Kopi TIMES Hari Santri Nasional 2017

Santri dan Atmosfer Keilmuan (Bagian ke-4)

Kamis, 12 Oktober 2017 - 18:05 | 48.30k
Muhammad Yunus (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Santri Nasional 2017

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tanggal 22 Oktober ini sejatinya adalah peneguhan akan semangat keilmuan, disamping peneguhan nasionalisme santri terhadap pembelaan kepada Negara dan bangsa. 

Santri adalah kalangan ulul albab yang menjunjung tinggi budaya keilmuan. Seperti dalam nash Al Quran Surat Al Imran ayat 191 disebutkan ulul albab adalah mereka yang senantiasa melakukan dzikir, fikir, dan amal shaleh. 

"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi"

Proses pencarian ilmu oleh santri di pesantren ini beragam bentuknya. Bagi santri ilmu bukan hanya tentang apa yang ada di buku dan bukan hanya didapatkan melalui kajian dan membaca. Melainkan ilmu dapat datang dan masuk pada dirinya melalui pembelajaran langsung (learning by doing).

Mulai dari menjadi petugas kebersihan, petugas keamanan, ketua gang (wilayah pondok), sampai melakukan pekerjaan pekerjaan yang tidak bisa diperoleh dari proses pencarian ilmu ditempat umun. Dan magic word yang ada adalah memegang teguh konsep 'barokah'.

Barokah adalah tanbahan kebaikan. Santri sangat memahami barokah ini. Tidak dapat dilihat kasat mata tapi dapat dirasakan dalam kehidupan. Sehingga proses pencarian ilmu bukan saja melakukan kajian tetapi melakukan sesuatu yang dilandasi dengan ketulusan yang dapat mengdatangkan barakah ini. 

Tanpa barakah ilmu yang didapatnya terasa hambar, tetapi dengan mengejar barakah terasa kemanfaatan yang telah diperbuatnya pada kehidupan berikutnya.

Seorang teman santri di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dapat dijadikan contoh. Dan ini hanya sebagian kecil dari contoh-contoh nyata yang ada.

Selama di Nurul Jadid (NJ) santri ini sangat memahami akan pentingnya nilai barakah. Sehingga dalam giat kesehariannya dia mengoptimalkan apa yang bisa dia lakukan. Padi selepas shalat subuh melakukan bersih-bersih disekolah, siangnya membantu di keamanan. 

Sore harinya menjadi penanggungjawab gang, dan malam harinya menjaga di wilayah putri untuk keamanan. Dia sangat yakin bahwa ilmu yang didapat dari buku akan bertambah dengan sendirinya jika melakukan hal-hal baik ini.

Ketika dia keluar dari pesantren dan meneruskan kuliah di Malang (Universitas Islam Malang) dengan perasaan paling inferior dibanding dengan teman-teman seangkatannya. Tapi alhamdulillah perjalanan kuliahnya dapat dijalaninya dengan sebaik-baiknya, bahkan mengantarkannya menjadi lulusan terbaik di fakultas dan level universitas. Sungguh diluar nalar wajar manusia.

Jika diteliti sejatinya apa yang disampaikan oleh Pendiri Microsoft Steve Paul Jobs tentang Connecting the dot benar adanya. Pekerjaan baik adalah nilai investasi luar biasa yang akan mempengaruhi perjalanan hidupnya dikemudian hari.

Sungguh santri sangat menyadari itu meskipun doktrin Steve Jobs tersebut tidak diketahui oleh santri. Santri lebih mengenal doktrin Kyai dengan mengatakan "selama engkau mempermudah jalan untuk orang lain, niscaya Allah menjamin jalan kamu". Sungguh pelajaran hidup sangat berarti.

Santri otomatis dapat mempelajarai ilmu tertentu dengan minatnya masing-masing. Tapi ilmu tentang menjali hidup dalam kehidupan sungguhpun harus dicari atas bimbingan guru. Atmosfer inilah yang menjadi keunikan santri dalam mengarungi bahtera ilmu pengetahuan.

Konon cerita KH Kholil Bangkalan ketika mondok di Banyuwangi mendapatkan tugas mengumpulkan 80 buah kelapa setiap harinya. Tidak lebih tidak kurang. Jika kurang ataupun lebih akan mendapatkan denda dari Kyainya. Jika sesuai maka akan mendapatkan imbalan. 

Setiap hari dijalani dengan penuh tanggungjawab dan sesuai. Mendapai prestasi mengumpulkan kelapa tersebut Holil kecil mendapati uang yang dijanjikan. Ternyata uang tersebut ditabungnya dan dikembalikan lagi ke gurunya. Namun sang guru tetap memberikannya seraya berdoa semoga uang yang dikumpulkan Holil kecil dapat mengantarkannya menimba ilmu di tanah suci.

Benar saja KH Holil berangkat ke Mekkah untuk mondok ditanah suci ini dengan menggunakan uang hasil pemberian gurunya tersebut, atas kinerja mengumpulkan 80 buah kelapa setiap harinya. Sungguh inilah proses yang mengantarkan KH Kholil menjadi ulama besar serta alim dengan predikat kewalian yang disandanginya.

Momentum HSN ini sungguh layak dijadikan muhasabah santri dan non santri untuk terus mengejar keilmuan dengan memperhatikan barakah dengan melakukan giat-giat tertentu yang mendatangkan kemanfaatan baginya dikemudia hari. (*)

Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang (Unisma)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES