Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pendidikan: Statis dan Dinamis

Selasa, 17 Oktober 2017 - 14:18 | 705.86k
Muhammad Yunus. (Grafis TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus. (Grafis TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Kita semua sadar bahwa pendidikan itu sangat penting. Kesadaran itu didasarkan pada sedikitnya tiga alasan. Pertama, pendidikan merupakan wujud dari optimalisasi anugerah Tuhan atas penciptaan manusia berupa akal dan hati sebagai pembeda dengan hewan. 

Kedua, sebagai makhluk berbudaya, maka mengembangkan budaya untuk melestarikan hidup itu perlu pendidikan. Ketiga, kelangsungan hidup manusia itu sendiri. 

Dari alasan tersebut pendidikan dapat mengantarkan kesuksesan manusia dengan tugas utamanya sebagai seorang hamba dan sebagai pemimpin/ wakil Tuhan di bumi.

Sebagai seorang hamba maka manusia harus tahu bagaimana cara menghamba yang baik. Pendidikan agama hadir untuk mewujudkan kebutuhan ini. Manusia diajarkan mengenal Tuhannya, cara menyembah Tuhannya (Tauhid dan Syariat). 

Sementara sebagai seoang khalifah fil ardh, pendidikan hadir bagaimana beretika dengan sesame (akhlak) dan melakukan inovasi atas kondisi alam dan social yang tersedia di lingkungan. Dari sini hadir konsep muamalah dan ilmu pengetahuan. 

Dari ilmu pengetahuanlah manusia terus melakukan inovasi dan bertahan hidup. Berbeda dengan hewan yang tidak dapat melakukan ekspansi dan pengembangan budaya sejak penciptaanya.

Sebagai orang tua tentunya sangat paham mengantarkan putra putrinya mencapai kesuksesan menguasai dan mengamalkan apa yang menjadi tugas manusia tersebut, baik sebagai seorang hamba dan sebagai seorang khalifah. 

Maka muncullah lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan alam, pondok pesantren, pedapokan, dan model pendidikan lainnya. Tidak lain untuk mengantarkan manusia meraih kesuksesan tersebut.

Tentunya dalam menjalani itu semua maka menyadari akan tugas sebagai seorang hamba dan khalifah akan tahu apa yang mesti dipelajari dalam hidup ini.

Jika kita cermati, maka pendidikan itu sendiri mesti kita maknai sebagai usaha sadar manusia sebagai seorang hamba dan khalifatur ardh yang bertujuan membentuk manusia dalam tiga dimensi; otak, hati, dan akhlak. 

Oleh karenanya, pendidikan tentu sebagai wahana mengantarkan manusia untuk menjalankan kehambaan kepada Allah SWT dan mengantarkan manusia menjalankan tugas kepemimpinan sebagai wakil Allah SWT dimuka bumi ini.

Seperti yang disampaikan diawal, tanpa pendidikan maka tugas manusia itu tidak akan berjalan dengan sempurna. Maka tugas manusia dalam mengenyam pendidikan dalam arti mencari ilmu menjadi wajib keberadaanya bagi setiap individu. 

Pendek kata pendidikan adalah wadah menjadikan manusia seorang hamba yang taat dan menjadi seorang pemimpin yang berakhlak. 

Nuh (2013) menyampaikan bahwa dalam dunia pendidikan manusia bertindak sebagai pemeran utamanya, keilmuan sebagai medianya, memanusiakan manusia (humanizing the human being) sebagai tujuannya, dan kemampuan untuk menjawab berbagai persoalan yang sifatnya kekinian maupun antisipasi kenantian (masa depan) sebagai keniscayaannya.

Fenomena kekinian seringkali kita (orang tua) keliru dalam melihat pendidikan itu. Seakan-akan mereka yang mempunyai kesuksesan dalam karir telah dianggap sebagai kesuksesan dalam hidup.

Maka wajar jika kemudian banyak diantara kita berlomba-lomba memasukkan putra-putrinya sekolah ditempat-tempat dengan label favorit, unggul, meski harus membayar mahal. Dengan penuh keyakinan seakan-akan lulus dari sekolah akan sukses menjalani hidup.

Jika itu yang dilihat maka menurut hemat penulis keliru adanya. Jepang misalnya dengan tingkat ‘pendidikan’ yang bagus, taraf hidup yang makmur, tetapi tidak jarang kita melihat banyaknya angka suicide (bunuh diri) dari mereka. Entah apa masalahnya, mengakhiri hidup seakan-akan menjadi tren hidup mereka. Seakan tidak mampu menjalani hidup dan mencari jalan keluar.

Statis dan Dinamis dalam Pendidikan

Oleh karenanya menurut hemat penulis agar tidak salah dalam memandang pendidikan itu, mesti kita kembalikan pada status manusia; hamba dan khalifah. Dalam pandangan inilah maka perlu kita melihat hal yang statis (wajib ada pada diri manusia) dan statis (penambahan pengetahuan dan keterampilan untuk membekali hidup).

Sebagai seorang hamba kita mesti mengenal Tuhan kita, Allah SWT. Manusia yang mengenal Rabnya berarti menyadari arti hidup. Dia sadar akan tugasnya dimuka bumi yang fana ini. Hidup yang sebentar ini harus diisi untuk melakukan yang terbaik kepada Tuhan kita. Meskipun Allah tidak butuh manusia, tapi manusia sesungguhnya sangat butuh Allah SWT. 

Oleh karenanya pemahaman bahwa Allah adalah sutradara dari hidup ini harus kita isi dengan beribadah kepada Allah.

Konsep ibadah inilah maka kita harus paham tentang ilmu tauhid, ilmu syariat, dan ilmu akhlak. Kita mesti belajar ini. Maka menjadi kewajiban sebagai ummat islam untuk belajar tentang ilmu ini. Penguasaan akan ilmu-ilmu sebagai bekal seorang hamba inilah akan mengantarkan manusia menjalani penghambaan kepada Allah dengan benar.

Kedua, sebagai seorang manusia maka butuh yang namanya bekal menjalani hidup. Dibutuhkan pemahaman pengetahuan dan keterampilan dalam menjalaninya. Maka manusia belajar berhitung, membaca, dan menulis sebagai dasar ilmu pengetahuan. Dari sini kemudian muncul ilmu alam, ilmu social, ilmu bahasa, filsafat, dan sebagainya. Disamping itu manusia juga butuh keterampilan.

Kedua jenis ilmu itu tidak kemudian menjadi dikotomis. Tetapi menjadi kebutuhan untuk mengantarkan manusia sukses didunia dan diakhirat.

Jadi, ada baiknya gradasi pendidikan yang kita berikan kepada putra-putri kita dimulai pemahaman akan dirinya sebagai seorang hamba (belajar hal yang statis) kemudian berlanjut pada bekal-bekal yang dibutuhkan dalam menjalani hidup dalam kehidupan ini (dinamis). Jika ini kita pahami, maka sejatinya alam raya itu menjadi sekolah terbaik, semua orang menjadi guru terbaik, dan masalah kehidupan menjadi materi terbaik.

Semoga kita dapat mengantarkan diri dan keluarga kita memahami hal statis dan dinamis ini. Semoga…(*)

 


Muhammad Yunus
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES