktu hampir lima jam, Tata sangat bersemangat membagi kisah  puasa di negara rantauannya itu.

“Alhamdulillah dengan banyak halangan dan rintangan bisa menjalani puasa hampir dua minggu ini,” ungkapnya dengan nada bercanda.

Setelah hampir empat bulan berada di Polandia, Tata telah sejak lama mempersiapkan dirinya untuk bisa menjalankan ibadah puasa di negara dengan empat musim. 

Meaki puasa kali ini bukan puasa pertamanya di negara orang, namun Tata mengaku sangat kualahan mengatur waktu istirahatnya dengan waktu santap sahurnya.

“Dulu sudah pernah puasa di Singapura tapi gak sesulit ini atur waktu tidur sama sahur,” tuturnya.

Mahasiswa asal Malang Jawa Timur ini mengaku hanya memiliki waktu enam jam untuk berbuka, sholat tarawih, istirahat, dan sahur.

“Lumayan berat atur waktu berbuka dan sholat tarawihnya soalnya singkat banget waktunya,” tambahnya.

Menjadi minoritas di Negara Renaissance ini tidak menyurutkan semangat beribadah Tata. Bersama teman-teman yang tergabung di Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Poznan, Tata membuat acara buka bersama warga Poznan.

“Ini biar gak mager terus dan semangat puasa akhirnya buat bazar makanan khas Indonesia untuk dinikmati bersama warga Poznan saat waktu buka puasa,” jelasnya.

Tak hanya Tata, ada dua dara cantik yang juga mahasiswa UMM juga merasakan berpuasa di negeri orang. Elisa Kusno dan Rosida Dewi Faizatul memiliki kisah unik puasa bersama warga Polandia dan Romania.

Setelah selesai mengikuti kelas bahasa Romania, Oci sapaan akrab Rosida Dewi dengan semangat menuturkan kisahnya saat diajak berdiskusi tentang sejarah puasa.

“Mereka baru sadar aku puasa itu hari ke dua atau ke tiga yah, aku lupa, tapi waktu mereka tahu mereka langsung tanya-tanya soal puasa,” cerita mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM ini.

Berbeda halnya dengan Oci, Elisa mahasiswa Program Studi Ilmu Teknologi Pangan (ITP)  Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP)   mendapatkan perhatian lebih dari teman-teman asrama dan kelasnya. Ia juga mengaku bisa sampai setiap menit menjawab pertanyaan teman-temannya tentang kondisinya selama berpuasa.

“Mereka jadi lebih perhatian gitu ke aku, tiap menit aku jawab pertanyaan mereka tentang kondisiku yang masih sehat atau tidak, karena sedang puasa,” terang Elisa sambil tertawa.

Meskipun, jauh dari sanak keluarga, ketiga mahasiswa UMM Program Erasmus+ ini mengaku berpuasa di negeri orang sangat berkesan. Mulai harus melupakan jauh-jauh agenda buka bersama dengan teman-teman kelas, sahur on the road, hingga antri takjil gratis di Masjid. “Untungnya di sini suasana kekeluargaanya sangat terasa,” pungkas Oci.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES