Peristiwa Daerah

Bila Pensiun, Hadi Tjahjanto Akan Mancing Belut Lagi

Selasa, 30 Januari 2018 - 19:07 | 68.28k
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto SiP saat bertemu para alim ulama se Jawa Timur di Ponpes An Nur 1 Bululawang.  Dan ketika bersama Forkopinda Kabupaten di Pendopo. (FOTO: Widodo Irianto/ TIMES Indonesia)
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto SiP saat bertemu para alim ulama se Jawa Timur di Ponpes An Nur 1 Bululawang. Dan ketika bersama Forkopinda Kabupaten di Pendopo. (FOTO: Widodo Irianto/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Konsep kehidupan yang sederhana dari seorang pejabat tinggi tampaknya begitu kentara dari seorang Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.Ip, Panglima TNI saat ini. 

Betapa tidak, ia mengaku bila sudah pensiun nanti ia kepingin kembali ke tanah airnya di Singosari. Tempat dimana ia dibesarkan oleh orang tuanya. "Dan saya akan pulang dengan membawa Avansa saja kemudian menekuni mancing belut lagi, " katanya.

Di hadapan ratusan tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat, pelajar dan sebagainya yang diundang ke Pendopo Kabupaten Malang,  Hadi memberi motivasi dan semangat kepada mereka, Selasa (30/1/2018) siang.

Panglima-TNI-Hadi-Tjahjanto-A.jpg

"Bahwa pemimpin itu tidak lahir dari orang yang kaya. Pemimpin itu tidak selalu lahir dari seorang raja. Pemimpin bisa berasal dari orang yang tidak punya. Seperti saya, " katanya.

Ia lantas mengisahkan dirinya. Ia adalah anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya seorang tentara berpangkat Sersan Kepala (terakhir). Ibunya bakul rujak.

Hobinya dulu memancing belut di sawah di daerah Dengkol, Singosari, tidak jauh dari rumahnya. "Pulang sekolah, cari cacing kemudian mancing belut di sawah sambil berangan-angan tentang bagaimana bila besar nanti, "paparnya.

"Saya ingatkan kepada generasi muda, meski kita berasal dari seorang tak berpunya, kita tetap harus punya cita-cita. Sebab kalau tidak punya cita-cita kita akan terbelenggu dengan rutinitas yang tidak memajukan kehidupan, "paparnya.

Dulu, semasa kecil,  Hadi mengaku memang punya cita-cita menjadi tentara. Namun ia tidak membayangkan akan menjadi seorang pimpinan TNI tertinggi seperti sekarang ini. 

Kesehariannya, waktu itu Hadi kecil sebagai anak sulung, merasa punya tanggungjawab membantu keluarganya. Karena itu sebelum berangkat sekolah, ia membantu ibunya lebih dulu yang jualan rujak itu.

"Setelah semuanya beres dan ibu saya siap dengan jualannya, baru saya berangkat sekolah," katanya.

Begitu juga ketika ia ingin bermain ke Alun-alun Malang, ia minta uang saku secukupnya. Baginya yang penting bisa sampai tujuan lebih dulu. Soal pulangnya, ia jalan kaki dari kota Malang ke Singosari. 

Sepanjang perjalanan dari Alun-alun kota Malang ke Singosari itulah ia melewati rumah makan padang. "Namun saya hanya bisa melihat dan menelan ludah. Kapan ya bisa makan nasi padang itu," katanya.

Begitu seterusnya kehidupannya yang sederhana terus berlanjut sampai suatu saat ia diterima di Akademi Angkatan Udara.

Selama dalam pendidikan ia tetap berprinsip hidup sederhana. Bahkan teman-temannya waktu ada yang resah ingin keluar karena ketat dan disiplinnya dalam pendidikan.

"Mereka membayangkan menjadi Taruna Akabri itu begitu selesai langsung enak. Oo.. saya katakan kita masih belum selesai. Daripada keluar cari makan sulit,  lebih baik melanjutkan pendidikan yang pasti makan tiga kali setiap hari," katanya. 

Maka teman-temannya itu nurut gak jadi keluar dari pendidikan. Hadi pun juga terus melanjutkan hingga ia lulus. Bahkan selama dalam pendidikan Akabri ia selalu dipercaya menjadi pimpinan dalam kelompok taruna itu.

Kisah hidupnya itu diceritakan begitu gamblang dan sederhana kepada para hadirin di situ. Diantaranya ada Kasad Jendral TNI Mulyono, Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Arif Rahman, Bupati Malang Dr H Rendra Kresna serta sejumlah pejabat tinggi TNI lainnya.

Kisahnya memang dituturkan secara lugas. Termasuk bagaimana dia menceritakan ibunya yang jualan rujak itu harus berjibaku dengan utang sana utang sini demi anaknya agar selesai sekolahnya.

"Karena itu meski kita punya cita-cita dan kemudian menjadi sukses,  jangan pernah meninggalkan ridho seorang ibu. Itu penting. Sampai sekarang pun saya kalau ada kesulitan dalam hal apapun saya selalu minta doa ibu dan doa ibu itu mustajab," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES