Ekonomi

Manfaatkan Kayu Limbah, Perajin Peti Telur Untung Besar

Minggu, 08 Oktober 2017 - 12:31 | 832.62k
Samsul Afandi, salah satu perajin peti telur asal Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Dian Effendi/TIMES Indonesia)
Samsul Afandi, salah satu perajin peti telur asal Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. (Foto : Dian Effendi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Banyak cara dilakukan oleh para pengerajin peti telur untuk menambah penghasilan. Meski harga kayu semakin mahal, usaha yang mereka geluti tetap berjalan lancar. Caranya, memanfaatkan kayu limbah sebagai bahan baku.

Cara itu yang dilakukan oleh Sanuri, pemilik usaha kerajinan peti telur asal Dusun Krajan, Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur. Kakek berusia 65 tahun itu lebih memilih kayu limbah untuk bahan baku ketimbang kayu baru.

“Selain harganya lebih murah, kualitasnya sama bagusnya dengan kayu baru. Yang penting kita bisa memilih jenis dan ukuran kayu yang diperlukan,” jelasnya, Sabtu (7/10/2017).

Menurut Sanuri, hampir seluruh jenis kayu bisa dipakai untuk membuat peti telur,  asalkan tidak lembek dan tidak mudah patah seperti jenis kayu sengon.

Limbah-Kayu-Bzsr1R.jpg

Dalam sehari, Sanuri bersama tiga kawannya mampu memproduksi sekitar 300 kotak. Di tempat kerjanya yang terletak di sebelah barat Balai Desa Watukebo itu terlihat dijejali ratusan tumpukan peti telur.

Merangkai peti telur tidak sesulit membuat jenis kerajinan yang lain. Tahap awal, perajin melakukan proses pemotongan kayu, selanjutnya, potongan kayu dipaku dan dirangkai satu dengan yang lain.

“Untuk mempercepat proses pengerjaan, masing-masing perajin telah menyiapkan cetakan. Hasilnya pun sangat presisi dan kokoh,” tambah Sanuri.

Hasil produksi peti telur Made In Watukebo dipasarkan di beberapa perusahaan ayam petelur. Dalam sebulan, permintaan bisa mencapai 6 ribu hingga 8 ribu peti.

Bahkan, lanjut Sanuri, dalam dua tahun terakhir dirinya tidak perlu susah payah memasarkan produknya, karena beberapa perusahaan telah menjadi langganan tetap dan siap membeli seluruh produk yang dihasilkan.

Untuk harga 1 buah peti telur dijual dengan harga Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu. Keuntungan yang didapat pun cukup lumayan, yakni antara Rp 1 ribu hingga Rp 1,5 ribu.

Jika musim panen buah tiba, Sanuri dan perajin lainnya juga menerima pesanan peti buah sesuai ukuran yang diinginkan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES