Peristiwa

Belajar Seni Displai dari Kurator Mikke Susanto

Sabtu, 21 April 2018 - 22:15 | 355.11k
Mikke Susanto, kurator seni, diwawancarai usai menjadi pemateri workshop Seni Displai Pameran Seni Rupa, Sabtu (21/4/2018) di Omah Kitir, Kota Batu. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)
Mikke Susanto, kurator seni, diwawancarai usai menjadi pemateri workshop Seni Displai Pameran Seni Rupa, Sabtu (21/4/2018) di Omah Kitir, Kota Batu. (FOTO: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Puluhan kursi yang disediakan terisi oleh para peserta workshop Seni Displai. Mereka menyimak pemaparan dari pemateri. Mikke Susanto, seorang kurator seni, memberi wawasan kepada 37 peserta workshop di Omah Kitir, Kota Batu, Sabtu (21/4/2018).

Seperti dituturkan, dia membagikan wawasan tentang pekerjaan dan dinamika dalam dunia pameran. Khususnya, berkaitan dengan penataan objek yang dipakai.

Sebagai informasi, Mikke Susanto merupakan lulusan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Dia tercatat sebagai konsultan kurator koleksi Istana Kepresidenan RI.

Mikke-Susanto-2.jpg

Pada materi seni displai, dia melanjutkan, terdapat kisi-kisi dan bermacam strategi yang berkaitan dengan banyaknya variasi ruang yang akan dikelola.

Dari situ, memunculkan banyak kreativitas, yang menyebabkan setiap desainer ruang, atau arsitek ruang, atau kurator, harus membuat cara baru pada setiap pameran.

Dia menyontohkan dengan pameran seni rupa yang menampilkan karya lukis. 

"Bagaimana penataan lukisan yang ukurannya berbeda-beda. Ruangan itu tingginya berapa, kemudian pengunjungnya seperti apa," ujar pria kelahiran Kencong, Jember ini.

Paling penting, kata Mikke, konsep tentang pameran, harus punya aplikasi terhadap displainya.

Dalam kalimat berbeda, konsep atau tema pameran, harus diimplementasikan ke dalam ruang pamer itu sendiri.

"Tidak seperti pameran perdagangan yang diulang-ulang, konsepnya cuman naruh 'toko' di dalam ruangan, nggak begitu," ucapnya.

"Kita membuat arsitektur ruang yang dibangun oleh karya-karya seni itu sendiri. Ada ruang pamer di dalam ruangan, ada ruang pamer di luar ruangan, bersimbiosis atau mengalami sinkronisiasi antar banyak hal."

Tema yang kerap ditanyakan peserta workshop kepadanya, adalah jenis ruang white cube (kubus putih).

Menurutnya, white cube menjadi contoh bagaimana memberi ruang yang luar biasa bagi karya seni. 

Karena, dalam ruang pamer itu, tidak boleh menyantumkan benda-benda yang tidak berhubungan sama sekali dengan karya seni.

"Kita nggak boleh meletakkan pot bunga, unsur-unsur hias di dalamnya. Jendela harus ditutup semua, karena sudah ada AC. Langit-langit (ruang pamer) jangan sampai lebih rumit daripada lantai atau dinding atau karya seni," paparnya.

Fenomena paling kuat terjadinya white cube, kata dia, karena memberi penanda atas munculnya ruang yang klinis.

Selain white cube, ada pilihan displai yang selama ini dipakai di Indonesia, seperti museum sejarah. Museum ini masih menggunakan rumah asli sebagai ruang pamer.

"Konsep ruang pamernya memang natural, dibiarkan, dibuat, direstorasi seperti aslinya," jelas lulusan Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Pascasarjana UGM Yogyakarta.

Dia menambahkan, dengan teknologi baru dan konsep lebih kontemporer, menyebabkan ruang pamer menjadi ciptaan baru.

Penjelasan Mikke Susanto soal ruang displai seni, menjadi pelajaran berharga bagi peserta workshop.

Usai workshop, peserta kembali belajar perihal manajemen seni rupa yang diikemas berbentuk seminar. 

Tyaga Art Management, selaku penyelenggara acara, menghadirkan tiga pembicara seminar: Putu Sutawijaya, owner Sangkring Art Space; Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia.

Dan satu lagi, Mikke Susanto, yang pernah tercatat dalam 408 kurator dunia versi majalah online Universes in Universe. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES