Adhyaksa Dault: Pancasila Tidak Lekang oleh Zaman
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setiap tanggal 1 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan ini tidak lepas dari peristiwa pemberontakan gerakan yang disebut G30S untuk mengganti dasar negara pada 30 September 1965.
Namun gerakan itu akhirnya gagal. Dengan gagalnya upaya makar tersebut, maka tanggal 1 Oktober atau satu hari setelah peristiwa 30 September ditetapkan sebagai hari Kesaktian Pancasila.
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Adhyaksa Dault mengatakan, dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila, ia mengajak masyarakat untuk terus menguatkan Pancasila di dalam jati diri setiap anak bangsa. Sehingga negeri ini tetap terjaga dari pihak-pihak yang berusaha merongrong Pancasila.
"Pancasila adalah ideologi yang tidak akan lekang oleh zaman dan juga masih akan tetap relevan hingga kapan pun. Karenanya harus kita kuatkan, kita tanamkan dalam diri kita," ujar Adhyaksa.
Ia menambahkan, semangat Pancasila itu harus bisa terus diwariskan kepada generasi selanjutnya. Dalam konteks itu, Gerakan Pramuka menjadi salah satu organisasi pendidikan yang konsisten mengajarkan dan menanamkan cinta Tanah Air kepada anak-anak bangsa.
"Pancasila adalah kekuatan Bangsa Indonesia. Kita akan menjadi kuat jika Pancasila kita kuatkan. Dan Gerakan Pramuka adalah garda terdepan menjaga kekuatan Pancasila melalui Tri Satya dan Dasa Darma," jelasnya.
Menpora Periode 2004-2009 mengungkapkan, dalam usaha menguatkan Pancasila setiap tahun Kwarnas menggelar kegiatan untuk memperingati dan merefleksikan Hari Kesaktian Pancasila.
Bulan Oktober 2015, misalnya, Kwarnas Gerakan Pramuka mengadakan Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, dengan tema “Pancasila dan Kita”. Saat itu ditampilkan foto-foto terbaik karya anak Pramuka, video-video dan monolog Cut Nyak Dien yang dibawakan aktris Ine Febriyanti dan puisi dibawakan pemain teater senior, Sari Madjid.
Hadir saat itu mantan Wakil Presiden RI Jendral Try Sutrisno dan istri, serta puluhan tokoh dari berbagai macam latar belakang.
“Setiap tahun kami berdiskusi di rumah beliau (Try Sutrisno) supaya bagaimana Pramuka ini menjadi garda terdepan bagi anasir-anasir, para komunis, para ekstremis yang akan merubah dasar negara kita, kita paling depan,” tuturnya.
Tahun lalu, Kwarnas menggelar Lomba Foto Pramuka Pancasila. Lomba ini diikuti lebih 1.000 lebih peserta dari seluruh Indonesia, mereka diwajibkan mengirimkan karyanya melalui media sosial maupun email.
"Generasi muda yang lahir pada tahun 2000-an adalah generasi siber yang menghabiskan 24 jam waktu mereka di dunia maya. Generasi ini sudah jauh dari akar sejarah kita," terangnya.
"Pemuda harus merefleksikan Pancasila dalam bentuk gaya yang disenangi, seperti Pramuka dengan konsep asyik, keren dan gembira. Hal itu dapat dilihat dari keutuhan anggota Pramuka dari Sabang sampai Merauke yang dengan bangga mengenakan kacu merah putih di dada mereka," pungkasnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Sholihin Nur |