Peristiwa Daerah Hari Batik Nasional 2017

Rieke Diah Pitaloka Bacakan Naskah Deklarasi "Batik: World Tolerance" di Malang

Senin, 02 Oktober 2017 - 11:44 | 42.62k
Wawali Kota Malang Sutiaji, Rieke Dyan Pitaloka, Ridwan Hisjam, Dandim 0833 Kota Malang Letkol Inf Nurul Yaqin, dan perwakilan Bank Jatim dalam acara Hari Batik Nasional 2017 (Foto: Imad/TIMES Indonesia)
Wawali Kota Malang Sutiaji, Rieke Dyan Pitaloka, Ridwan Hisjam, Dandim 0833 Kota Malang Letkol Inf Nurul Yaqin, dan perwakilan Bank Jatim dalam acara Hari Batik Nasional 2017 (Foto: Imad/TIMES Indonesia)
FOKUS

Hari Batik Nasional 2017

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Memperingati Hari Batik Nasional 2017, yang jatuh pada 2 Okrober, semua elemen di Malang menggelar Deklarasi "Batik: World Tolerance". Hadir dalam acara para tokoh nasional, regional dan lokal Malang Raya.

Deklarasi yang berlangsung di depan Balaikota Malang, Senin (2/10/2017), dibacakan oleh Rieke Diah Pitaloka, politisi dari PDI Perjuanga, hadir juga anggota DPR RI dari Partai Golkar, Ridwan Hisjam, dan Wakil Wali Kota Malang, Sutiaji.

Acara ini diselenggarakan oleh Batik Tulis Celaket, IKIP Budi Utomo dan Pemkot Malang dengan Media Partner TIMES Indonesia.

“Deklarasi ini untuk merawat toleransi melalui hari Batik Nasional,” jelas Penanggung Jawab acara, Hanan Jalil, kepada TIMES Indonesia.

Batik-ACit46a.jpg

Adapun naskah yang dibacakan dalam deklarasi itu adalah: 

Kami, Putra dan Putri Indonesia Bersama Generasi Muda Dunia Berikrar:

1. Terus Berjuang menjaga Kenyataan Keberagaman Bangsa-Bangsa Dunia

2. Menolak Kekerasan, Stigmatisasi dan Penyebaran Kebencian dalam Bentuk Apapun, Oleh Siapapun, Kepada Siapapun.

3. Mendorong Penyelesaian Konflik Secara Damai, Berperikemanusiaan yang Adil dan Beradab.

4. Membantu Penanganan Korban Tragedi Kemanusiaan dalam Semangat Perdamaian Dunia

5. Menjaga dan Memperjuangkan Kehidupan yang Harmonis tanpa Memandang Perbedaan Agama, Suku, Ras dan Golongan.

Dengan naskah Deklarasi tersebut tambah Hanan, rakyat Indonesia menjaga sikap toleransi antar sesama. "Karena sejatinya, intolerasi itu terjadi karena banyak orang terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain, sehingga lupa akan kesalahan sendiri," katanya.

Batik-ABriPc.jpg

“Kita terlalu pandai meminta belas kasihan Tuhan, tapi kita lupa menebar belas kasih kepada sesama,” jelas Hanan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES