Peristiwa Daerah Hari Batik Nasional 2017

Tuangkan Karakter Lamongan dalam Balutan Desain Batik

Senin, 02 Oktober 2017 - 14:54 | 153.58k
Pemilik Dika Collection, Kusnadi Al-Rasyid, memamerkan desain batik berkarakter Lamongan di butik yang berada di Jalan Mastrip, Perum Made Gret Residen, Senin (2/10/2017). (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
Pemilik Dika Collection, Kusnadi Al-Rasyid, memamerkan desain batik berkarakter Lamongan di butik yang berada di Jalan Mastrip, Perum Made Gret Residen, Senin (2/10/2017). (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Batik Nasional 2017

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ikon-ikon daerah, keunikan, keindahan, dan kekayaan alam yang ada di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, telah tertuang dengan eksotis di guratan “batik berkarakter” orang Lamongan.

Adalah desainer batik berkarakter khas Lamongan, Kusnadi Al-Rasyid, yang mengangkat pola itu dalam batik karya-karyanya. Kusnadi berpegang pada filosofi Bandeng-Lele Lamongan yang keras namun kalem.

“Kita ambil karakter orang Lamongan gitu, terus saya tuangkan dalam sketsa-sketsa saya. Lamongan itu saya analis keras tapi kalem, saya tuangkan di desain,” ucap Kusnadi di butik yang berada di Jalan Mastrip, Perum Made Gret Residen, Senin (2/10/2017).

Pemilik Dika Collection ini mengaku memilih untuk menonjolkan dari segi pewarnaan yang nampak mencolok, yang dideskripsikan dengan warna yang keras, dan memunculkan kesan lembut di desainnya.

“Motif Maharani Zoo dan Goa ada simbol macannya, WBL ada ikonnya kepitingnya, saya angkat kuda ini dari Mayangkara, yang terakhir yang saya desain motif hasil laut,” kata Kusnadi.

Kusnadi mengatakan sudah mulai mendesain batik khas Lamongan sejak 5 tahun silam, dan lebih mendalaminya sejak 3 tahun terakhir. “Kalau yang bertema sudah ada 6, tapi desain-desain lainnya sudah lebih dari 16,” ujarnya.

Untuk mendesain batik berkarakter Lamongan hingga menjadi baju yang memiliki nilai keindahan dan nilai jual tinggi, Ia membutuhkan waktu hampir sebulan. Dimulai dari melakukan survei lapangan, yang lantas dituangkan dalam desain, hingga menjadi sebuah baju, Ia pun harus mempekerjakan sebanyak 1 orang sebagai pelukis, 6 orang untuk canting, dan 6 orang sebagai penjahit.

Waktu panjang yang harus dijalaninya dalam mendesain batik khas Lamongan ini berawal dari kesulitannya sebagai penjahit dalam memadukan-padankan pola batik menjadi sebuah baju. Itu lah yang menggerakkannya tangan krearifnya dengan menggarap “batik berkarakter” Kabupaten Lamongan.

Untungnya, semua waktu yang dibutuhkannya tersebut terbayar dengan meraih omzet hingga mencapai belasan juta hanya dalam waktu satu bulan.

“Harganya antara Rp 200 ribu sampai Rp 1,6 juta itu baru kain. Kalau baju jadi ditambah ongkos jahit. Ongkos jahit Rp 270-350 untuk baju. Hasil batik saja, kisaran antara 10-15 juta,” ucapnya.

Batik khas kreasi Kusnadi ini pun menjadi langganan dikenakan pejabat hingga Bupati Lamongan Fadeli. “Masih dalam lingkup Kabupaten saja, kalau pak Bupati Fadeli sudab sering pesan di sini,” katanya.

Meski sudah menghasilkan jutaan rupiah, bapak dua putra ini masih menyisakan keinginan untuk kembali meluncurkan desain baru yang menonjolkan karakter Kabupaten Lamongan. “Saya ingin ke depan mendesain gapura paduraksa dan produk siwalan, saya ingin angkat dari pantai utara, itu yang pengen saya tonjolkan lagi,” tuturnya.

Harapannya, dengan semakin banyak batik berkarakter khas, maka batik Lamongan bisa bersaing dengan batik-batik dari daerah lain. “Saya pengennya, batik Lamongan tidak dipandang sebelah mata. Harapan saya bisa dikenal lagi, dari segi batik dari segi desainnya,” ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES