Peristiwa Daerah

Berharap Ikan Melimpah lagi, Nelayan Muncar Gelar Larung Sesaji

Kamis, 05 Oktober 2017 - 19:01 | 56.49k
Bupati Anas dan rombongan melepas sesaji perahu di Pelabuhan Ikan Muncar Banyuwangi (Foto : Humas Pemkab Banyuwangi for TIMES Indonesia)
Bupati Anas dan rombongan melepas sesaji perahu di Pelabuhan Ikan Muncar Banyuwangi (Foto : Humas Pemkab Banyuwangi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setiap tanggal 15 bulan Muharram dalam penanggalan Jawa, masyarakat Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan menggelar acara tradisi Petik Laut sebagai ungkapan rasa syukur dan pengharapan atas ikan yang melimpah dan cuaca yang mendukung untuk melaut.

Mereka menyiapkan perahu kecil dengan perlengkapan sesaji, seperti bunga, buah, tumpeng, jajanan pasar, ayam hidup hingga kepala kambing yang lidahnya dikait dengan sebuah pancing emas.

Semuanya dinaikkan perahu besar dan dibawa ke tengah laut untuk dihanyutkan atau yang biasa disebut Larung Sesaji. Tidak hanya 1 kapal besar pembawa sesaji, puluhan kapal lain juga menyertai dengan hiasan yang semarak.

Sampai di tengah laut, sekitar 1 jam dari darat, miniatur perahu beserta isinya didorong ke laut hingga tenggelam. Biasanya, nelayan akan ikut turun berebut ayam di air laut. Namun kali ini nelayan tetap bertahan di perahu masing-masing karena sesaji yang didorong ke laut, beserta ayam yang terikat, langsung tenggelam tanpa ada kesempatan untuk diperebutkan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang mengikuti acara tersebut mengatakan Petik Laut juga merupakan bentuk toleransi yang terbangun dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi. Begitu juga pariwisata yang dikatakan sebagian orang akan memberikan dampak pada meningkatnya aktifitas maksiat di Bumi Blambangan.

Anas mengatakan, toleransi keyakinan dan berbagai perbedaan dalam masyarakat harus terus tumbuh sehingga tercipta kedamaian. “Ini adalah sebuah tradisi yang telah berlangsung sejak lama. Pemerintah daerah mendukung masyarakat yang merawat kearifan lokal setempat,” kata Anas, Kamis (5/10/2017).

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Nelayan Petik Laut Muncar Sudirman Jefri, acara petik laut ini mengatakan tradisi ini sebagai simbol harapan nelayan dan keluarganya diberikan keberkahan saat melaut dan dihindarkan dari berbagai macam malapetaka. Setelah sesaji ditenggelamkan, mereka juga terlihat menyiramkan air yang dilewati sesaji ke seluruh badan perahu.

"Kami percaya air ini menjadi pembersih malapetaka dan diberkati ketika melaut nanti," kata Asnawi, salah satu nelayan yang mengikuti rangkaian ritual itu.

Usai melakukan ritual di tengah laut, kapal-kapal berputar kembali ke darat, namun berhenti di Semenanjung Sembulungan, tempat makam Makam Sayid Yusuf yang diyakini merupakan orang yang pertama kali menemukan semenanjung yang masih termasuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo itu.

Usai berziarah yang diwarnai penampilan tarian Gandrung itu, mereka kembali ke Pelabuhan Ikan Muncar yang menandai acara usai.

Semua warga tumpah ke pelabuhan saat sesaji perahu diberangkatkan, bahkan beberapa melambaikan tangan untuk memberi tanda kesertaannya dalam ritual masyarakat itu. Salah satunya seorang ibu bernama Muawanah (49) yang rela berdesakan untuk melihat sesaji perahu bersama keluarganya.

"Saya mulai pagi sudah di pinggir pelabuhan. Kalau telat bisa desak-desakan nanti. Ya senang saja bisa ikut memeriahkan. Kalau urusan cuaca panas saya cukup bawa payung," jelasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES