Batik Druju Mengantongi 10 Hak Paten
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Batik Druju, kain khas Kabupaten Malang yang sudah eksis sejak 21 tahun lalu, memiliki ciri khas tersendiri.
Batik yang diciptakan dan dikembangkan oleh Antik Subagyo dengan brand Andis ini khas dengan warna latar belakangnya selalu hitam. Sementara coraknya adalah putih.
Awal, polanya adalah hitam dengan motif sinar atau garis berbentuk serong dan memanjang berwarna putih, mirip dengan sinar matahari.
Dipilih pola ini bukan tanpa alasan. Warna hitam dengan motif sinar putih memiliki makna filosofis yang tinggi.
Warna hitam menggambarkan Desa Druju yang belum dikenal orang dan putih adalah cahaya menuju yang lebih baik.
"Dari hitam ke putih. Inspirasinya dari gelap, bagaimana bisa bersinar dan menerangi," bebernya.
Hitam dan putih kemudian menjadi dominan dan paten dari batik ini. Baru kemudian dia mengombinasikan dan berkreasi dengan pola lain.
Tidak jarang, pola baru terinspirasi dengan keadaan dan potensi alam sekitar. Seperti kopi Sumbermanjing Wetan, Pulau Sempu, kepompong dan sinar.
Antik semakin meningkatkan eksistensi batiknya. Dia melindungi karyanya ini dengan hak paten. Total, ada 10 pola yang sudah dipatenkan.
"Beberapa diantaranya kopi, Sempu, kepompong dan sinar," beber dia.
Batik-batik Andis juga terbukti bukan murahan. Harga paling murah dibanderol Rp 300 ribu dan paling mahal Rp 40 juta untuk satu paket.
"Bahan, kualitas dan motif yang membuat harganya beda. Batik sepaket atau sarimbit (pasangan) Rp 40 juta itu pengerjaannya butuh waktu antara 3 hingga 4 bulan, dengan motif eksklusif," ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Malang |