Peristiwa

‘Lebih Menguntungkan’, Alasan Perajin Gula Banyuwangi Beralih Memproduksi Tuak

Jumat, 27 April 2018 - 14:48 | 355.60k
Minuman keras jenis Tuak (FOTO: lensanews.tv)
Minuman keras jenis Tuak (FOTO: lensanews.tv)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kami sengaja menyembunyikan identitas tiga narasumber yang mengungkap ‘sisi gelap’ perajin (disebut; Penderes) gula merah di Banyuwangi, Jawa Timur yang ‘beralih profesi’ memproduksi minuman keras (miras) jenis Tuak.

“Jangan diberitakan. Kita bisa dibenci teman-teman,” jelas narasumber pertama, seorang pengepul gula merah di wilayah Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Minggu (22/4/2018).

Narasumber pertama mengatakan, dalam dua tahun terakhir, penderes gula di wilayah desa Watukebo, Patoman, dan Gintangan sebagian memilih memproduksi Tuak dibanding memproduksi gula merah.

“Prosesnya cepat, tanpa harus memasak seperti (membuat) gula. Harganya jauh lebih mahal. Satu jerigen 35 liter, jika dibuat gula (merah) hanya dapat 6 sampai 7 Kilogram. Kalikan harga Rp 12 Ribu, cuma dapat Rp 84 Ribu. Itu belum dikurangi biaya produksi, beli kayu bakar. Kerjanya memakan waktu,” jelasnya.

Narasumber mencoba mengalkulasi keuntungan kotor memproduksi Tuak. Dia mengasumsikan seorang penderes mampu menghasilkan 1 jerigen (35 liter) Tuak setiap hari. “Harga dari penderes Rp 105 Ribu untuk 1 jerigen. Tanpa proses memasak, tidak perlu beli kayu bakar. Penderes tinggal mengumpulkan dari setiap pohon dan bisa langsung dijual di hari itu juga,” jelasnya.

Tuak harganya jauh lebih mahal tanpa proses yang sulit, membuat produksi gula merah menurun drastis. Dia mengaku, sebelum ramainya pesanan Tuak, produksi gula merah di desanya cukup tinggi. Bahkan, salah satu produsen kecap nasional pernah mengorder gula merah non sulvit kepada masyarakat sekitar.

Narasumber kedua, adalah seorang penderes berusia sekitar 25 tahun, tetangga narasumber pertama, yang saat itu ikut nimbrung, mengatakan, dia tidak pernah membuat Tuak meski dia juga mahir memproses. Alasannya, takut diciduk Polisi dan berurusan dengan hukum.

Secara detail, narasumber kedua menjelaskan teknik memproduksi tuak yang dia ketahui; “Cukup membeli jenis kayu khusus dari orang Bali untuk dicampur dengan air legen. Jerigen untuk menyimpan air legen harus bersih. Pagi kita pasang jerigen di atas pohon kelapa, sore kita kocok, besok pagi kita turunkan dan sudah jadi Tuak,” ujarnya singkat.

Pengepul Adalah Produsen Miras Lokal

Minuman haram itu setiap hari bisa langsung disetor ke beberapa pengepul yang juga warga setempat.

“Biasanya setornya malam hari,” kata narasumber kedua.

Menurut pengakuannya, pengepul tersebut adalah pemain lama yang memroduksi berbagai jenis minuman keras. Selain Tuak, mereka juga memroduksi Arak yang bahan bakunya didatangkan dari Pulau Bali.

“Pengiriman Arak Bali biasanya dilakukan dengan perahu. Sandar di pantai timur situ. Kalau lewat pelabuhan Ketapang sering tertangkap,” jelasnya.

Produksi Tuak Untuk Bayar Utang

Narasumber ketiga adalah seorang pedagang kayu yang bertetangga dengan seorang produsen Tuak.

“Dia (produsen) adalah keluarga orang alim. Sebelumnya dia adalah pengepul gula merah. Tapi karena himpitan utang, dia sekarang tidak lagi berbisnis gula merah. Tapi beralih membuat dan menjadi pengepul Tuak,” ungkapnya.

Sebenarnya para tetangga yang juga masih kerabatnya itu sering mengingatkan agar menghentikan usaha barunya itu karena khawatir diciduk Polisi.

“Tapi tetap saja diteruskan. Dia bilang; apa kalian tau beban utang yang harus dia tanggung. Dengan berbisnis jual beli Tuak, katanya utangnya pun sudah bisa dicicil,” tandasnya.

Mengelabui Petugas Dengan Memasak Air

Agar produksi Tuak berjalan lancar dan aman. Para penderes biasanya tetap melakukan proses ‘abal-abal’ layaknya memproduksi gula merah.

“Padahal yang dimasak itu bukan legen. Tapi air biasa. Itu untuk mengelabui jika tiba-tiba ada penggerebekan. Jadi sepintas kalau kita lihat, mereka itu ya membuat gula,” kata AN, warga Gintangan, Rabu (25/4/2018).

Sementara itu, Kapolsek Rogojampi, Kompol Suharyono, saat dihubungi melalui telepon mengatakan, belum mengetahui adanya kegiatan produksi Tuak yang dilakukan oleh para penderes.

“Jika itu ada, dan telah menjadi Tuak maka akan kita proses. Selama ini kita gencar merazia peredaran miras oplosan. Hari ini setelah Jumatan baru saja kita sosialisasi bareng Kepala Desa Blimbingsari,” jelas Kompol Suharyono, Jumat (27/4/2018).

Kompol Suharyono, mengaku kerap mengerahkan anggotanya untuk merazia peredaran miras. “Kalau untuk di pengepul gula merah, tidak ada. Malah kita sering diberi minuman legennya,” tandasnya.

Alat Produksi Tuak Diduga Bantuan Pemerintah

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi, I Komang Dedi Budi Setiadi, mengaku pernah menyalurkan bantuan peralatan kepada para penderes di Kecamatan Blimbingsari.

“Bantuan berupa Wajan, Jerigen, Sabit, dan Cetakan Gula Merah. Diberikan sekitar tahun 2014 sampai 2015,” jelas I Komang Dedi, ditemui di kantornya, Jumat (27/4/2018).

Saat itu, lanjut Komang Budi, penderes membentuk Kelompok di setiap desa untuk menerima bantuan. “Saat itu kita juga memberi pelatihan produksi gula non sulvit,” tambahnya.

Hasil laporan petugas PPL di lapangan, penurunan produksi gula di Kecamatan Blimbingsari sekitar 30 sampai 40 persen. Itu terjadi karena penderes lebih memilih memproduksi Tuak daripada gula merah.

“Penurunan sekitar 30 sampai 40 persen itu (terjadi) sejak tahun 2017. Penyebabnya harga gula tidak stabil sedangkan harga Tuak cukup tinggi,” tandasnya.

Disperindag mencatat, harga gula merah dari penderes ke pengepul berada diangka Rp 8 Ribu sampai Rp 10 Ribu per kilogram. Harga itu kalah jauh dibanding harga Tuak.

Dalam waktu dekat, Disperindag berencana akan turun ke Kecamatan Kabat dan Pesanggaran untuk mengetahui apakah para penderes disana juga beralih memproduksi Tuak.

Komang Budi berharap, pihak kepolisian turut membantu mencegah maraknya produksi Tuak di kalangan para penderes di Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES