Peristiwa

Antara Pohon Tumbang dan Kelestarian Jalur Hijau di Banyuwangi

Selasa, 12 Desember 2017 - 19:12 | 19.56k
Pohon jenis kecrut yang roboh setelah hujan deras di Jalan Nasional III Banyuwangi (FOTO : Hafil Ahmad/TIMES Indonesia)
Pohon jenis kecrut yang roboh setelah hujan deras di Jalan Nasional III Banyuwangi (FOTO : Hafil Ahmad/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Keberadaan pohon-pohon yang berada di sepanjang jalur lalu lintas baik kelas Jalan Provinsi, Jalan Nasional III, Jalan Kabubaten hingga sepanjang jalur jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor berfungsi sebagai perindang atau penetralisir emisi kendaraan bermotor. Tak terkecuali di Kabupaten Banyuwangi.

Namun, berdirinya pohon pada sempadan jalan maupun di median jalan, seringkali ditemukan tumbang. Penyebabnya bisa diakibatkan oleh faktor cuaca, pola penanaman, pembangunan jaringan utilitas, atau akibat ulah keusilan seseorang selain tipikal pohon dari jenisnya.

Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Kabid Kedaruratan dan Logistik, Drs Eka Muharram mengatakan, keberadaan pohon yang berada di sempadan atau median jalan sangat dibutuhkan sebagai perindang atau dari sudut estetika (keindahan). Namun, tidak menutup kemungkinan pohon tersebut roboh, pada beberapa kejadian tertentu sampai menimpa kendaraan. Atas dasar itu, pihaknya melakukan beberapa langkah untuk meminimalisir dan melakukan monitoring hingga melakukan penanganan.

“Untuk titik-titik rawan terjadinya pohon tumbang hampir merata diseluruh wilayah kota Banyuwangi seperti di Jalan Brawijaya, Jalan Gajahmada, Jalan Raden Wijaya, dan Jalan Jaksa Agung Suprapto. Serta tidak menutup kemungkinan di sepanjang jalan jalur padat di wilayah lain,” kata Eka kepada TIMES Indonesia di Banyuwangi, Selasa (12/12/2017).

Untuk itu, kata Eka, pihaknya telah menyediakan posko kesiapsiagaan selain melakukan monitoring untuk menerima laporan dari masyarakat yang berkaitan dengan kebencanaan. Sedang berdasarkan informasi dari BMKG, intensitas curah hujan di akhir tahun ini cukup tinggi dan kadang disertai angin. Selain itu kewaspadaan perlu ditingkatkan mengingat puncak curah hujan diperkirakan terjadi pada bulan Januari dan Februari mendatang untuk wilayah Banyuwangi.

“Kami mengimbau kepada pengendara untuk waspada saat memarkir kendaraan dibawah pohon, terlebih saat hujan dan mending di bawah bangunan. Dan juga yang perlu diingat, update informasi cuaca,” ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas PU Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang, Ir Mujiono mengatakan sejauh ini pihaknya belum melakukan pendataan data base jumlah pohon yang terdapat di sempadan maupun di median jalan di wilayah kota Banyuwangi. 

Ruas jalan yang terdapat di kota Banyuwangi meliputi Jalan Nasional dan Jalan Kabupaten. Sedang, untuk wilayah jalur hijau, seperti Jalan Ahmad Yani, Jalan Brawijaya, Jalan Gajah Mada, dan di beberapa jalur lainnya yang saat ini telah mencapai 15,75 persen termasuk Ruang Terbuka Hijau.

Sejauh ini, jenis pohon yang ada meliputi, pohon Mahoni, Angsana, Trembesi, Kecrut, Bungur dan beberapa jenis tanaman lain seperti pucuk merah. 

“Pohon yang rawan roboh, jenis Kecrut seperti yang roboh di depan SMPN 1 Giri Jalan Wijaya Kusuma beberapa hari lalu,” ujar Mujiono.

Sebagai langkah antisipasi, pihaknya melakukan topping (perempesan) untuk mengurangi beban pohon saat musim hujan maupun pemotongan pohon yang miring atau karena faktor tipikal pohon yang cepat besar tetapi rawan roboh, seperti jenis kecrut dan mahoni.

“Jadi target kita memang kecrut, trembesi ini kita kurangi karena ternyata walapun umurnya masih muda, mudah roboh,” katanya.

Faktor lain penyebab pohon menjadi roboh, lanjut Kadis PU itu, karena penanamannya berada di dekat jalur kontruksi yang perlu dilakukan pemeliharaan. Seperti saat menggali drainase, pembangunan jaringan utilitas PDAM, PLN, Telkom, fiber optic dan mengenai akar tunggang. Selain faktor cuaca hujan yang dapat menambah beban berat pada pohon dan akar tunggangnya tidak kuat, bisa roboh, itu juga merupakan kendala baginya.

“Dengan mereka sebetulnya sudah ada koordinasi, tetapi di titik-titik tertentu ada yang sempit juga saat ada perbaikan atau pembangunan di bahu jalan. Jadi mungkin kedepannya koordinasinya perlu ada kontruksi khusus kalau yang membuat drainase ya utilitasnya di itu, jadi tidak sampai melakukan 2 kali penggalian,” jelasnya.

Ke depan, ketika Surat Keterangan revisi ruas jalan terkait bahu jalan telah clear dan menjadi produk hukum pihaknya akan melakukan pendataan jumlah pohon yang terdapat di masing-masing ruas jalan.

Menurutnya, posisi pohon yang ada di sempadan jalan maupun di median jalan tersebut sangat penting untuk menciptakan jalur hijau baik dari segi ekologinya, sebagai perindang jalan dan penambahan oksigen yang ada di jalan.

Disisi lain pelebaran jalan juga akan berpengaruh terhadap jarak leger jalan dengan pohon yang semakin menyempit yang pada akhirnya juga rawan kecelakaan lalu lintas, seperti di Jalan Brawijaya seputar Mapolres Banyuwangi.

“Makanya nanti ada beberapa jenis tanaman yang nanti kita evaluasi di jalan Brawijaya. Contoh dulu pernah kita tanami trembesi, pohon jenis ini pertumbuhan dahannya kan cepat panjang dan berkembang sedangkan di sana ruang jalannya sempit, nanti mungkin kedepannya kita kasih tanaman yang lambat pertumbuhannya tapi nanti kuat akarnya,” jelasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES