Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Santri; Benteng NKRI

Senin, 23 Oktober 2017 - 05:36 | 69.99k
Hari Santri Nasional 2017. (FOTO Ilustrasi/ TIMES Indonesia)
Hari Santri Nasional 2017. (FOTO Ilustrasi/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Berbagai perayaan Hari Santri Nasional digelar, mulai dari tingkatan Taman kanak-kanak sampai tingkatan Universitas. Momentum ini mengingatkan akan sejarah para Ulama’ dalam melawan penjajah.

Indonesia merdeka didukung dari berbagai elemen, agamawan dan nasionalis. Dari agamawan paling besar pengaruhnya sampai sekarang bagi warga Nahdliyin adalah Resolusi jihad Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’Ari dari Jombang. Wajib hukumnya bagi laki-laki untuk berperang melawan penjajah.

Maka perang pada tanggal 10 November itu adalah perang santri. Jargon hubbul wathon minal iman (cinta negara adalah sebagian dari Iman) menyemangati para santri dalam melawan para penjajah, yang menghasilkan tewasnya Jendral Mallaby di tangan Harun yang tak lain adalah santri.

Santri mendapatkan posisi yang strategis di pemerintah Jokowi. Terbukti ditetapkannya tanggal 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional (HSN). Momen HSN tidak hanya selesai diperingati dengan upacara di berbagai daerah.

Namun lebih dari itu, santri mempunyai tanggung jawab meneruskan perjuangan para Mujahidin yang telah gugur dalam membela NKRI. Musuh sekarang bukan penjajah, musuh santri sekarang kemiskinan, kebodohan, anarkisme, ujaran kebencian, narkoba dan korupsi. Itulah musuh nyata di era milenial.

Dengan modal ajaran-ajaran toleransi, kemandirian, kejujuran dan tanggung jawab sudah ditanamkan sejak dini, menjadi bekal kelak ketika dewasa nantinya.

Tugas santri berikutnya adalah merajut Indonesia menjadi baldatun thoyibatun wa robun ghofur , yang menjadi cita-cita rakyat seluruh Indonesia lebih-lebih menjadi role model peradaban dunia. Hal ini tertuang di dalam Undang-Undang Dasar 1945 “..oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan..” Selama ber KTP Indonesia, didalam darahnya mengalir perjuangan para pahlawan yang sudah meninggal demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dan fardhu ‘ain bagi generasi sekarang untuk menjaga dan merawat rumah NKRI ini dari kelompok intoleran, yang berusaha merobohkan atau bahkan mau mengganti rumah  yang sudah berdiri lama ini dengan desain rumah baru.

Indonesia merupakan serpihan surga yang langsung bisa dinikmati oleh manusia. Kekayaan yang dimilikinya tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahasa, suku, pulau, tradisi, keindahan alam, agama dan adat-istiadat banyak sekali dijumpai di negara ini.

Kekayaan seperti ini tidak ditemukan di negara lain. Perbedaan yang begitu banyak bisa menjadi kelebihan atau bencana. Jika dalam meramu kebangsaan ini tidak mengedepankan kebersamaan dan melenceng dari asas pancasila, bisa dipastikan Indonesia banyak masalah.

Alhamdulillah, pada pemerintahan Jokowi ini pula pelbagai permasalahan yang ingin merusak rumah NKRI mulai diatur.

Orang Indonesia itu aneh, diatur agar rumah ini tidak roboh, dianggap mendolimi salah satu kelompok. Santri hadir sebagai garda terdepan untuk mengawal Indonesia tetap damai dan aman. Dikarenakan semangat nasionalisme santri jangan dipertanyakan.

Walaupun terlihat memakai sarung dan kopyah tetap menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia raya, bagimu negeri, dari sabang sampai merauke, dan lagu nasional lainnya.

Bagi penulis, ini penanaman karakter nasionalis harus terus dilanjutkan. Dengan karakter nasionalis tertanam di benak santri, kelak dewasa menjadi tameng dari aliran-aliran yang bersifat transnasional yang ingin merusak NKRI.

Tengok saja perilaku intoleran atas nama agama, penghujatan di dunia sosial media, penanaman kebencian, perbedaan madzhab menjadikan putus persaudaraan, dan permasalahan lainnya. Perilaku seperti itu jauh dari cita-cita Hadrastusy Syaikh Hasyim Asy’ari dengan empat pilarnya, yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-undang 1945.

Dengan semangat hari santri, mari bersama melawan sikap intoleran, faham radikal, kemiskinan dan kebodohan agar terwujud negara yang damai, aman sentosa dan sejahtera.(*)

* Penulis Yoyok Amirudin, M.Pd. I, adalah Alumni Pondok Pesantren Al Islam Joresan Ponorogo dan Dosen Universitas Islam Malang , Aktif di Komunitas Baca Rakyat

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES