Ekonomi

Produksi Gula Nasional Diperkirakan Menurun, Petani Tebu Andalkan Pupuk Non Subsidi

Kamis, 16 November 2017 - 16:38 | 44.60k
Menteri BUMN Rini Soemarno dan Ketua Dewan Pembina APTRI Arum Sabil (topi putih) saat meninjau perkebunan kakao di Glenmore Banyuwangi. (FOTO: Ahmad Suudi / TIMES Indonesia)
Menteri BUMN Rini Soemarno dan Ketua Dewan Pembina APTRI Arum Sabil (topi putih) saat meninjau perkebunan kakao di Glenmore Banyuwangi. (FOTO: Ahmad Suudi / TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Produksi gula nasional diperkirakan mengalami penurunan tahun ini dari rata-rata 5 tahun terakhir 2,5 juta ton menjadi 2,2 atau 2,3 juta ton per tahun.

Hal itu dikarenakan rendemen (kadar gula) batang tebu yang dihasilkan petani tahun ini turun hingga 20 persen.

Target yang telah ditentukan sebelumnya rendemen minimal harus 9 persen dari berat tebu.

Kepada TIMES Indonesia, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan turunnya rendemen karena perawatan tanaman yang kurang baik.

Tidak hanya masalah iklim dan pemilihan varietas, perawatan dengan pupuk yang tepat juga sangat penting untuk diperhatikan.

"Sehingga tebu itu memang harus tepat waktu dan tepat biaya. Tepat waktu menanamnya, tepat waktu memupuknya, tepat waktu pembiayaannya. Kalau itu terlambat hasilnya tidak akan baik," kata Sabil di Banyuwangi, Rabu (15/11/2017).

Masalah pupuk, kata Sabil, petani dengan lahan di atas 2 hektare kesulitan mendapatkan pupuk non subsidi karena harus datang sendiri ke pabrik produsen pupuk. Sedangkan mereka tidak diperbolehkan menggunakan pupuk bersubsidi.

Tambah lagi masalah permodalan, banyak diantara petani tebu yang kurang tertib administrasi, bahkan untuk sertifikat tanah.

Hasilnya mereka kesulitan dalam mendapatkan pinjaman ke bank karena tidak ada sertifikat lahan yang bisa dijaminkan.

Pemerintah nampaknya ingin memberikan perhatian khusus pada petani tebu dengan menghadirkan distributor popok di daerah-daerah dan mengajak Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) untuk memberikan kredit bagi petani tebu. Kredit nantinya bisa dilakukan tanpa jaminan, melainkan dengan sistim Avalis.

"Intruksi Bu Menteri (Menteri BUMN) pupuk non subsidi harus dekat dengan kantong-kantong petani tebu dan pabrik gula," kata Sabil lagi.

Menurutnya kebutuhan tebu untuk produksi gula nasional masih sangat banyak. Pasalnya dari kebutuhan gula nasional untuk konsumsi rumah tangga dan industri yang mencapai 4,6 juta ton,  produksi oleh 62 pabrik gula dalam negeri masih 2,5 juta ton.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sendiri datang ke Jember untuk mengikuti penandatanganan MOU terkait distribusi pupuk non subsidi oleh PT Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia, juga dukungan Himbara dengan kredit bersistim avalis, Rabu (15/11/2017).

"Baru diketahui bahwa petani yang tidak mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi sulit mendapatkan pupuk biasa. Harus langsung ke pabrik. Selain itu (mempermudah) kredit dari Himbara agar petani mudah menanam tebu dengan kualitas yang insyaallah lebih baik. Targetnya tahun depan ini seharusnya 100 ton per hektare," kata Rini sesaat sebelum take off dari Bandara Banyuwangi, dari Jember. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES