Ekonomi

Saat Para Barista Muda Banyuwangi Bertemu Petani Kopi

Rabu, 18 Oktober 2017 - 19:39 | 49.53k
Catur Sandi, salah satu peserta Banyuwangi Coffee Processing Festival memetik kopi merah di kebun kopi Desa Tlemung. (FOTO: Ahmad Suudi / TIMES Indonesia)
Catur Sandi, salah satu peserta Banyuwangi Coffee Processing Festival memetik kopi merah di kebun kopi Desa Tlemung. (FOTO: Ahmad Suudi / TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perusahaan besar produsen kopi instan mungkin tak terbiasa berhubungan langsung dengan petani kopi. Namun para barista muda di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ini didorong untuk bersahabat dengan petani kopi setempat.

Mereka adalah peserta pelatihan Coffee Processing Festival yang tidak hanya diikuti barista, tetapi juga mengundang wirausahawan kopi dan petani kopi.

Setelah mengikuti pembekalan materi di Rumah Kreatif Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Diskopum) Banyuwangi, mereka bergeser ke perkebunan kopi Desa Tlemung, Kecamatan Kalipuro, untuk mengikuti sesi praktik.

Kepada TIMES Indonesia, praktisi kopi Banyuwangi Setiawan Subekti mengatakan peserta sengaja digiring ke perkebunan kopi agar bisa berkomunikasi langsung dengan petani. Dia berharap para barista muda Banyuwangi itu bisa bersahabat dengan para petani kopi lokal hingga melakukan kerjasama yang saling menguntungkan.

"Melalui pelatihan ini saya berusaha menghubungkan, saya ajak, cobalah datang ke kelompok petani (kopi), paling tidak bersahabat. Juga belajar bagaimana menanam kopi," ujar Iwan, sapaannya, Rabu (18/10/2017).

Desa Tlemung dipilih karena memang memiliki perkebunan kopi rakyat yang luas.

"Karena di Tlemung ini salah satu desa yang paling banyak kopi rakyat, yang dekat dengan kota. Daripada petani jual hanya biji mentahnya, dengan dia jual matang, itu sudah beda," kata Iwan lagi.

Begitu juga yang dikatakan Bagian Pengolahan Kopi Kakao, Outlet dan Penanganan Mutu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember, Ninik Purwaningsih. Dia mengatakan mendatangkan barista ke kebun petani kopi memberikan manfaat luar bisa untuk kedua belah pihak.

"Barista bisa belajar lebih banyak tentang kopi dan menjelaskan kepada pembeli bagaimana pengolahan kopinya, jadi lebih greget. Begitu juga petani kopi bisa menjual hasil panennya dengan harga yang lebih menguntungkan. Jadi senyum di barista juga senyum bagi petani kopi," kata Ninik.

Peserta mengikuti serangkaian kegiatan di Tlemung, seperti petik kopi merah, pengupasan kulit luar dengan mesin, sangrai tradisional dan roasting dengan mesin, berikut keterangan-keterangan tambahan saat tanya-jawab.

Salah satu peserta Catur Sandi asal Kelurahan Singotrunan Banyuwangi mengaku mendapatkan pengalaman baru dengan datang ke kebun kopi. Terlebih produk Kopi Ikai yang dibuatnya, kopi robusta sebagai bahan, dibelinya dari petani kopi Desa Tlemung.

"Jadi lebih kenal kopi, proses dari awal sampai akhir, proses pasca panen. Dan nambah temen sesama pembuat kopi. Perlu banyak belajar," kata Sandi yang mulai menekuni produksi kopi khas Banyuwangi mulai Februari 2017 itu.

Sandi yang memang fokus mengolah kopi Banyuwangi itu ingin agar produk-produk kopi asal Banyuwangi semakin dikenal dan menguntungkan para petani. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES