Kopi TIMES Hari Santri Nasional 2017

Santri dan Atmosfer Keilmuan (bagian ke-5)

Minggu, 15 Oktober 2017 - 12:32 | 52.38k
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Wakil Dekan III FKIP Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Wakil Dekan III FKIP Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Santri Nasional 2017

TIMESINDONESIA, JAKARTAPADA tulisan sebelumnya telah diulas tentang nilai barakah yang banyak dikejar oleh santri. “pokok’e barakah” begitu kira-kira prinsip hidup santri itu. Seperti disampaikan pada tulisan sebelumnya bahwa berkah (barokah) itu mempunyai makna ziyadatul khair, yakni “bertambahnya kebaikan”. 

Para ulama juga menjelaskan makna berkah tersebut sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia. Perspektif inilah yang menjadi idaman santri untuk memperoleh barakah dalam proses menuntut ilmu.

Ketika seseorang itu memperoleh keberkahan dari Allah SWT hasil dari proses pengabdian kepada guru dan lembaga pendidikannya maka santri tersebut atas izin Allah akan mendapatkan ketenangan hidup dan kesuksesan dunia akhirat. 

Karena "mencari berkah", berarti mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan (pahala).

Hal penting lainnya yang layak kita pelajari dari kehidupan santri dalam proses menuntut ilmu adalah doa. Doa merupakan perisai dan sumber ketenangan. Santri sangat sadar akan ini. Sebagai wujud cara beragama yang baik maka harus diimbangi dengan doa.

Berdoa atau memohon kepada Allah adalah inti ibadah, ummat islam dengan tidak pandang derajat dan pangkat semuanya diperintahkan supaya banyak-banyak berdo'a kepada Tuhan siang dan malam. Demikian Ustdaz atau kiai seringkali menyampaikan kepada santri.

Orang yang berdoa seolah-olah bermunajat dengan Allah, berbisik dengan Dia, dengan memakai kata-kata yang sopan, yang merendah, sebagai bentuk penghambaan total kepada Rabnya. Berdoa berarti menyadari kedudukan sebagai seorang hamba dan kepada siapa semestinya memohon.

Dalam perspektif Islam sendiri, kedudukan doa sangat tinggi. Bahkan jika ada orang yang tidak mau berdo'a atau enggan berdoa maka sejatinya orang-orang tersebut dapat dikategorikan sebagai orang sombong, yang menganggap dirinya seakan-akan tidak membutuhkan Allah SWT. Sehingga apa yang dikerjakannya dianggapnya sebagai kemampuannya.

Berdoa kepada Allah sebagai wujud dari ketawakalan hamba kepada Rab. Doa berarti penguat jiwa dikala tidak ada lagi pertolongan. 

Ingat cerita Nabi Ibrahim ketika harus merelakan istri dan putranya untuk tinggal disebuah lembah dimana tidak ada makanan dan air untuk dikonsumsi. Dengan kenyakinan bahwa Allah tidak akan menelantarkan hambaNya yang senantiasa berdoa maka pasti manusia akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

Hal ini sungguh disadari betul oleh seorang santri. Dalam proses menuntut ilmu di pondok pesantren maka santri sebetulnya membekali dirinya dengan memperbanyak beragam doa. Hal ini bertujuan untuk menjadi pembimbing ummat di tengah-tengah masyarakat kelak ketika mengabdikan dirinya hidup semraung dengan masyarakat.

Pada Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini kembali PBNU memerintahkan para santri untuk membaca Shalawat Nariyah 1 miliar. Bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang dikarang oleh Syaikh Ahmad At-Tazi al-Maghribi (Maroko). Memang berbagai amalan do’a yang seringkali santri ucapkan adalah bentuk bacaan shalawat Nabi. 

Karena perintah bershalawat ini dicontohkan langsung oleh Allah SWT bahwa Dia Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya gagap gembita peringatan HSN ini salah satunya akan diisi dengan membaca shalawat Nariyah bersama-sama sampai mencapai angka 1 miliar.

Sebagai bacaan shalawat yang penuh dengan faedah seringkali menjadi amalan keseharian santri. Menuntut ilmu bukanlah pekerjaan yang gampang, banyak tantangan yang harus dilalui. Dengan berdoa kepada Allah SWT melalui berbagai macam bacaan shalawat maka Allah akan membukakan pintu jalan untuk menggapai apa yang dicita-citakan. 

Pada kesempatan ini penulis juga mengajak kepada pembaca untuk bersama-sama mengamalkan salah satu shalawat ini.

Berikut adalah bacaan shalawat Nariyah tersebut. 
“Allahumma shalli shallatan kaamilah, wasallim salaaman taman ‘ala sayyidina Muhammadiladzi tanhallu bihil ‘uqadu watanfariju bihil kurabu Wa tuqdhabihil hawa iju watunnalu bihirrogha‘ibu wahusnul khawatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi, wa ‘ala aalihi washasbihi fii kulli lamhatin wanafasim bi’adadi kulli ma’luu millak,  ya robbal ‘aalamiin”.

Artinya: “Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khatimah, dicurahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurnah itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan Engkau, Ya Tuhan semesta alam”.(*)
 
* Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang (Unisma).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES