Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Kata yang lagi viral akhir-akhir ini di dunia maya khususnya sosial media. Kehebohan tersebut diramaikan oleh hadirnya akun Kak Seto gadungan. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak inipun dicatut namanya oleh mereka yang ‘iseng’ yang tidak bertanggungjawab. Tujuannya apa sekedar melucu atau pelecehan. “jaman now” menyanyakan kenapa setua itu Seto Mulyadi masih saja dipanggil kakak.

“Jaman Now” adalah istilah yang disematkan pada generasi mileneal. Generasi dimana mereka lahir langsung mengenal teknologi informasi (gawai). Istilah lain adalah digital native. Mereka lahir pada saat dunia ini sedang mengalami perkembangan teknologi yang begitu massif. 

Belum selesai menguasai produk teknologi sudah muncul teknologi terbaru. Bagi generasi Majapahit (Istilah generasi lama atau ‘jaman old’) mengoperasikan teknologi tersebut terasa kurang lincah karena mereka terbiasa melakukan sesuatunya dengan teratur. Berbeda dengan anak ‘jaman now’ yang serba multi tasking. Melakukan banyak kegiatan dalam satu waktu. 

Dalam perspektif pendidikan fenomena anak ‘jaman now’ tentu menjadi perhatian untuk dikaji. Bagaimana orang tua mendidik mereka? Bagaimana tindak tutur dan tulis yang mereka lakukan untuk disesuaikan dengan bahasa yang baku? Serta bagaimana pendidik melakukan proses pembelajaran di sekolah? 

Sayyidina Ali bin Abu Thalib r.a. mengatakan didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Pernyataan ini tersirat bahwa mempertahankan pola lama dalam mendidik anak sesuai dengan persepsi dan pengalaman orang tua jangan sampai terjadi. Orang tua mesti mencoba untuk memahami anak dalam perspektif dunia anak. 

Tentunya bukan ikut anak tetapi orang tua harus mampu melihatnya secara komprehensif sehingga mendidik mereka tidak salah. 

Yang lama yang baik dipertahankan, yang baru yang lebih baik diambil. Kira-kira kaidah ini sangat cocok untuk mengimplementasikan apa yang disampaikan oleh Khalifah ke-4 tersebut. 

Yang baik misalnya dulu orang tua tidaklah terlalu dalam memasuki dunia anak. Anak misalnya nangis gara-gara anak tetangga orang tua tidak akan bersikap reasioner dengan mendatangi orang tua dari si anak. Mungkin cukup ditanya dan selesai urusannya. Biarlah masalah anak itu diselesaikan oleh yang bersangkutan. 
Termasuk ketika anak mendapat sanksi dari guru di sekolah.

Tapi jangan coba-coba pada saat ini. Orang tua akan sangat reaksioner jika mendapati anaknya mendapatkan perlakuan yang tidak ‘baik’.  Sudah banyak kita temukan misalnya guru menggunduli murid, orang tua menggunduli gurunya. Persoalan anak dengan anak tetangga menjadi persoalan antar orang tua. Keikutcampuran yang terlalu mendalam ini dapat berdampak perkembangan maturitas dari diri anak. 

Oleh karenanya, menurut hemat saya seraya mengedepankan dialogis memasuki terlalu dalam tidaklah baik untuk dikembangkan. 
Kondisi saat ini yang banyak orang tua masuk dalam kehidupan anak karena mereka berbangga-bangga dengan anaknya. 

Al Quran sudah mengingatkan seperti dalam surat Al Hadid ayat 20 yang artinya “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permaian dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” 

Oleh karenanya, anak semestinya menjadikan diri orang tua bertambah keimanan dan ketakwaanya. Bukan justru menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Oleh karenanya didiklah mereka dengan tidak terlalu masuk pada urusan mereka. Tetapi didiklah mereka dengan mengembalikan kepada Allah SWT.

Maka mendidik anak ‘jaman now’ harus disadari untuk tidak kalah dengan anak. Jangan lantas orang tua manut sama anak. Tetapi orang tua harus mempunyai karakter. Lakukan seperti yang dilakukan oleh keluarga Imran kepada anaknya.

Kedua, menjadi kajian yang menarik dari anak jaman now adalah bahasa yang mereka pakai. Perkembangan dunia teknologi telah berdampak terhadap gaya bahasa mereka. Bahasa tersebut terpengaruh oleh gaya hidup yang serba cepat karena mereka harus cepat-cepat memposting tulisan di medsos. 

Kebiasaan saling menyapa dan berkomentar serta batasan ruang untuk menulis di media social telah mempengaruhi gaya tulisan anak zaman sekarang. Bahkan seringkali mereka tidak tahu kepada siapa mereka berkomunikasi. 

Semuanya dianggap sama. Bahkan seringkali tidak sedikit yang melakukan penghinaan kepada orang yang semestinya mereka hormati. 

Jika kita kaji dalam ilmu retorika dikenal dengan istilah maxim. Maka anak zaman sekarang tidak sedikit yang melanggar maxim tersebut. Sehingga kesantunan bertutut menjadi hilang. Oleh karenanya pendidikan bahasa di sekolah mendapatkan perhatian yang tinggi untuk meluruskan ‘penyimpangan’ berbahasa ini.

Oleh karenanya pembelajaran dikelas harus mampu mengoptimalkan multimedia dengan tetap memperhatikan perkembangan dan gaya belajar anak zaman sekarang. Pembelajaran dua arah, dari memberi tahu ke mencari tahu dan sebagainya. 

Kondisi anak zaman sekarang sebenarnya mempunyai kelebihan-kelebihan. Mereka cenderung lebih kritis dari anak-anak sebelumnya. Cara pandang mereka luas dan mereka cenderung mempunyai keberanian yang lebih dalam hal mengungkapkan gagasan dan ide. 

Hal positif ini tentu harus kita optimalkan sehingga mereka akan sustain dalam menjalai hidup yang serba kompetitif ini. 

Seperti ulasan saya sebelumnya, tentunya hal statis dan dinamis tetap menjadi pokok pendidikan kita kepada mereka yang ada di ‘jaman now’. (*)

Muhammad Yunus
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES