Wisata Kabupaten Malang Emas

Bupati Rendra Optimistis Kopi Amatirdam Bangkit, Begini Strategi Pemkab

Rabu, 27 September 2017 - 20:35 | 55.81k
Bupati Malang, Dr H Rendra Kresna, saat mencicipi kopi Amatirdam Bangkit (Foto: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
Bupati Malang, Dr H Rendra Kresna, saat mencicipi kopi Amatirdam Bangkit (Foto: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
FOKUS

Kabupaten Malang Emas

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Berbagai upaya kini sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang untuk mendongkrak pariwisata, khususnya wisata agro. Salah satunya adalah wisata agro-kopi. Ya, karena ada wilayah di Kabupaten Malang menjadi sentra kopi yakni kopi Amstirdam (Ampelgading-Tirtoyudo-Sumbermanjingwetan dan Dampit). 

Sejauh ini memang permasalahan produksinya seolah tak pernah kunjung usai. Masih minim. Di Sumbermanjing Wetan saja, di daerah Sekarbanyu dan sekitarnya terbentang lebih dari 3.000 hektare lahan kopi, tetapi produksi setahunnya hanya rata-rata 1,1 ton.

Ini masih jauh dari harapan untuk menjadikannya (daerah tersebut)  menjadi daerah wisata agro-kopi.  "Tapi kami ingin bangkit, karena sentra kopi sejak jaman kolonial Belanda ya adanya di Malang Selatan, termasuk Sumbermanjingwetan sini, " ujar Bupati Malang, Dr H Rendra Kresna saat Bina Desa di Sekarbanyu.

Di tengah tengah bina desa tersebut, memang sedang digelar Festival dan Lomba Cita Rasa Kopi Sumbermanjingwetan. Ada 30 an petani binaan mengikutinya. Amstirdam adalah penghasil kopi jenis robusta.

Rendra yang memang lagi getol kampanye wisata agro diwilayah Kabupaten Malang tampaknya bersemangat ingin menjadikan Malang Selatan, khususnya di daerah penghasil kopi adalah daerah wisata agro-kopi. Untuk menjadikannya dibutuhkan perubahan pola pikir petani kopi. 

Selama ini, hampir semua petani kopi di sana menjadikan kopi hanyalah produk sambilan, mereka mayoritas memilih tanaman penghasil yang lebih populer. Tebu misalnya, bercocok tanamnya lebih cepat menghasilkan ketimbang kopi yang masih harus menunggu bertahun-tahun. 

Tetapi sebenarnya, kata Rendra, jangan melihat lamanya. Namun kualitas dan kuantitasnya. Apalagi hampir 80 persen kopi Amstirdam adalah produk eksport. 

"Mulai sekarang ayo kita rubah pola pikir kita. Bagaimana caranya agar secara kuantitas, produksi kopi meningkat. Itu dulu. Kalau jumlah produksi itu meningkat, maka segalanya akan berkembang mengiringinya," katanya. 

kopi-malang-kabupatenxmDu7.jpg

Ia mengajak kepada seluruh petani di Sekarbanyu untuk selalu menanamkan jiwa petani yang andal. "Sudah jangan menimang-nimang anaknya bila besar nanti supaya menjadi presiden, gubernur, bupati dan walikota. Timanglah anak-anak sampean untuk menjadi petani yang handal, agar dunia petani menjadi yang disegani," ujarnya.

Karena, di beberapa negara maju, seperti Tiongkok misalnya, petani adalah profesi yang disegani. Rendra mencontohkan, saat dia bersama sejumlah stafnya melakukan kaji banding ke Tiongkok beberapa waktu lalu, justru para pejabat mengaku sangat segan kepada para petani.  

Artinya petani diletakkan pada tatanan yang lebih terhormat ketimbang mereka membicarakan pejabatnya. Ini karena petani telah memberikan sumbangsih yang luar biasa di sana,  mulai dari kuantitas produksinya maupun kualitasnya. 

"Di sini harus bisa," tegas Rendra. Yakni dengan mengubah pola pikir terhadap dunia pertanian bagaimana agar secara kuantitas dan kualitasnya menjadi lebih baik dan meningkat. Semua kita di sini, tanpa ada petani mana bisa makan.

 "Lho iya. Coba biarkan bupati, walikota dan lainnya tiga hari tidak makan, akan nglokro. Lho bener iki. Semuanya kuncinya ada di petani. Karena itu jangan menganggap enteng petani. Gak ada petani kita tidak bisa makan," tegasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES