Peristiwa Daerah Hari Batik Nasional 2017

Batik Druju, Batik Khas Kabupaten Malang Sejak 21 Tahun

Senin, 02 Oktober 2017 - 17:54 | 241.43k
Antik Subagyo di butiknya, menunjukkan batik Druju khas yang dia ciptakan. (Foto: Tika/TIMES Indonesia)
Antik Subagyo di butiknya, menunjukkan batik Druju khas yang dia ciptakan. (Foto: Tika/TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Batik Nasional 2017

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jauh sebelum batik ditetapkan Unesco pada 2 Oktober 2009 sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi dan diperingati sebagai Hari Batik Nasional, Kabupaten Malang, Jawa Timur sudah memiliki batik unggulan. 

Batik Druju, yang dikembangkan di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang sudah mulai eksis sejak tahun 1996. Artinya, 21 tahun kain tradisional Indonesia ini berkembang. 

Batik tulis dan cap yang menjadi andalan dari desa ini, dikembangkan pertama kali dan satu-satunya oleh Antik dengan suaminya Edi Subagyo. 

Antik yang memiliki basik sebagai ekonom ini melihat potensi batik yang cukup bagus di Druju, tempat asal suaminya. 

"Waktu itu, tidak ada batik di Kabupaten Malang. Saya dan suami ingin menciptakan batik khas," kata Antik, pemilik Andis Batik, saat ditemui di butik dan sentra produksinya, Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Senin (2/10/2017). 

Melihat potensi yang begitu besar, akhirnya dia yang merupakan pecinta batik sejak remaja itu memutuskan untuk mengembangkan batik di Druju. 

"Saya lihat itu potensi ekonomi yang cukup besar dan bertekad untuk membuat batik khas Kabupaten Malang," beber dia. 

Batik khas yang dikembangkan perempuan asal Wonosobo, Jawa Tengah itu memiliki ciri warna dasar hitam pekat dengan motif putih. 

Selama 21 tahun dia dan suaminya mengembangkan batik Druju. Saat ini, batiknya sudah terkenal hingga ke mancanegara. 

"Promosi terus saya lakukan. Rajin mengikuti pameran dan meluaskan jaringan. Hanya saja tidak pernah promosi melalui media online dan internet," beber dia. 

Promosi konvensional ini bukan tanpa alasan dilakukan oleh Antik. Dia ingin batiknya menjadi eksklusif dengan cara pemasaran yang hanya di butiknya, pameran dan getuk tular. 

"Biar apa adanya dengan cara yang konvensional. Sekaligus ingin menonjolkan desa saya ini. Jika dipasarkan secara biasa, harapannya orang akan banyak datang ke sini," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES