Politik

Tagline 'Ayo Noto Malang' dapat Acungan Jempol Warga Kota Malang

Jumat, 23 Maret 2018 - 16:58 | 94.31k
Jargon 'Ayo Noto Malang ' yang diusung oleh pasangan calon (Paslon) nomor urut 1 yakni Dr Ya'qud Ananda Gudban dan H Ahmad Wanedi semakin dikenal dan dimengerti sebagian besar masyarakat Kota Malang. 
Jargon 'Ayo Noto Malang ' yang diusung oleh pasangan calon (Paslon) nomor urut 1 yakni Dr Ya'qud Ananda Gudban dan H Ahmad Wanedi semakin dikenal dan dimengerti sebagian besar masyarakat Kota Malang. 

TIMESINDONESIA, MALANG – Jargon 'Ayo Noto Malang ' yang diusung oleh pasangan calon (Paslon) nomor urut 1 yakni Dr Ya'qud Ananda Gudban dan H Ahmad Wanedi semakin dikenal dan dimengerti sebagian besar masyarakat Kota Malang. 

Seperti yang di jelaskan oleh Nanda-sapaannya dalam kegiatan -kegiatan kampanyenya, tagline ini merupakan ajakan terkait dengan visi- misi dalam membangun Kota Malang di masa mendatang. 

Ia mengaku jika makna filosofis dari jargon itu, yakni membangun Kota Malang tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut berpartisipasi di dalamnya.

Mulai dari kelompok masyarakat paling bawah hingga para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Kota Malang. Oleh karenanya, banyak tanggapan positif dari masyarakat tentang jargon 'Ayo Noto Malang ' ini. 

Rudi Arianto (41 tahun), selaku pemerhati sejarah & lingkungan, menilai jika jargon tersebut mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat bahkan di lapisan paling bawah.  

"Ayo Noto Malang ini menurut saya sangat sesuai dengan hati nurani masyarakat dan kondisi Kota Malang saat ini yang memang masih carut marut," jelasnya. 

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Sri Wahyuni (23 tahun) salah seorang mahasiswi Prodi Arsitektur asal Sawojajar.

"Tagline-nya bagus, pake bahasa Jawa pas buat orang Malang, terus susunan katanya itu enak didengar jadi terkesan kita sebagai warga benar-benar diajak untuk ikut aktif menata Kota Malang, mau dibuat kayak gimana kedepannya," ujarnya. 

Sementara itu, salah seorang pedagang di Pasar Landungsari,  Abdul Ayi (59 tahun), berpendapat jika jargon yang diusung paslon Nanda-Wanedi itu mudah diingat oelah masyarakat karena tidak muluk-muluk. 

"Semoga dengan jargonnya itu bisa menjadi pemimpin yang amanah dan selalu ingat keberadaan rakyat kecil untuk selalu diperhatikan," terangnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES