Kopi TIMES

Cinta Sandra di Benteng Kastil Husein Palace

Jumat, 23 Februari 2018 - 07:09 | 94.71k
ILUSTRASI: Cerpen Cinta Sandra (GRAFIS: TIMES Indonesia)
ILUSTRASI: Cerpen Cinta Sandra (GRAFIS: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTACAHAYA lilin temaram menghiasi meja di mana Husein dan Sandra duduk. Mereka memilih ruang VIP agar tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka di restoran itu.

“Kita sama-sama dilahirkan di keluarga yang menentang perkawinan campuran,” Sandra bicara sambil memandang gamang ke arah gelas wine yang sedang dipegangnya.

“Kau dengan kekerasan hatimu mampu mendobrak tradisi inbreeding di keluargamu. Namun aku masih belum sanggup melakukannya. Dalam tradisi keluargaku maupun keluargamu pria lebih memiliki kebebasan menentukan hidupnya daripada perempuan.

Sedangkan di mata keluargaku pernikahan adalah pengikat persaudaraan dua keluarga besar, juga cara untuk mengamankan aset kekayaan keluarga agar tidak dinikmati oleh pihak dari luar lingkaran kami.

Ditambah lagi agama yang kami anut melarang keras perceraian.” Sandra menghela nafas, “apalagi aku perempuan. Itulah kenapa, dalam posisi sepertiku perceraian dan menikahi pria di luar lingkaran adalah hal yang mustahil.”

Husein mendengarkan Sandra dengan serius.

“Sandra, aku punya usul. Siapa tahu kau tidak keberatan.” Husein menyulut rokoknya, “di setiap hubungan yang terlarang selalu saja pihak perempuan yang mengalami penghakiman paling kejam dari lingkungan. Memang tak adil, tapi itulah yang selama ini terjadi. Kita menjalani hubungan ini berdua. Tapi kau menghadapi masalah yang jauh lebih berat daripada yang kuhadapi. Aku tidak tega melihatnya.”

“Lantas apa usulmu?”

“Begini,” Husein membetulkan posisi duduknya, “Bagaimana jika aku menikah dengan wanita lain?”

Sandra melotot.

“Tunggu dulu penjelasanku,” sergah Husein. “Wanita itu hanyalah pengalihan saja. Jika aku sudah menikah dan kita tidak lagi terlampau sering muncul berduaan di depan publik, orang akan percaya bahwa hubungan kita telah berakhir. Padahal sesungguhnya tidak. Kita hanya melakukannya dengan lebih rapi saja.”

“Pernikahan macam apa itu?” Sandra mengernyit.

“Sama persis dengan yang kau jalani dengan Daniel saat ini.”

Sandra masih mengernyitkan dahi. Husein kembali menjelaskan ide gilanya itu.

“Lingkunganmu lebih suka menikmati bungkus yang indah daripada isinya. Misalnya saja, mereka suka melihat orang rajin ke gereja. Soal orang itu terlilit utang dan gereja tidak memberi solusi, masa bodoh. Publik hanya ingin melihatmu tampil saleh.

Sama dengan cara mereka memandang pernikahanmu dengan Daniel. Pernikahanmu adalah pembohongan publik. Hanya membuat keindahan normatif. Soal apakah kau mendapatkan kebahagiaan atau tidak, mereka nggak ambil pusing. Maka biarkan aku melakukan hal yang sama demi untuk melindungimu juga. Pernikahanku nanti hanyalah cara untuk membungkam kenyinyiran publik, tidak lebih.”

“Lantas perempuan mana yang akan kau pilih menjadi istrimu?”

“Belum tahu, dan tidak penting siapa.”

“Memangnya dia akan rela jika suaminya masih menjalin hubungan denganku?”

“Kita cari yang bersedia menerima itu. Yang pasti banyak wanita yang mau menikah denganku hanya untuk harta, persetan dengan hati.”

Sandra terdiam. Meskipun nampak tenang tapi pikirannya melayang ke mana-mana.

“Bagaimana dengan usulku barusan?” Husein memecah keheningan.

Sandra mengambil gelas winenya.

“Silakan saja, carilah perempuan yang kau maksud itu.” (Bersambung)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Indonesia

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES